AI akan jadi solusi wajib asuransi kendaraan bermotor di 2025

- 4 Agustus 2024 - 11:39

Pemerintah Indonesia sedang merancang peraturan baru yang akan mewajibkan asuransi kendaraan bermotor mulai tahun 2025, yang diperkirakan akan membawa perubahan signifikan bagi industri asuransi dengan lonjakan jumlah konsumen yang perlu dilayani.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, mengungkapkan bahwa saat ini asuransi kendaraan bersifat sukarela. Namun, Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK) mengatur bahwa asuransi kendaraan dapat menjadi wajib bagi seluruh pemilik mobil dan motor di Indonesia.

Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan aturan turunan dari UU PPSK tersebut dan diharapkan peraturan pemerintah terkait asuransi wajib ini dapat diberlakukan paling lambat pada Januari 2025.

Tingginya jumlah pengguna kendaraan bermotor di Indonesia, yang mencapai 130 juta unit pada 2023 dan setara dengan 83,4% dari total kendaraan bermotor, menunjukkan bahwa peraturan ini akan memiliki dampak luas. Kepemilikan kendaraan, terutama sepeda motor, telah membawa berbagai dampak seperti kemacetan, polusi, dan meningkatnya jumlah kecelakaan akibat kurangnya kesadaran berkendara yang aman dan minimnya penggunaan peralatan keselamatan.

Namun, di tengah persiapan regulasi ini, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia secara umum masih rendah, hanya mencapai 3,18% pada tahun 2021 menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam situasi ini, adopsi teknologi Artificial Intelligence (AI) menjadi kunci penting bagi perusahaan asuransi untuk tetap relevan dan kompetitif.

Tanpa adopsi teknologi yang cepat, perusahaan asuransi tradisional berisiko tergeser oleh pemain baru yang berbasis teknologi atau startup insurtech, seperti yang telah terjadi di negara lain.

Namun, di tengah persiapan regulasi ini, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia secara umum masih rendah, hanya mencapai 3,18% pada tahun 2021 menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam situasi ini, adopsi teknologi Artificial Intelligence (AI) menjadi kunci penting bagi perusahaan asuransi untuk tetap relevan dan kompetitif.

Sebagai contoh, di Inggris, Lemonade—sebuah startup insurtech—mengklaim mampu menawarkan biaya asuransi yang 82% lebih murah dibandingkan kompetitornya dan dapat memproses klaim hanya dalam 3 detik, sebuah pencapaian yang memecahkan rekor Guinness World Records.

Sementara itu, di Asia, Ping An P&C, salah satu perusahaan asuransi terbesar di China, memanfaatkan teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi bisnis dan manajemen risiko, menjadikannya sebagai pemain dominan dengan sekitar 20% pangsa pasar asuransi non-jiwa di China pada tahun 2022.

Keberhasilan Ping An P&C menunjukkan bagaimana integrasi teknologi, termasuk AI, dapat memperkuat profil bisnis dan memperluas jangkauan di luar asuransi kendaraan.

Perusahaan asuransi di Indonesia perlu belajar dari kasus-kasus ini dan segera beradaptasi dengan teknologi AI agar tidak tertinggal dan mampu memanfaatkan peluang besar yang datang bersama regulasi baru tersebut.

Personalisasi pesan dan premi, menarik konsumen di era digital

AI memberikan keunggulan luar biasa dalam menganalisis data konsumen secara mendalam dan menyediakan wawasan yang dapat digunakan untuk personalisasi pesan dan iklan. Dalam konteks industri asuransi, personalisasi ini menjadi semakin penting mengingat keragaman segmen pasar yang perlu dilayani, bukan hanya untuk kalangan menengah atas yang berpendidikan, tetapi juga untuk berbagai segmen pasar lainnya.

Dalam pasar yang luas dan beragam seperti Indonesia, kebutuhan dan preferensi konsumen asuransi dapat sangat bervariasi. Kalangan menengah atas mungkin mencari asuransi dengan cakupan yang luas dan layanan tambahan yang premium, sementara segmen pasar lain, seperti pengguna kendaraan roda dua atau masyarakat dengan penghasilan lebih rendah, mungkin lebih tertarik pada produk asuransi yang menawarkan perlindungan dasar dengan biaya terjangkau.

AI memungkinkan perusahaan asuransi untuk memahami dan merespons kebutuhan spesifik dari setiap segmen pasar ini. Dengan menganalisis data demografis, perilaku, dan kebiasaan penggunaan konsumen, AI dapat membantu menciptakan kampanye pemasaran yang lebih relevan dan efektif bagi berbagai kelompok konsumen.

Misalnya, AI dapat membantu mempersonalisasi penawaran asuransi untuk pengguna sepeda motor yang mungkin memiliki anggaran terbatas, dengan menyesuaikan premi berdasarkan risiko dan perilaku berkendara mereka.

AI memungkinkan perusahaan asuransi untuk memahami dan merespons kebutuhan spesifik dari setiap segmen pasar ini. Dengan menganalisis data demografis, perilaku, dan kebiasaan penggunaan konsumen, AI dapat membantu menciptakan kampanye pemasaran yang lebih relevan dan efektif bagi berbagai kelompok konsumen.

Implikasinya adalah, dengan kemampuan untuk menjangkau dan melayani segmen pasar yang lebih beragam, perusahaan asuransi dapat memperluas pangsa pasar mereka secara signifikan.

AI memungkinkan mereka untuk menawarkan produk yang lebih relevan dan terjangkau bagi konsumen dari berbagai latar belakang, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia.

Tanpa kemampuan ini, perusahaan asuransi tradisional berisiko kehilangan peluang untuk menarik konsumen dari segmen pasar yang lebih luas, dan bisa tertinggal oleh startup insurtech yang lebih adaptif dan canggih dalam memanfaatkan teknologi untuk melayani berbagai lapisan masyarakat.

Dengan demikian, personalisasi asuransi bukan hanya tentang memberikan layanan yang lebih baik bagi kalangan menengah atas, tetapi juga tentang memastikan bahwa setiap konsumen, apa pun latar belakang atau kebutuhan mereka, dapat menerima perlindungan yang sesuai. Hal ini tidak hanya memperkuat posisi perusahaan asuransi di pasar yang semakin kompetitif tetapi juga mendorong inklusi keuangan yang lebih besar di Indonesia.

Layanan pelanggan 24 jam, akses mudah dan nyaman

AI memungkinkan perusahaan asuransi untuk menyediakan layanan pelanggan 24 jam yang mudah diakses dan nyaman bagi konsumen. Teknologi ini mendukung pengembangan chatbots canggih yang dapat memberikan bantuan kapan saja, bahkan di luar jam kerja. Lebih dari itu, layanan pelanggan berbasis AI dapat disesuaikan secara personal dan mendukung berbagai moda komunikasi, termasuk teks, suara, dan video.

Salah satu keuntungan utama dari penggunaan chatbots berbasis AI adalah kemampuannya untuk memberikan layanan yang mudah dan murah bagi setiap lapisan konsumen, termasuk mereka yang memiliki infrastruktur terbatas.

Selain itu, kemampuan AI untuk beroperasi di berbagai moda komunikasi memungkinkan perusahaan asuransi menjangkau daerah-daerah yang sangat luas, termasuk wilayah-wilayah yang terpencil, tanpa harus menambah kantor fisik atau memperluas jaringan layanan tradisional. Ini sangat penting di negara seperti Indonesia, yang memiliki geografi yang luas dan beragam.

Misalnya, bagi konsumen yang hanya memiliki akses ke perangkat sederhana atau koneksi internet yang terbatas, layanan asuransi tetap dapat diakses melalui pesan singkat di platform populer seperti WhatsApp. Ini memastikan bahwa layanan asuransi dapat dijangkau oleh lebih banyak orang, tanpa memerlukan perangkat canggih atau koneksi internet berkecepatan tinggi.

Selain itu, kemampuan AI untuk beroperasi di berbagai moda komunikasi memungkinkan perusahaan asuransi menjangkau daerah-daerah yang sangat luas, termasuk wilayah-wilayah yang terpencil, tanpa harus menambah kantor fisik atau memperluas jaringan layanan tradisional. Ini sangat penting di negara seperti Indonesia, yang memiliki geografi yang luas dan beragam.

Dengan AI, perusahaan asuransi dapat memberikan layanan yang konsisten dan responsif di seluruh negeri, tanpa harus menghadapi biaya operasional yang tinggi.

Perusahaan asuransi tradisional yang tidak segera mengadopsi teknologi AI akan kesulitan bersaing dengan insurtech yang sudah memanfaatkan teknologi ini untuk menawarkan layanan pelanggan yang lebih responsif, personal, dan terjangkau. Chatbots berbasis AI memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka, sekaligus memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik dan lebih inklusif bagi seluruh segmen pasar.

Dengan demikian, adopsi AI tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan daya saing, tetapi juga sebagai sarana untuk memperluas akses dan inklusi keuangan di seluruh Indonesia.

Perusahaan asuransi tradisional yang tidak segera mengadopsi teknologi AI akan kesulitan bersaing dengan insurtech yang sudah memanfaatkan teknologi ini untuk menawarkan layanan pelanggan yang lebih responsif, personal, dan terjangkau. Chatbots berbasis AI memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka, sekaligus memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik dan lebih inklusif bagi seluruh segmen pasar.

Proses validasi dan klaim yang lebih cepat

Aspek terpenting dari adopsi AI di industri asuransi adalah kemampuannya untuk mempercepat proses validasi dan klaim. Dengan adanya peraturan baru, perusahaan asuransi akan menghadapi lonjakan jumlah konsumen yang signifikan.

AI dapat membantu memproses klaim secara otomatis, memvalidasi informasi dengan cepat, dan mendeteksi potensi penipuan dengan lebih efektif. Hal ini menjadi sangat penting dalam mengatasi peningkatan volume klaim yang kemungkinan besar akan terjadi setelah regulasi baru ini diterapkan.

Namun, keunggulan AI tidak berhenti di situ. Untuk meningkatkan keamanan dan transparansi, AI dapat digabungkan dengan teknologi blockchain, yang memungkinkan validasi identitas pemilik asuransi secara lebih aman dan andal. Blockchain menawarkan catatan transaksi yang tidak dapat diubah, sehingga membantu memastikan bahwa semua klaim dan informasi yang terkait diverifikasi dengan benar dan tidak dapat dimanipulasi.

Bagi perusahaan asuransi tradisional yang belum mengadopsi AI dan teknologi terkait seperti blockchain, tantangan akan semakin besar. Mereka mungkin kesulitan mengimbangi efisiensi dan keandalan yang ditawarkan oleh insurtech yang telah mengintegrasikan AI dan blockchain ke dalam proses operasional mereka.

Selain itu, dengan integrasi smart contract—yang merupakan program otomatis yang berjalan di atas teknologi blockchain—proses klaim dapat diproses secara otomatis berdasarkan kondisi yang telah disepakati sebelumnya. Misalnya, jika semua dokumen dan informasi yang diperlukan untuk klaim telah dipenuhi, smart contract dapat memicu pembayaran klaim secara otomatis tanpa perlu intervensi manusia. Ini tidak hanya mempercepat proses klaim, tetapi juga mengurangi potensi kesalahan manusia dan memastikan bahwa setiap transaksi dilakukan secara transparan.

Bagi perusahaan asuransi tradisional yang belum mengadopsi AI dan teknologi terkait seperti blockchain, tantangan akan semakin besar. Mereka mungkin kesulitan mengimbangi efisiensi dan keandalan yang ditawarkan oleh insurtech yang telah mengintegrasikan AI dan blockchain ke dalam proses operasional mereka.

Dengan demikian, adopsi AI, terutama ketika digabungkan dengan teknologi blockchain, tidak hanya penting untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga untuk memastikan bahwa perusahaan asuransi dapat bersaing di pasar yang semakin mengedepankan transparansi, keamanan, dan kecepatan dalam layanan klaim.

AI sebagai penentu masa depan industri asuransi

Jika tidak segera beradaptasi, perusahaan asuransi tradisional berisiko tergeser oleh pemain baru yang lebih dinamis dan berbasis teknologi, seperti insurtech, yang sudah membuktikan keunggulan mereka di negara lain. Adopsi AI akan menjadi faktor kunci dalam memenangkan persaingan dan mempertahankan relevansi di era baru asuransi.

Dengan perubahan besar yang akan datang, industri asuransi Indonesia harus segera beradaptasi dengan teknologi AI untuk tetap bertahan. AI bukan hanya alat tambahan, melainkan katalisator yang akan menentukan masa depan perusahaan asuransi.

Jika tidak segera beradaptasi, perusahaan asuransi tradisional berisiko tergeser oleh pemain baru yang lebih dinamis dan berbasis teknologi, seperti insurtech, yang sudah membuktikan keunggulan mereka di negara lain. Adopsi AI akan menjadi faktor kunci dalam memenangkan persaingan dan mempertahankan relevansi di era baru asuransi. ■

*Tuhu Nugraha, pengamat teknologi, principal Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN). Tulisan ini merupakan hasil kolaborasi digitalbank.id dengan IADERN yang bertujuan membangun literasi dan narasi AI yang baik untuk Indonesia.

Comments are closed.