Pasar kripto kembali bergerak menghijau, setelah sempat terkoreksi dalam beberapa hari ini. Harga aset kripto berbalik menguat (rebound) dari tekanan The Fed yang menahan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5% pada pertemuan Kamis (1/2) dini hari. Sebelumnya, pasar kripto terpantau melemah setelah putusan Bank Sentral Amerika tersebut.
Melansir CoinMarketCap, pada pukul 02:00 WIB, Bitcoin terkoreksi 2,4% dari US$43.495 ke US$42.451. Namun, harga Bitcoin dalam rentang waktu 24 jam sudah naik lagi sekitar 2% ke level US$43.000 pada Jumat (2/2).
Merespon kondisi tersebut, Fahmi Almuttaqin, Crypto Analyst Reku mengatakan dipertahankannya suku bunga The Fed senada dengan perkiraan para pelaku pasar sejak Desember lalu.
“Namun yang membuatnya berbeda adalah adanya kekhawatiran lebih dari para investor terhadap situasi pasar uang AS dan inflasi yang lebih tinggi. Tetapi secara umum, mayoritas ekonom dan analis sepakat bahwa The Fed kemungkinan akan mulai mengambil kebijakan penurunan suku bunga di tahun ini,” ujar Fahmi, Jumat (2/2).
Fahmi melihat, pasar kripto cenderung terkoreksi pasca disetujuinya ETF Bitcoin Spot yang disebabkan oleh adanya aksi ambil untung (profit taking) dan penjualan instrumen Grayscale Bitcoin Trust (GBTC), salah satu produk Bitcoin ETF Spot.
ETF tersebut tercatat memiliki jumlah aset kelolaan sebesar 523,5 ribu Bitcoin pada 24 Januari yang kemudian pada hari ini menurut data Coinglass, turun menjadi 487 ribu Bitcoin. Ini artinya telah terjadi penjualan atau penarikan sebesar 36,5 ribu Bitcoin atau setara sekitar Rp 24,17 triliun dalam satu minggu terakhir pada instrumen GBTC.
“Meskipun tekanan jual dari instrumen ETF ini masih relatif tinggi, namun angka tersebut sebenarnya sudah jauh lebih kecil dibandingkan satu minggu sebelumnya, di mana jumlah aset kelolaan GBTC turun 68,5 ribu Bitcoin dalam sepekan,” ujar Fahmi.
Lebih lanjut dia mengatakan, apabila stabilitas pasar kripto semakin membaik, terdapat kemungkinan pasar akan memulai kembali reli yang akan berpotensi menembus area harga tertinggi pada reli sebelumnya di US$48.000 yang terjadi pada 11 Januari 2024 lalu.
Potensi ini menjadi momentum positif bagi pasar kripto secara keseluruhan menjelang Bitcoin halving pada April mendatang, yang biasanya akan diikuti dengan fase konsolidasi selama beberapa minggu atau bahkan bulan.
Dalam momentum ini, Fahmi mencermati perlunya diversifikasi untuk memanfaatkan potensi bullish pasar kripto. Sebab, hampir seluruh ekosistem, sektor, dan niche altcoin juga memiliki potensi yang kurang lebih sama untuk menghijau.
Mulai dari sektor finansial, layer 1, dan ekosistem lainnya berpeluang untuk terapresiasi apabila Bitcoin dapat menembus area US$ 48.000. Untuk merespons potensi ini, Reku juga telah me-listing koin-koin baru setiap minggunya untuk memperluas pilihan pengguna dalam mempertimbangkan strategi diversifikasinya.
“Setiap aset memiliki fungsi, fundamental, dan tingkat volatilitas yang berbeda. Ada aset kripto yang cocok dimanfaatkan untuk berinvestasi jangka panjang maupun jangka pendek. Tentunya, tetap perlu disesuaikan dengan tujuan dan strategi investasi masing-masing individu,” kata Fahmi. ■