Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat (AS) terbaru untuk bulan Juli menunjukkan tren inflasi yang terus mereda, dengan harga konsumen naik hanya 2,9% selama 12 bulan terakhir.
Secara bulanan, harga juga naik tipis sebesar 0,2%. Sektor hunian dan transportasi menjadi pendorong utama kenaikan tersebut, dengan biaya hunian menyumbang hampir 90% dari kenaikan inflasi bulanan. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, naik 3,2% year-on-year.
Inflasi yang relatif berhasil ditekan tersebut diiringi dengan meningkatnya penjualan ritel di bulan Juli sebesar 1,0% yang merefleksikan kekuatan konsumsi domestik sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi.
Merespon kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, meskipun perkembangan tren inflasi CPI yang cukup baik turut memperkuat ekspektasi terhadap kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada bulan September nanti.
Namun, berbeda dengan pasar saham AS, menurut Fahmi dampak dinamika ekonomi yang ada terhadap pasar kripto tidak terlalu berdampak positif.
“Hal ini dikarenakan fokus persepsi investor terhadap imbas dari situasi yang ada, yaitu potensi penundaan penurunan suku bunga The Fed. Sementara ekonomi AS yang masih resilien mungkin berdampak positif terhadap sektor bisnis di negara tersebut seperti potensi meningkatnya penjualan, dampak langsungnya terhadap pasar kripto tidak terlalu signifikan,” katanya.
Resiliensi ekonomi AS di tengah situasi suku bunga tinggi yang ada saat ini, yang sekaligus membantah kekhawatiran terhadap potensi resesi yang sempat berkembang beberapa waktu yang lalu tersebut, membuat urgensi melonggarkan kebijakan ekonomi menjadi berkurang. Meskipun demikian, pasar saham AS terapresiasi imbas situasi tersebut.
Indeks-indeks saham utama AS kompak melanjutkan kenaikan pasca data penjualan ritel bulan Juli dirilis. NASDAQ bahkan membukukan kenaikan 2,34% pada perdagangan Kamis 15 Agustus kemarin ketika data penjualan ritel AS bulan Juli tersebut dirilis,” jelas Fahmi.
Beragamnya prospek ekonomi yang akan terjadi dalam dua bulan ke depan tentunya akan membuat pasar kripto berada pada ketidakpastian yang meningkat. Di tengah dinamika yang ada, Fahmi menyebutkan bahwa strategi akumulasi secara bertahap dan pengelolaan portofolio secara lebih aktif menjadi sebagian opsi yang menarik untuk diperhatikan para investor.
Karena menurutnya, volatilitas pasar kripto yang relatif lebih terukur saat ini, dengan potensi terjadinya siklus bullish yang lebih besar pasca perubahan kebijakan suku bunga The Fed, membuat potensi return dari pengelolaan portofolio secara aktif menjadi lebih tinggi.
“Di situasi seperti ini juga, banyak aset kripto potensial dengan peluncuran peningkatan teknologi dan fitur produk menarik yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir, yang belum terlalu banyak diketahui oleh investor secara luas,” demikian Fahmi. ■