Neobank, atau bank digital tanpa cabang fisik, telah mengubah wajah industri perbankan dengan menawarkan kemudahan akses melalui smartphone. Generasi Milenial dan Gen-Z tidak hanya mengadopsi layanan ini sebagai alat perbankan, tetapi juga menggunakannya untuk berinvestasi. Dengan antarmuka yang ramah pengguna dan fitur inovatif seperti perdagangan aset kripto dan saham fraksional, neobank telah menjadi katalisator bagi kebangkitan “Generasi-T,” generasi baru investor yang aktif. Namun, di balik euforia ini, keamanan tetap menjadi tantangan besar.
Ya. Ada kemudahan dalam genggaman. Dalam satu dekade terakhir, kehadiran neobank seperti Revolut, N26, Monzo, dan Nubank telah merevolusi cara masyarakat mengelola keuangan. Layanan seperti transfer tanpa batas, tabungan dengan bunga kompetitif, pinjaman mikro, hingga perdagangan saham, kini tersedia dalam satu aplikasi. “Transformasi ini mencerminkan perubahan besar dalam desain dan penyampaian layanan keuangan,” ujar Ben Hurley, CEO Devexperts, seperti dikutip dari bobsguide.com.
Sejarah mencatat, neobank muncul setelah krisis keuangan 2008. Regulasi seperti Payment Services Directive (PSD) dan PSD2 di Eropa membuka jalan bagi pemain fintech baru untuk bersaing dengan bank tradisional. Pada 2018, Competition and Markets Authority Inggris bahkan mewajibkan bank konvensional untuk membuka akses ke API mereka, mempercepat inovasi di sektor ini.
Dari data yang ada, milenial dan Gen-Z merupakan motor penggerak utama neobank. Generasi Milenial dan Gen-Z adalah pengguna terbesar neobank. Berdasarkan penelitian tahun 2023, 60% Milenial dan 72% Gen-Z menggunakan neobank sebagai layanan perbankan utama mereka. Gen-Z, sebagai generasi digital native, mengutamakan kenyamanan dan pengalaman pengguna. Dalam survei lain, 73% responden Gen-Z menyatakan bahwa customer experience adalah faktor utama dalam memilih merek.
Neobank menjawab kebutuhan ini dengan antarmuka intuitif, transfer instan, dan bonus rujukan. Sementara itu, bank tradisional yang mencoba mengadopsi teknologi serupa masih tertinggal dalam hal inovasi dan kecepatan.
Dari data yang ada, milenial dan Gen-Z merupakan motor penggerak utama neobank. Generasi Milenial dan Gen-Z adalah pengguna terbesar neobank. Berdasarkan penelitian tahun 2023, 60% Milenial dan 72% Gen-Z menggunakan neobank sebagai layanan perbankan utama mereka. Gen-Z, sebagai generasi digital native, mengutamakan kenyamanan dan pengalaman pengguna.
Investasi menjadi gaya hidup
Tidak hanya berperan sebagai platform perbankan, neobank juga merambah dunia investasi. Revolut, misalnya, telah menawarkan perdagangan saham sejak 2019 dan kini menjadi firma investasi resmi di Inggris. Generasi Milenial dan Gen-Z, yang akrab dengan aset seperti kripto dan saham fraksional, menjadi target utama. Menurut penelitian Charles Schwab, kedua generasi ini dua kali lebih aktif dalam mengelola portofolio mereka dibandingkan generasi sebelumnya.
Fenomena ini melahirkan “Generasi-T,” generasi yang menganggap investasi sebagai gaya hidup. Sebagai contoh, aplikasi perdagangan Revolut mencapai peringkat tiga teratas di App Store untuk kategori aplikasi keuangan gratis di Eropa.
Namun, inovasi ini tidak tanpa risiko. Filosofi “bergerak cepat dan merusak” yang diadopsi sektor teknologi sering kali bertabrakan dengan kebutuhan keamanan finansial. Banyak neobank menghadapi serangan phishing, social engineering, dan penipuan pembayaran. Sebagai institusi uang elektronik, beberapa neobank awalnya tidak tunduk pada pengawasan ketat seperti bank konvensional.
Fenomena ini melahirkan “Generasi-T,” generasi yang menganggap investasi sebagai gaya hidup. Sebagai contoh, aplikasi perdagangan Revolut mencapai peringkat tiga teratas di App Store untuk kategori aplikasi keuangan gratis di Eropa.
Ke depannya, neobank harus menyeimbangkan inovasi dengan perlindungan keamanan yang solid untuk menjaga kepercayaan pengguna.
Tak bisa dipungkiri neobank telah menghidupkan kembali sektor keuangan yang sempat kehilangan kepercayaan publik pasca-krisis 2008. Mereka tidak hanya mendefinisikan ulang apa arti bank bagi generasi muda tetapi juga menciptakan standar baru bagi seluruh industri. Bank tradisional yang ingin bersaing harus beradaptasi dengan cepat dan bekerja sama dengan mitra teknologi terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah.
Revolusi neobank adalah bukti bahwa masa depan perbankan ada di tangan generasi yang mendambakan kemudahan, inovasi, dan transparansi.
Neobank di Indonesia
Di Indonesia, kehadiran neobank seperti Jenius, Blu by BCA, dan Bank Jago telah membuka babak baru dalam inklusi keuangan. Dengan memanfaatkan penetrasi smartphone yang tinggi dan meningkatnya kepercayaan terhadap layanan digital, neobank menawarkan solusi inovatif yang menjangkau masyarakat unbanked dan underbanked.
Selain itu, ada Bank Neo Commerce (BNC). Bank ini memenuhi kriteria sebagai neobank karena beroperasi dengan fokus pada layanan digital melalui aplikasi mobile, tanpa bergantung pada kehadiran fisik yang signifikan seperti kantor cabang tradisional. Melalui aplikasi Neo+, BNC menawarkan berbagai layanan perbankan a.l. pembukaan rekening secara digital, tabungan berbunga tinggi, deposito dengan bunga kompetitif serta fitur pembayaran dan transfer gratis.
BNC secara aktif menargetkan generasi muda di Indonesia, terutama Generasi Milenial dan Gen-Z, yang merupakan pengguna utama neobank. Fitur seperti Neo Rewards, yang memberikan cashback dan hadiah kepada pengguna dan Neo Jurnal, yang membantu pengguna mengelola keuangan, menjadikan BNC menarik bagi kalangan muda yang terbiasa dengan layanan digital.
Transformasi BNC menjadi neobank menunjukkan bahwa industri perbankan di Indonesia sedang bergerak menuju digitalisasi yang lebih dalam. Dengan penetrasi internet yang tinggi dan populasi muda yang besar, pasar neobank di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan.
BNC memiliki dukungan dari Akulaku, salah satu perusahaan fintech besar di Asia Tenggara yang berfokus pada pembiayaan digital dan kredit konsumen. Sinergi ini memperkuat ekosistem digital BNC dan menciptakan lebih banyak integrasi layanan finansial berbasis teknologi.
Transformasi BNC menjadi neobank menunjukkan bahwa industri perbankan di Indonesia sedang bergerak menuju digitalisasi yang lebih dalam. Dengan penetrasi internet yang tinggi dan populasi muda yang besar, pasar neobank di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan. BNC bersaing dengan pemain lain seperti Jenius, Blu by BCA, dan Bank Jago, serta mendukung visi inklusi keuangan di Indonesia dengan menjangkau kelompok masyarakat yang belum terlayani oleh bank tradisional.
Generasi Milenial dan Gen-Z di Indonesia menjadi aktor utama dalam adopsi layanan ini, mengubah pola pikir masyarakat tentang cara menyimpan uang dan berinvestasi. Meski demikian, tantangan seperti literasi keuangan dan keamanan siber tetap menjadi pekerjaan rumah besar bagi sektor ini.
Fakta menunjukkan, Indonesia merupakan salah satu pasar potensial terbesar untuk neobank di Asia Tenggara. Dengan populasi lebih dari 275 juta orang, penetrasi internet mencapai 77%, dan sekitar 70% populasi menggunakan smartphone, peluang untuk pertumbuhan layanan keuangan digital sangat besar. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa per Desember 2023, sekitar 40% penduduk Indonesia masih tergolong unbanked atau tidak memiliki akses ke layanan perbankan formal. Neobank hadir untuk menjembatani kesenjangan ini.
Seperti di negara lain, Generasi Milenial dan Gen-Z di Indonesia menjadi pengguna utama layanan neobank. Berdasarkan survei We Are Social tahun 2024, 60% pengguna neobank di Indonesia berasal dari kelompok usia 18-35 tahun. Kemudahan pendaftaran akun, antarmuka yang user-friendly, dan fitur inovatif seperti transfer gratis menjadi daya tarik utama.
Jenius, salah satu pelopor neobank di Indonesia, memperkenalkan fitur seperti tabungan otomatis, kartu debit virtual, dan pengelolaan keuangan berbasis aplikasi. Bank Jago membawa pendekatan serupa dengan ekosistem finansial yang terintegrasi, memungkinkan pengguna mengelola anggaran dan investasi dalam satu platform. Blu by BCA, di sisi lain, menargetkan generasi muda dengan fitur-fitur sederhana namun efektif seperti pengelompokan tabungan dan transaksi bebas biaya.
Seperti di negara lain, Generasi Milenial dan Gen-Z di Indonesia menjadi pengguna utama layanan neobank. Berdasarkan survei We Are Social tahun 2024, 60% pengguna neobank di Indonesia berasal dari kelompok usia 18-35 tahun. Kemudahan pendaftaran akun, antarmuka yang user-friendly, dan fitur inovatif seperti transfer gratis menjadi daya tarik utama.
Bagi generasi muda Indonesia, aplikasi neobank bukan hanya alat transaksi, tetapi juga sarana untuk belajar mengelola keuangan dan investasi. Misalnya, fitur investasi reksa dana di aplikasi neobank memungkinkan pengguna memulai investasi dengan nominal kecil, mulai dari Rp10.000. Hal ini selaras dengan data OJK yang menunjukkan bahwa minat investasi ritel di Indonesia terus meningkat, dengan pertumbuhan jumlah investor pasar modal mencapai 39% pada tahun 2023.
Generasi-T di Indonesia
Fenomena “Generasi-T” yang mencintai investasi aktif juga terlihat di Indonesia. Akses mudah ke perdagangan saham dan aset digital seperti kripto melalui aplikasi neobank memberikan peluang besar bagi generasi muda. Platform seperti Ajaib dan Bibit, meskipun bukan neobank, telah membuktikan bahwa edukasi investasi berbasis aplikasi mendapat respons positif di kalangan muda. Neobank dapat memanfaatkan tren ini untuk mengembangkan layanan investasi yang lebih menarik.
Menurut laporan IDX, 70% investor baru di pasar modal Indonesia pada 2024 berasal dari generasi Milenial dan Gen-Z. Banyak dari mereka memulai perjalanan investasi melalui platform digital, yang sering kali berkolaborasi dengan neobank untuk memperluas jangkauan layanan.
Tantangan lainnya adalah keamanan siber. Seiring dengan meningkatnya transaksi digital, ancaman seperti phishing, penipuan akun, dan pencurian data juga semakin marak. Untuk membangun kepercayaan pengguna, neobank di Indonesia harus meningkatkan standar keamanan mereka, termasuk penerapan teknologi seperti autentikasi biometrik dan enkripsi tingkat tinggi.
Meski pertumbuhannya pesat, neobank di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Literasi keuangan masih menjadi hambatan utama, di mana survei OJK menunjukkan hanya 49% masyarakat Indonesia yang memiliki pemahaman keuangan memadai. Neobank harus berperan aktif dalam menyediakan edukasi keuangan agar penggunanya tidak hanya memanfaatkan layanan digital, tetapi juga memahami cara penggunaannya dengan bijak.
Tantangan lainnya adalah keamanan siber. Seiring dengan meningkatnya transaksi digital, ancaman seperti phishing, penipuan akun, dan pencurian data juga semakin marak. Untuk membangun kepercayaan pengguna, neobank di Indonesia harus meningkatkan standar keamanan mereka, termasuk penerapan teknologi seperti autentikasi biometrik dan enkripsi tingkat tinggi.
Masa depan neobank di Indonesia
Dengan dukungan regulasi dari OJK yang mendorong inovasi fintech, seperti Regulatory Sandbox dan kebijakan open banking, masa depan neobank di Indonesia terlihat cerah. Kolaborasi antara neobank dengan perusahaan teknologi dan platform e-commerce dapat membuka lebih banyak peluang. Misalnya, integrasi layanan neobank dengan platform belanja online dapat menciptakan ekosistem keuangan yang lebih terpadu.
Neobank di Indonesia tidak hanya membantu masyarakat lebih inklusif secara finansial tetapi juga mendorong transformasi digital di sektor keuangan. Dengan strategi yang tepat, mereka dapat menjadi motor penggerak utama dalam membangun masa depan perbankan Indonesia yang lebih modern, inklusif, dan berkelanjutan. ■
*) Deddy H. Pakpahan, senior editor digitalbank.id.