
Bale by BTN hadir sebagai super app perbankan yang menonjol dengan identitas lokal di tengah tren bank-bank BUMN yang memilih nama super app atau aplikasi digital berbahasa Inggris. Dengan “Bale,” yang berarti rumah dalam bahasa Sunda dan Jawa, BTN menegaskan posisinya sebagai bank spesialis pembiayaan perumahan sekaligus membangun kedekatan emosional dengan nasabahnya.
Strategi ini menawarkan diferensiasi unik, memperkuat brand equity BTN, dan menantang persepsi bahwa inovasi harus selalu berbalut istilah global. Meski menghadapi tantangan dalam menarik generasi muda yang lebih akrab dengan branding modern, dengan merek yang kebarat-baratan, keberhasilan Bale akan bergantung pada penguatan ekosistem digitalnya, integrasi layanan properti, serta inovasi berkelanjutan yang membuktikan bahwa identitas lokal bisa bersaing di era digital.
Poin utama:
- Di tengah tren bank BUMN yang menggunakan nama berbahasa Inggris untuk super app mereka, BTN memilih “Bale” sebagai simbol kedekatan dan komitmen terhadap sektor perumahan, membangun koneksi emosional dengan masyarakat Indonesia.
- Meskipun strategi ini memperkuat positioning BTN, ada tantangan dalam menarik generasi muda yang lebih familiar dengan nama berbahasa Inggris yang dianggap lebih modern dan futuristik dalam dunia digital banking.
- Agar Bale by BTN sukses, BTN harus memperkuat fitur dan ekosistemnya, seperti integrasi layanan properti dan smart mortgage, untuk membuktikan bahwa branding berbasis lokal tetap dapat bersaing dalam lanskap digital global.
Di tengah tren bank-bank BUMN yang berlomba mengadopsi nama berbahasa Inggris untuk super app mereka, Bank Tabungan Negara (BTN) justru menempuh jalur berbeda. Bank yang selama ini dikenal sebagai bank spesialis pembiayaan perumahan, memilih nama yang berakar pada bahasa Indonesia dan kearifan lokal.
Penamaan super app Bale by BTN yang grand launching-nya dilakukan bertepatan dengan HUT Bank BTN ke-75, Minggu (9/2), memang “agak laen”. Dalam bahasa Medan, “agak laen” berarti “sedikit berbeda” atau “tidak seperti biasanya”. Ungkapan ini sering digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang unik, mencolok, atau di luar kebiasaan, baik dalam konteks positif maupun negatif.
Tren yang menarik adalah hampir semua bank BUMN memilih nama berbasis bahasa Inggris untuk mencerminkan inovasi dan daya saing global. Livin’ by Mandiri berasal dari kata Living, Wondr by BNI dari Wonder, dan BYOND by BSI dari Beyond. BTN justru bangga dengan identitasnya sendiri. Agak laen memang!
Seperti kita ketahui, super app telah menjadi elemen penting dalam transformasi digital perbankan Indonesia. Dengan mengintegrasikan berbagai layanan keuangan—dari transaksi harian, investasi, hingga kredit—bank berlomba menciptakan platform digital yang futuristik dan mudah diakses.
Tren yang menarik adalah hampir semua bank BUMN memilih nama berbasis bahasa Inggris untuk mencerminkan inovasi dan daya saing global. Livin’ by Mandiri berasal dari kata Living, Wondr by BNI dari Wonder, dan BYOND by BSI dari Beyond. BTN justru bangga dengan identitasnya sendiri. Agak laen memang!
Filosofi ‘rumah’ dalam ekosistem keuangan digital
Berbeda dengan bank lainnya, BTN menanamkan filosofi lokal dalam branding-nya. Kata Bale dalam bahasa Sunda dan Jawa berarti rumah atau balai pertemuan—sebuah tempat berkumpul yang erat dengan nilai kekeluargaan dan kebersamaan.
Menurut Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, pemilihan nama ini bukan tanpa alasan. “BTN tidak mau kebarat-baratan. Kami sengaja menggunakan nama Bale karena menggambarkan BTN sebagai rumah bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan finansial mereka. Nama bale sudah dikenal dalam masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Pilihan nama ini sekaligus menegaskan komitmen BTN terhadap segmen perumahan, yang menjadi core business mereka. BTN bukan sekadar bank biasa, tetapi juga mitra utama dalam mewujudkan impian masyarakat memiliki rumah.
Secara strategis, Bale by BTN memperkuat posisi BTN sebagai bank yang fokus pada pembiayaan perumahan. Bale bukan sekadar aplikasi transaksi keuangan, tetapi juga ekosistem digital yang memudahkan masyarakat mengakses layanan perbankan dan properti secara seamless.
Menggunakan nama berbasis bahasa Indonesia dalam dunia digital banking bisa dibilang langkah berani. Di era globalisasi, persepsi umum adalah bahwa sesuatu yang modern harus memiliki sentuhan internasional, kebarat-baratan. Namun, BTN justru melakukan hal sebaliknya.
Secara strategis, Bale by BTN memperkuat posisi BTN sebagai bank yang fokus pada pembiayaan perumahan. Bale bukan sekadar aplikasi transaksi keuangan, tetapi juga ekosistem digital yang memudahkan masyarakat mengakses layanan perbankan dan properti secara seamless.
Lantas, apa keunggulan yang melekat pada Bale? Jujur, Bale terasa lebih akrab bagi masyarakat Indonesia dibanding istilah asing yang sering kali terdengar artifisial. Selain itu, Bale juga akan mampu mempertegas positioning BTN sebagai bank perumahan. Tak hanya soal kredit pemilikan rumah (KPR), dengan Bale BTN kini memosisikan dirinya sebagai ‘beyond mortgage’.
Penggunaan nama Bale merupakan diferensiasi unik dalam pasar yang seragam. Saat hampir semua bank mengikuti tren memakai nama asing, BTN justru tampil unik dengan identitas yang lebih membumi. Tentunya ini dapat membangun kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Di era digital, penggunaan bahasa Indonesia dalam produk teknologi masih jarang. BTN menjadi contoh bahwa inovasi tidak harus mengorbankan identitas lokal.
Bukan cuma KPR saja yang diurus, tapi rumah beserta isinya dan tentu kebutuhan rumah tangga. Dengan memilih nama yang berarti “rumah,” BTN secara konsisten menegaskan misinya dalam membantu masyarakat memiliki hunian.
Penggunaan nama Bale merupakan diferensiasi unik dalam pasar yang seragam. Saat hampir semua bank mengikuti tren memakai nama asing, BTN justru tampil unik dengan identitas yang lebih membumi. Tentunya ini dapat membangun kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Di era digital, penggunaan bahasa Indonesia dalam produk teknologi masih jarang. BTN menjadi contoh bahwa inovasi tidak harus mengorbankan identitas lokal.
Branding dan identitas: membangun koneksi emosional
Dalam teori branding, identitas merek (brand identity) adalah bagaimana perusahaan ingin dipersepsikan oleh audiensnya. David A. Aaker dalam bukunya Building Strong Brands (1996) menekankan bahwa identitas merek harus mencerminkan nilai, keunikan, dan relevansi bagi target pasar. Pemilihan kata “Bale” menunjukkan bahwa BTN ingin membangun asosiasi kuat dengan konsep rumah dan kenyamanan, yang relevan dengan positioning mereka sebagai bank spesialis pembiayaan perumahan.
Secara emosional, “Bale” mengandung makna yang lebih mendalam dibanding sekadar nama aplikasi. Dalam teori emotional branding-nya Marc Gobe, merek yang bisa membangun keterikatan emosional dengan pelanggan akan memiliki daya tahan lebih kuat. BTN tampaknya ingin menghadirkan kesan familiar, personal, dan dekat dengan kehidupan masyarakat, terutama segmen yang membutuhkan solusi perumahan.
Namun, pendekatan ini juga menimbulkan tantangan. Dalam teori brand salience dari Byron Sharp, agar sebuah merek mudah diingat dan dikenal luas, harus ada keseimbangan antara familiaritas dan kebaruan. Dalam konteks digital, nama-nama berbasis bahasa Inggris sering kali diasosiasikan dengan inovasi dan teknologi. Ini yang mungkin menjadi tantangan bagi “Bale,” terutama dalam menarik segmen muda yang terbiasa dengan aplikasi berbahasa Inggris.
Secara emosional, “Bale” mengandung makna yang lebih mendalam dibanding sekadar nama aplikasi. Dalam teori emotional branding-nya Marc Gobe, merek yang bisa membangun keterikatan emosional dengan pelanggan akan memiliki daya tahan lebih kuat. BTN tampaknya ingin menghadirkan kesan familiar, personal, dan dekat dengan kehidupan masyarakat, terutama segmen yang membutuhkan solusi perumahan.
Generasi muda, terutama Gen Z dan milenial, lebih terbiasa dengan istilah global. Mereka sering kali mengasosiasikan teknologi modern dengan branding berbahasa Inggris. Jika tidak didukung dengan inovasi digital yang kuat, ada risiko Bale justru dianggap kurang futuristik dibanding pesaingnya, terutama oleh generasi muda.
Menurut Philip Kotler & Kevin Lane Keller dalam Marketing Management (buku lama yang pertama kali terbit 1967 namun isinya masih relevan) brand positioning yang kuat harus memiliki diferensiasi jelas dibanding kompetitor. Pertanyaannya, apakah nama berbasis lokal cukup untuk menciptakan kesan inovatif? Lantas, apakah Bale by BTN bisa tetap relevan di tengah tren globalisasi digital banking?
Faktanya, Bale by BTN tetap relevan dan bahkan berkembang pesat. Hingga Februari 2025, aplikasi ini telah memiliki 3,6 juta pengguna aktif, dengan volume transaksi mencapai Rp8 triliun per bulan. BTN menargetkan 5 juta pengguna pada akhir 2025, dengan tambahan 125.000 pengguna baru per bulan.
Fitur-fitur unggulan Bale by BTN mencakup pembukaan rekening digital, eDeposito, pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) online, cashback 30% di 1.700+ merchant dan fitur-fitur yang terintegrasi dengan ekosistem perumahan BTN Properti
Jika BTN terus memperkaya ekosistem ini—misalnya dengan marketplace properti, fitur smart mortgage, dan AI-driven financial planning—Bale bisa menjadi contoh sukses branding berbasis kearifan lokal dalam dunia perbankan digital.
Di tengah arus globalisasi, BTN mengambil langkah yang ‘agak laen’, langkah yang tidak biasa. Dengan Bale by BTN, bank ini membuktikan bahwa inovasi tidak harus selalu dikaitkan dengan istilah asing. Justru, dengan mengangkat identitas lokal, sebuah merek bisa membangun hubungan emosional yang lebih kuat dengan audiensnya.
Jika BTN terus memperkaya ekosistem ini—misalnya dengan marketplace properti, fitur smart mortgage, dan AI-driven financial planning—Bale bisa menjadi contoh sukses branding berbasis kearifan lokal dalam dunia perbankan digital.
Keberanian BTN ini mengingatkan kita bahwa modernisasi tidak berarti meninggalkan budaya sendiri. Bale adalah bukti bahwa perbankan digital Indonesia bisa tumbuh dan berkembang tanpa kehilangan jati diri.
Jika strategi ini berhasil, mungkin di masa depan kita akan melihat lebih banyak perusahaan yang berani bangga dengan bahasa dan budaya sendiri—karena autentisitas adalah salah satu aset terkuat dalam branding. Agak laen, memang. Tapi itulah yang akan menjadi kekuatan Bale by BTN untuk bersaing dengan super app bank lain. ■
*) Deddy H. Pakpahan, wartawan digitalbank.id.