DENGAN PESATNYA perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI), relevansi asuransi di masa depan sering kali dipertanyakan. Saya sempat berdiskusi dengan salah satu praktisi asuransi terkait AI yang akan mampu mengkalkulasi dan mengelola risiko dengan lebih efisien, dan melakukan semulasi beragam skenario. Lalu dia berkomentar, asuransi akan kehilangan relevansinya karena masa depan lebih bisa diprediksi, dan dihitung.
Namun, ada satu yang terlupa bahwa implementasi AI itu sendiri membawa risiko yang signifikan, terutama dari sisi keamanan, etika, dan kepatuhan. Justru di sinilah muncul peluang baru bagi industri asuransi untuk berkembang dan beradaptasi dengan menyediakan perlindungan yang relevan dan diperlukan di era teknologi canggih ini.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tahun ini telah resmi meluncurkan project management office (PMO) khusus untuk teknologi AI. PMO BUMN ini berperan sebagai komite pengelola yang mengatur forum diskusi dan inovasi di bidang AI. Inisiatif ini dipimpin oleh Arga M. Nugraha, Direktur Digital dan Teknologi Informasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang dipilih berkat keberhasilannya dalam mendorong inovasi AI yang telah secara signifikan meningkatkan operasional dan bisnis BRI.
Namun, ada satu yang terlupa bahwa implementasi AI itu sendiri membawa risiko yang signifikan, terutama dari sisi keamanan, etika, dan kepatuhan. Justru di sinilah muncul peluang baru bagi industri asuransi untuk berkembang dan beradaptasi dengan menyediakan perlindungan yang relevan dan diperlukan di era teknologi canggih ini.
Sementara itu, berdasarkan data dari LucidWorks Generative AI Global Benchmark Study Vol. 2 2024, terdapat variasi dalam rencana pengeluaran di berbagai industri. Sektor jasa keuangan berada di posisi terdepan dengan 70% organisasi berencana meningkatkan pengeluaran dalam 12 bulan ke depan, diikuti oleh B2B sebesar 68% dan ritel B2C sebesar 64%. Sektor kesehatan dan perhotelan tertinggal, dengan hanya 51% dan 50% bisnis yang berencana meningkatkan investasi dalam beberapa bulan mendatang.
Pemimpin industri manufaktur juga memutuskan untuk lebih konservatif, dengan rencana pengeluaran turun menjadi 58% dari 93% pada tahun 2023. Menariknya, kekhawatiran terkait keamanan data meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun 2023, transparansi pengambilan keputusan AI naik empat kali lipat, dan keakuratan respons meningkat lima kali lipat dari tahun lalu. Variabel ini menjadi peluang bagi perusahaan asuransi untuk menawarkan produk baru yang relevan di masa kini dan masa depan guna mitigasi risiko terkait dengan adopsi AI yang akan terus tumbuh ke depan.
Transfer risiko dengan asuransi menjadi salah satu cara agar perusahaan bisa segera pulih apabila terjadi sesuatu, memberikan ketenangan pikiran dan perlindungan yang diperlukan dalam menghadapi era teknologi yang semakin maju. Berikut beberapa produk asuransi yang berpotensi berkembang pesat di masa depan.
Asuransi Tanggung Gugat AI (AI Liability Insurance)
AI Liability Insurance menjadi semakin penting karena risiko yang terkait dengan kesalahan atau malfungsi sistem AI. Asuransi ini menutupi klaim yang timbul akibat kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh kesalahan sistem AI, serta menutupi kesalahan yang dilakukan oleh profesional yang mengembangkan dan mengelola AI. Ini memberikan lapisan perlindungan tambahan yang sangat dibutuhkan bagi perusahaan yang mengandalkan teknologi AI.
Munich Re, Perusahaan reasuransi global ini menawarkan solusi asuransi untuk risiko AI, termasuk tanggung jawab produk, kesalahan profesional, dan keamanan siber. Kemudian Zurich Insurance Group. Perusahaan asuransi ini menyediakan perlindungan untuk risiko AI, termasuk tanggung jawab produk, kesalahan profesional, dan gangguan bisnis. Kemudian Superscript. Perusahaan insurtech ini menawarkan asuransi yang disesuaikan untuk bisnis teknologi, termasuk perlindungan untuk risiko AI.
Asuransi Keamanan Siber (Cybersecurity Insurance)
AI tidak kebal terhadap serangan siber. Bahkan, AI bisa menjadi target empuk bagi penjahat siber yang ingin mengeksploitasi kelemahan sistem. Cybersecurity Insurance melindungi perusahaan dari kerugian akibat serangan siber dan pelanggaran data, termasuk biaya pemulihan dan kompensasi. Perlindungan ini memastikan bahwa perusahaan dapat bangkit kembali dengan cepat setelah mengalami insiden keamanan.
AI tidak kebal terhadap serangan siber. Bahkan, AI bisa menjadi target empuk bagi penjahat siber yang ingin mengeksploitasi kelemahan sistem. Cybersecurity Insurance melindungi perusahaan dari kerugian akibat serangan siber dan pelanggaran data, termasuk biaya pemulihan dan kompensasi. Perlindungan ini memastikan bahwa perusahaan dapat bangkit kembali dengan cepat setelah mengalami insiden keamanan.
Laporan dari CrowdStrike menunjukkan bahwa rata-rata waktu peretasan menurun drastis dari 84 menit menjadi 62 menit pada tahun 2023, dengan kasus tercepat hanya memakan waktu 2 menit 7 detik. Ini mengindikasikan bahwa pelaku kejahatan siber semakin cepat dan canggih dalam melancarkan serangan.
Selain itu, laporan dari Trend Micro memperingatkan bahwa generative AI (GenAI) berpotensi menjadi alat yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk meningkatkan serangan mereka. Mereka dapat menggunakan GenAI untuk menciptakan taktik rekayasa sosial (social engineering) yang canggih, pencurian identitas, dan berbagai serangan lainnya. Hal ini menambah urgensi bagi perusahaan untuk memiliki perlindungan yang memadai melalui Cybersecurity Insurance.
Asuransi Kesalahan dan Kelalaian AI (Errors and Omissions Insurance)
Sistem AI bisa membuat keputusan atau prediksi yang salah karena berbagai faktor, seperti data yang tidak akurat atau tidak lengkap, bias dalam algoritma, atau kesalahan dalam pemrograman dan pengujian. Kesalahan ini dapat menyebabkan berbagai jenis kerugian finansial bagi perusahaan. Misalnya, dalam sektor keuangan, prediksi yang salah tentang pasar saham atau kredit dapat mengakibatkan kerugian besar dalam investasi atau pemberian pinjaman yang berisiko tinggi. Di sektor kesehatan, kesalahan diagnosa atau rekomendasi perawatan yang salah dari sistem AI dapat menyebabkan biaya medis tambahan, klaim asuransi yang meningkat, atau bahkan litigasi hukum.
Dalam bidang manufaktur, keputusan yang salah terkait dengan rantai pasokan atau pemeliharaan mesin dapat mengakibatkan penurunan efisiensi, peningkatan biaya operasional, dan kerugian produksi. Errors and Omissions Insurance menutupi kerugian yang timbul dari kesalahan algoritma atau kelalaian selama pengembangan dan implementasi AI. Dengan asuransi ini, perusahaan mendapatkan ketenangan pikiran, mengetahui bahwa mereka dilindungi dari potensi kesalahan yang dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.
Asuransi Interupsi Bisnis AI (AI Business Interruption Insurance)
Gangguan atau kegagalan sistem AI dapat menghentikan operasi bisnis dan menyebabkan kerugian finansial yang signifikan. AI Business Interruption Insurance menutupi kerugian ini, memastikan bahwa bisnis tetap dapat berjalan meskipun terjadi downtime.
Perlindungan ini sangat penting bagi perusahaan yang sangat bergantung pada teknologi AI untuk operasi harian mereka.
Industri-industri yang akan sangat membutuhkan asuransi ini termasuk sektor keuangan, di mana bank dan perusahaan investasi mengandalkan AI untuk analisis data dan keputusan perdagangan; sektor kesehatan, di mana AI digunakan untuk diagnosa pasien dan manajemen data medis; sektor ritel, di mana AI membantu dalam manajemen inventaris dan personalisasi pengalaman pelanggan; serta sektor manufaktur, di mana AI digunakan untuk otomatisasi proses dan pemeliharaan prediktif.
Selain itu, perusahaan teknologi dan telekomunikasi, yang sangat bergantung pada AI untuk pengelolaan jaringan dan layanan pelanggan, juga akan sangat diuntungkan dengan adanya perlindungan ini. Dengan AI Business Interruption Insurance, perusahaan-perusahaan ini dapat memastikan kontinuitas operasional mereka dan meminimalkan kerugian finansial akibat gangguan teknologi.
Asuransi Penipuan AI (AI Fraud Insurance)
Industri-industri yang akan sangat membutuhkan asuransi ini termasuk sektor keuangan, di mana bank dan perusahaan investasi mengandalkan AI untuk analisis data dan keputusan perdagangan; sektor kesehatan, di mana AI digunakan untuk diagnosa pasien dan manajemen data medis; sektor ritel, di mana AI membantu dalam manajemen inventaris dan personalisasi pengalaman pelanggan; serta sektor manufaktur, di mana AI digunakan untuk otomatisasi proses dan pemeliharaan prediktif.
AI Fraud Insurance menutupi kerugian yang disebabkan oleh tindakan penipuan yang dilakukan melalui atau terhadap sistem AI, termasuk manipulasi data oleh pihak ketiga. Dengan perlindungan ini, perusahaan dapat melindungi diri dari kerugian finansial dan reputasi yang mungkin timbul akibat penipuan.
Contoh asuransi dari AIG Hong Kong, Dragonshield™ Cyber Crime Protector 21st Century menawarkan perlindungan komprehensif terhadap berbagai risiko siber yang dihadapi oleh bisnis di era modern. Berikut adalah beberapa jenis perlindungan yang disediakan oleh produk asuransi ini:
Perlindungan terhadap kerugian finansial akibat penipuan yang melibatkan manipulasi dan penipuan untuk memperoleh informasi rahasia guna keuntungan finansial sangat penting di era digital ini. Contohnya termasuk penipuan pengalihan pembayaran dan penipuan presiden palsu. Salah satu contoh nyata adalah Dragonshield™ dari AIG Hong Kong yang menawarkan cakupan maksimum hingga US$1,5 juta USD untuk kerugian yang disebabkan oleh penipuan rekayasa sosial.
Selain itu, Dragonshield™ juga menawarkan perlindungan terhadap Penipuan Mata Uang Kripto (Cryptocurrency Cyber Fraud), yang melindungi terhadap pencurian mata uang kripto seperti Bitcoin melalui instruksi elektronik yang curang atau akses tidak sah ke sistem komputer.
Untuk menghadapi ancaman Pemerasan Siber (Cyber Extortion), Dragonshield™ menyediakan perlindungan terhadap kerugian finansial yang terkait dengan resolusi ancaman pemerasan siber yang berisiko bagi tertanggung.
Penggunaan AI membawa tantangan baru dalam hal etika dan kepatuhan regulasi. AI Ethics and Compliance Insurance menutupi biaya terkait pelanggaran regulasi dan risiko reputasi akibat penggunaan AI yang tidak etis atau diskriminatif. Asuransi ini memastikan perusahaan tetap patuh terhadap regulasi yang berlaku dan mempertahankan citra positif di mata publik.
Penipuan Komputer (Computer Fraud) juga dicakup oleh Dragonshield™, yang melindungi terhadap pencurian melalui manipulasi perangkat keras atau perangkat lunak komputer serta akses tidak sah ke sistem komputer, termasuk melalui Trojan Horses, key-stroke loggers, dan spyware.
Terakhir, Dragonshield™ menawarkan perlindungan terhadap Penipuan Transfer Dana Siber (Cyber Funds Transfer Fraud), yang mencakup pencurian melalui transfer, pembayaran, atau pengiriman dana yang tidak sah dari rekening tertanggung ke pihak lain, serta pencurian uang yang ditarik dari ATM dari rekening yang dikelola oleh tertanggung di lembaga keuangan. Dengan perlindungan komprehensif ini, Dragonshield™ membantu perusahaan mengelola risiko siber yang semakin kompleks dan berkembang.
Asuransi Etika dan Kepatuhan AI (AI Ethics and Compliance Insurance)
Penggunaan AI membawa tantangan baru dalam hal etika dan kepatuhan regulasi. AI Ethics and Compliance Insurance menutupi biaya terkait pelanggaran regulasi dan risiko reputasi akibat penggunaan AI yang tidak etis atau diskriminatif. Asuransi ini memastikan perusahaan tetap patuh terhadap regulasi yang berlaku dan mempertahankan citra positif di mata publik.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial sebagai pedoman bagi Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dalam mengembangkan dan menggunakan AI secara etis. SE ini menekankan prinsip transparansi, akuntabilitas, keadilan, kemanusiaan, dan keamanan dalam pengembangan AI.
Kominfo juga bekerja sama dengan UNESCO untuk mempercepat adopsi standar etika AI di Indonesia dan terus mengembangkan panduan yang lebih komprehensif untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dengan berbagai bentuk asuransi yang dapat dikembangkan untuk mengelola risiko AI, industri asuransi dapat tetap relevan dan bahkan lebih penting dari sebelumnya. Perlindungan komprehensif ini tidak hanya memberikan keamanan bagi perusahaan yang menggunakan AI, tetapi juga membuka peluang baru bagi industri asuransi untuk berkembang di era teknologi canggih.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama empat asosiasi Fintech di Indonesia telah meluncurkan Panduan Kode Etik Kecerdasan Buatan yang Bertanggung Jawab dan Terpercaya di Industri Teknologi Finansial. Panduan ini bertujuan memastikan aplikasi AI di industri Fintech memenuhi prinsip beneficial, fair and accountable, transparent and explicable, serta robustness dan security. Dengan adanya asuransi yang mengelola risiko AI, industri asuransi dapat tetap relevan dan membuka peluang baru di era teknologi canggih.
Dengan berbagai bentuk asuransi yang dapat dikembangkan untuk mengelola risiko AI, industri asuransi dapat tetap relevan dan bahkan lebih penting dari sebelumnya. Perlindungan komprehensif ini tidak hanya memberikan keamanan bagi perusahaan yang menggunakan AI, tetapi juga membuka peluang baru bagi industri asuransi untuk berkembang di era teknologi canggih. ■
*) Tuhu Nugraha, pengamat teknologi, principal IADERN.