DI ERA DIGITAL yang terus berkembang, adopsi teknologi kecerdasan artifisial (AI) dalam layanan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan pengalaman pelanggan.
AI dapat mengotomasi proses administratif pengajuan KPR, seperti verifikasi dokumen dan penilaian risiko awal, yang selama ini memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan manusia. Dengan demikian, proses pengajuan KPR dapat menjadi lebih cepat dan efisien, mengurangi waktu tunggu bagi calon pemilik rumah.
Potensi pasar KPR di Indonesia sangat besar, terlihat dari pertumbuhan portofolio KPR yang mencapai Rp687,5 triliun pada Februari 2024, meningkat 12,61% dari tahun sebelumnya.
PT Bank Tabungan Negara (BTN), sebagai pemimpin pasar KPR, optimistis akan pertumbuhan KPR yang positif, dengan kontribusi KPR lebih dari 77% terhadap total kredit bank. Selain itu, PT Bank Central Asia (BCA) juga mencatat pencairan baru KPR sebesar Rp40,9 triliun pada tahun 2023, meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Data ini menunjukkan bahwa bisnis KPR terus berkembang pesat di Indonesia, meskipun terdapat tantangan seperti ketimpangan digital dan kebutuhan akan infrastruktur teknologi yang memadai. Dengan mengadopsi teknologi AI, bank dan lembaga keuangan dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses pengajuan KPR, menjadikan layanan ini lebih cepat, aman, dan dapat diakses oleh lebih banyak orang.
Selain itu, AI dapat meningkatkan akurasi penilaian risiko kredit. Algoritma pembelajaran mesin dapat menganalisis data yang lebih luas dan beragam, termasuk data alternatif seperti riwayat pembayaran tagihan listrik dan transaksi online, untuk memberikan penilaian yang lebih komprehensif dan tidak bias.
Hal ini sangat penting dalam konteks Indonesia, di mana banyak individu belum sepenuhnya terintegrasi dalam sistem perbankan formal dan sering kali memiliki akses terbatas ke layanan kredit tradisional.
Di sisi layanan pelanggan, AI dalam bentuk chatbot dan asisten virtual dapat memberikan dukungan 24/7, menjawab pertanyaan, dan membantu dalam proses aplikasi KPR. Ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan bagi pelanggan tetapi juga mengurangi beban kerja bagi staf manusia, memungkinkan mereka untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih kompleks dan bernilai tinggi.
Dengan mengadopsi teknologi AI, bank dan lembaga keuangan dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses pengajuan KPR, menjadikan layanan ini lebih cepat, aman, dan dapat diakses oleh lebih banyak orang.
Selain itu, AI dapat digunakan untuk mendeteksi aktivitas penipuan dengan menganalisis pola transaksi dan perilaku yang mencurigakan, sehingga meningkatkan keamanan dalam proses pemberian KPR.
Namun, adopsi AI dalam layanan KPR di Indonesia bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan digital, di mana akses internet dan literasi digital masih belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan investasi dalam infrastruktur teknologi yang memadai, seperti jaringan internet yang cepat dan andal serta pusat data yang kuat.
Selain itu, kolaborasi dengan perusahaan fintech lokal sangat penting untuk mempercepat adopsi dan penyesuaian teknologi ini. Fintech lokal memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan tantangan pasar Indonesia.
Mereka juga telah berpengalaman dalam menggunakan teknologi AI untuk berbagai layanan keuangan, seperti pemrosesan pinjaman digital, analisis kredit berbasis data alternatif, dan layanan pelanggan otomatis melalui chatbot.
Dengan kolaborasi ini, bank dan lembaga pemberi pinjaman KPR dapat memanfaatkan keahlian fintech lokal dalam mengembangkan solusi yang sesuai dengan kondisi lokal.
Fintech lokal juga sering kali memiliki jaringan yang lebih luas di daerah-daerah yang kurang terjangkau oleh bank tradisional, sehingga dapat membantu memperluas akses layanan KPR berbasis AI ke berbagai lapisan masyarakat.
Melalui kerja sama ini, adopsi teknologi AI dalam layanan KPR dapat dilakukan lebih efektif dan inklusif, memastikan bahwa manfaat dari teknologi ini dapat dirasakan secara luas di seluruh Indonesia. Keterbatasan data yang terstruktur dan berkualitas tinggi juga merupakan tantangan signifikan.
Selain itu, pelatihan bagi karyawan mengenai pentingnya kualitas data dan cara mengelolanya dengan benar sangat penting. Perusahaan juga perlu membangun tim khusus yang bertanggung jawab untuk pengelolaan data, termasuk data scientist dan data engineer, yang memiliki keahlian dalam analitik data dan teknik pemrosesan data.
Menghadapi masalah ini, perusahaan perlu berinvestasi dalam sistem pengelolaan data yang efektif dan melakukan upaya konkret untuk mengumpulkan dan membersihkan data yang relevan.
Langkah pertama adalah mengadopsi teknologi manajemen data yang canggih, seperti platform data terpadu yang memungkinkan integrasi dan pengelolaan data dari berbagai sumber secara efisien.
Selanjutnya, perusahaan harus menerapkan proses standar untuk pengumpulan data, memastikan bahwa semua data yang dikumpulkan sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan relevan dengan tujuan analisis. Ini dapat melibatkan penggunaan alat otomatisasi untuk mengidentifikasi dan memperbaiki anomali atau kesalahan dalam data.
Selain itu, pelatihan bagi karyawan mengenai pentingnya kualitas data dan cara mengelolanya dengan benar sangat penting. Perusahaan juga perlu membangun tim khusus yang bertanggung jawab untuk pengelolaan data, termasuk data scientist dan data engineer, yang memiliki keahlian dalam analitik data dan teknik pemrosesan data.
Upaya kolaboratif dengan pihak ketiga, seperti penyedia data eksternal atau konsultan data, dapat membantu memperkaya dan memvalidasi dataset yang ada.
Hal lain yang perlu diperhatikan, menerapkan sistem keamanan data yang ketat untuk melindungi informasi sensitif dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi privasi data akan membantu membangun kepercayaan pelanggan dan menjaga integritas data yang dikelola.
Melalui langkah-langkah ini, perusahaan dapat mengatasi tantangan keterbatasan data dan memaksimalkan potensi penggunaan AI dalam layanan KPR.Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia juga krusial. Karyawan di sektor KPR perlu dilatih untuk memahami dan menggunakan teknologi AI secara efektif, sehingga mereka dapat beradaptasi dengan perubahan dan memaksimalkan manfaat dari teknologi ini.
Kepercayaan dan penerimaan publik terhadap penggunaan AI juga perlu dibangun. Transparansi tentang manfaat dan cara kerja teknologi ini, serta jaminan keamanan dan privasi data pelanggan, adalah langkah penting untuk menciptakan kepercayaan. Regulasi dan kebijakan pemerintah, termasuk peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP), harus dipatuhi untuk memastikan bahwa penggunaan AI dalam proses KPR sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Perusahaan perlu secara aktif mematuhi ketentuan OJK yang mengatur penggunaan teknologi keuangan, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil sesuai dengan standar regulasi yang ditetapkan. Selain itu, perlindungan data pribadi harus menjadi prioritas utama, mengikuti pedoman yang diatur dalam UU PDP untuk melindungi informasi sensitif pelanggan dari penyalahgunaan dan pelanggaran privasi.
Untuk memastikan penerapan yang tepat dan bertanggung jawab dari teknologi AI, perusahaan juga dapat merujuk pada standar internasional seperti ISO 42001 terkait sistem manajemen AI. Standar ini memberikan panduan tentang bagaimana mengelola risiko, menjaga etika, dan memastikan transparansi dalam penggunaan AI.
Dengan mengadopsi pendekatan ini, perusahaan dapat membangun kepercayaan publik, meningkatkan penerimaan teknologi, dan memastikan bahwa implementasi AI dalam layanan KPR tidak hanya efisien dan inovatif, tetapi juga aman dan dapat diandalkan.
Strategi adopsi yang tepat dan pemahaman mendalam tentang tantangan lokal, AI dapat membawa dampak positif yang signifikan dalam industri KPR di Indonesia.
Penggunaan AI dapat meningkatkan efisiensi, akurasi, dan pengalaman pelanggan, menjadikan proses pengajuan KPR lebih cepat, aman, dan dapat diakses oleh lebih banyak orang.
Dengan mengadopsi pendekatan ini, perusahaan dapat membangun kepercayaan publik, meningkatkan penerimaan teknologi, dan memastikan bahwa implementasi AI dalam layanan KPR tidak hanya efisien dan inovatif, tetapi juga aman dan dapat diandalkan.
Mari kita eksplorasi bersama potensi AI dalam mentransformasi layanan KPR di Indonesia, , berbagi pandangan, dan ide Anda untuk bersama-sama membentuk masa depan yang lebih inklusif dan inovatif. ■
*) Tuhu Nugraha, pengamat teknologi, principal IADERN.
Ilustrasi: HousingWire