Masa depan perbankan bukan hanya angka, tapi algoritma AI

- 23 Agustus 2024 - 14:57

SAAT meluncurkan Panduan Resiliensi Digital (Digital Resilience Guideline), di Jakarta, Selasa, 20 Agustus 2024 lalu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan satu hal menarik mengenai pemanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) pada industri perbankan.

Pemanfaatan generative AI pada industri perbankan ditenggarai bisa memberikan kenaikan revenue bagi bank sebesar 2,8%-4,7%. Kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan industri lain seperti farmasi, pendidikan, atau telekomunikasi.

Bahkan, kata Dian, saat ini OJK juga tengah melakukan kajian tentang tata kelola AI dalam memberikan panduan dalam penerapan AI untuk sektor perbankan. Ini dilakukan OJK mengingat adopsi emerging technology AI oleh industri perbankan terkait erat dengan kemampuan bank dalam mempertahankan bisnis dan operasional di era digital ini.

Inovasi bank melalui penerapan emerging technology diharapkan mampu menjaga bank agar tetap relevan di pasar serta membuka peluang kolaborasi antara bank dengan pihak lain dalam ekosistem keuangan digital.

Sayangnya, OJK tidak menjelaskan secara rinci kenaikan revenue 2,8%-4,7% itu dikontribusi dari apa saja? Mengutip riset yang dilakukan wifitalent Agustus 2024, AI akan menjadi game changer dalam dunia keuangan. Bahkan pada tahun 2030, AI diproyeksikan akan menghasilkan nilai ekonomi tahunan sebesar US$1 triliun untuk sektor perbankan dan jasa keuangan.

Dengan 77% lembaga keuangan bersiap untuk memanfaatkan gelombang AI menuju wawasan dan keuntungan pelanggan, dan 69% petinggi perbankan mengakui peran pentingnya dalam diferensiasi pasar, jelas bahwa masa depan perbankan bukan hanya angka tetapi algoritma AI, fondasi sistem yang memungkinkan mesin untuk belajar dari data, membuat keputusan, dan melakukan tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia.

Kalau algoritma AI adalah masa depan bank, maka bank-bank yang cakap dalam hal machine learning, deep learning, algoritma genetika atau bahkan sistem fuzzy adalah bank yang dipastikan akan memimpin masa depan. Tak heran kalau AI dianggap sebagai ‘sapi perah’ yang diandalkan oleh 68% lembaga keuangan untuk tetap unggul dalam dunia keuangan yang liar ini. Jadi bersiaplah, karena demam emas AI di perbankan bukan hanya tren—ini adalah masa depan, and the future is now!

Dengan 77% lembaga keuangan bersiap untuk memanfaatkan gelombang AI menuju wawasan dan keuntungan pelanggan, dan 69% petinggi perbankan mengakui peran pentingnya dalam diferensiasi pasar, jelas bahwa masa depan perbankan bukan hanya angka tetapi algoritma AI, fondasi sistem yang memungkinkan mesin untuk belajar dari data, membuat keputusan, dan melakukan tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia.

Lantas, sumber-sumber revenue perbankan dari mana saja bila mereka mengandalkan AI? Wifitalent mengurai secara lengkap apa saja sumber-sumbernya, terutama dari penghematan. Rincian lengkapnya adalah sebagai berikut:

  • AI berpotensi menghemat biaya bank hingga US$447 miliar pada tahun 2023.
  • Chatbot berbasis AI di perbankan dapat menghemat hingga 862 juta jam waktu kerja setiap tahunnya secara global.
  • Solusi AI telah membantu bank mengurangi kerugian terkait penipuan hingga 25%.
  • AIdapat membantu bank menghemat hingga 5% biaya di seluruh rantai nilai mereka.
  • Penerapan AI di perbankan diproyeksikan akan mengurangi biaya sebesar 22% selama lima tahun ke depan.
  • Chatbot bertenaga AI dapat menyelesaikan hingga 80% pertanyaan standar nasabah di perbankan.
  • Penerapan AI dalam operasi perbankan dapat menurunkan tingkat kesalahan hingga 67%.
  • Penilaian kredit bertenaga AI dapat mengurangi waktu persetujuan dari hitungan minggu menjadi menit di perbankan.
  • AI berpotensi meningkatkan efisiensi operasional perbankan hingga 45%.
  • Persetujuan pinjaman otomatis bertenaga AI dapat memproses aplikasi 15 kali lebih cepat daripada metode manual di perbankan.
  • AI dapat mengurangi waktu pemrosesan pinjaman hingga 50% dalam operasi perbankan.
  • Chatbot berkemampuan AI diprediksi dapat menghemat biaya bank sebesar US$7,3 miliar pada tahun 2023.
  • Chatbot bertenaga AI di perbankan dapat menangani hingga 85% interaksi pelanggan.
  • Implementasi AI dalam deteksi penipuan berpotensi menghemat biaya bank hingga US$30 miliar setiap tahunnya.
  • Sistem deteksi penipuan berbasis AI dapat mengurangi positif palsu hingga 90%.
  • Aplikasi AI dalam manajemen risiko dapat menurunkan biaya bagi bank hingga 20%.
  • AI dapat mengurangi biaya akuisisi pelanggan hingga 30% di industri perbankan.
  • Alat AI dapat menurunkan biaya operasional hingga 20% untuk bank.
  • Deteksi penipuan bertenaga AI dapat membantu bank menghemat US$10 miliar setiap tahunnya.
  • Penerapan alat AI dalam manajemen risiko dapat mengurangi kerugian bank hingga 25%.

Lantas, mengenai dampak potensial pemanfaatan AI oleh perbankan, riset tadi mendapatkan bahwa:

  • 68% lembaga keuangan berinvestasi dalam AI untuk mempertahankan keunggulan kompetitif.
  • AI dapat meningkatkan produktivitas di perbankan hingga 70%.
  • 85% interaksi nasabah di perbankan akan didukung oleh AI pada tahun 2025.
  • Penilaian risiko berbasis AI di perbankan dapat mengurangi pinjaman bermasalah hingga 30%.
  • Penerapan AI di perbankan diperkirakan akan menghasilkan kenaikan 20% pada tingkat kepuasan pelanggan.
  • Penerapan AI dalam operasi perbankan dapat menyebabkan penurunan keluhan nasabah sebesar 32%.
  • 75% bank menggunakan AI untuk meningkatkan interaksi dengan nasabah.
  • Prediksi gagal bayar pinjaman berbasis AI dapat meningkatkan akurasi hingga 70% dalam perbankan.
    Alat analisis sentimen berbasis AI dapat membantu bank mengurangi churn nasabah hingga 25%.
  • Teknologi AI dapat mengurangi waktu tunggu nasabah hingga 99% dalam operasi perbankan.
  • Chatbot AI di perbankan telah menyebabkan peningkatan 20% dalam tingkat kepuasan pelanggan.
  • Penilaian risiko kredit berbasis AI dapat mengurangi kerugian kredit bank hingga 30%.
  • Bank yang memanfaatkan layanan bertenaga AI dapat mengalami peningkatan produktivitas sebesar 14%.
  • Bank yang memanfaatkan AI untuk interaksi nasabah mengalami peningkatan sebesar 30% dalam tingkat retensi.
  • Operasi front ofdice yang didukung AI dapat meningkatkan produktivitas hingga 50% di perbankan.
  • Aplikasi AI di perbankan telah menyebabkan pengurangan 20% dalam keluhan nasabah.
  • Model penilaian kredit berbasis AI telah menunjukkan peningkatan 25% dalam tingkat persetujuan di perbankan.

Meskipun penggunaan AI penting untuk efisiensi, seperti diakui OJK, AI merupakan suatu persoalan yang juga tidak mudah dimengerti oleh banyak orang. Di samping itu, AI juga mengandung risiko, misalnya serangan siber dan risiko lain seperti third party risk atau risiko pihak ketiga.

Inilah urgensinya OJK meluncurkan buku Panduan Resiliensi Digital untuk pelaku industri sektor perbankan yang berisi kerangka digitalisasi yang terdiri dari tiga poin utama, yakni resiliensi bank dari dinamika bisnis era digital sehingga bisnis bank tetap relevan, resiliensi bank dari gangguan seperti serangan siber, dan menjaga nasabah perbankan dari gangguan seperti penipuan atau phishing. ■

*) Deddy H. Pakpahan, senior editor digitalbank.id.

Comments are closed.