Mitigasi risiko AI dalam payment switching, sebuah panduan praktis untuk perusahaan lokal

- 21 Mei 2024 - 15:24

PENGGUNAAN kecerdasan buatan (AI) dalam payment switching telah menjadi tren global yang tidak bisa dihindari. Payment switching adalah proses penting dalam industri keuangan yang memungkinkan terjadinya transaksi pembayaran elektronik antar pihak yang berbeda, seperti bank, merchant, dan penyedia layanan pembayaran lainnya.

Fungsinya meliputi routing transaksi, switching transaksi, settlement transaksi, dan manajemen risiko. Selain itu, perusahaan payment switching juga menawarkan layanan nilai tambah seperti pemrosesan pembayaran, manajemen terminal POS, analisis data transaksi, dan layanan loyalty program.

Di Indonesia, perusahaan lokal seperti ALTO, Artajasa, RINTIS, dan Jalin berperan penting dalam ekosistem payment switching. Namun, penerapan AI dalam payment switching membawa risiko operasional, keamanan, kepatuhan, dan reputasi yang perlu diatasi. Risiko operasional meliputi ketergantungan pada sistem, kesalahan algoritma, dan masalah integrasi. Risiko keamanan mencakup serangan siber, pencurian data, dan penyalahgunaan AI.

Risiko kepatuhan terkait dengan bias algoritma, pelanggaran privasi, dan perubahan regulasi, sementara risiko reputasi bisa timbul dari kesalahan atau gangguan sistem dan pelanggaran keamanan.

Pemanfaatan AI di industri keuangan, khususnya di payment switching tak bisa dihindari lagi. Daya saing industri saat ini adalah kemampuannya memanfaatkan AI. Di sisi lain, pemerintah saat ini juga mendorong pemanfaatan AI sebagai bagian dari strategi kedaulatan digital. Oleh karena diperlukan beberapa strategi berikut, untuk melakukan mitigasi risiko pemanfaatan AI, pengembangan dan pengujian yang tepat.

Dalam konteks payment switching, penerapan prinsip-prinsip keamanan, keadilan, dan transparansi dalam pengembangan sistem AI sangat penting untuk menjaga integritas, kepercayaan, dan keamanan transaksi keuangan. Keamanan harus menjadi prioritas utama dengan perlindungan data yang kuat melalui enkripsi, tokenisasi, dan teknik anonimisasi untuk melindungi data sensitif pelanggan dari akses yang tidak sah.

Selain itu, algoritma AI harus dilatih untuk mendeteksi dan mencegah penipuan dengan memantau transaksi secara real-time dan melakukan analisis perilaku pengguna. Keamanan siber juga harus dijaga dengan pembaruan keamanan rutin, pengujian penetrasi, dan pemantauan jaringan yang ketat.

Pemanfaatan AI di industri keuangan, khususnya di payment switching tak bisa dihindari lagi. Daya saing industri saat ini adalah kemampuannya memanfaatkan AI. Di sisi lain, pemerintah saat ini juga mendorong pemanfaatan AI sebagai bagian dari strategi kedaulatan digital. Oleh karena diperlukan beberapa strategi berikut, untuk melakukan mitigasi risiko pemanfaatan AI, pengembangan dan pengujian yang tepat.

Keadilan dalam sistem AI dapat dicapai dengan mitigasi bias untuk menghindari diskriminasi terhadap kelompok pelanggan tertentu. Algoritma harus dirancang agar data pelatihan yang digunakan representatif dan bebas dari bias yang tidak diinginkan.

Transparansi keputusan juga penting, di mana sistem AI harus dapat menjelaskan alasan di balik keputusan yang diambil, terutama dalam kasus penolakan transaksi atau pembatasan akun, sehingga pelanggan dapat memahami dan memperbaiki masalah yang ada. Sistem AI harus memastikan akses yang adil bagi semua pelanggan tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi atau karakteristik demografis lainnya.

Transparansi dalam sistem AI melibatkan dokumentasi yang jelas mengenai proses pengembangan, pelatihan, dan pengujian sistem AI. Dokumentasi ini harus mencakup informasi tentang data pelatihan, algoritma yang digunakan, dan metrik kinerja. Keputusan yang dihasilkan oleh sistem AI harus dapat dijelaskan dengan cara yang mudah dipahami oleh pengguna non-teknis, meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap sistem. Selain itu, audit dan pengawasan oleh pihak independen diperlukan untuk memastikan bahwa sistem berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip keamanan, keadilan, dan transparansi.

Pengujian yang ketat juga penting untuk memastikan keandalan sistem AI dalam payment switching. Pengujian fungsional harus dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan sistem berfungsi sesuai dengan yang diharapkan dalam berbagai skenario transaksi.

Pengujian keamanan harus mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan sebelum sistem diimplementasikan, dan pengujian kinerja harus memastikan bahwa sistem AI dapat menangani volume transaksi yang diharapkan dengan waktu respons yang cepat.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, perusahaan payment switching dapat memastikan bahwa sistem AI mereka aman, adil, transparan, dan dapat diandalkan, meningkatkan kepercayaan pelanggan serta mematuhi peraturan yang berlaku dan mengurangi risiko operasional dan reputasi.

Pemantauan dan pemeliharaan berkelanjutan

Dalam konteks payment switching, pemantauan kinerja sistem AI secara terus-menerus, pemeliharaan rutin, dan rencana cadangan sangat penting untuk menjaga kelancaran, keamanan, dan keandalan transaksi keuangan. Pemantauan real-time memungkinkan deteksi dini terhadap anomali atau penurunan kinerja, serta pemantauan metrik kinerja utama (KPI) seperti tingkat penipuan dan tingkat kesalahan transaksi. Analisis log sistem secara teratur juga penting untuk mengidentifikasi pola kesalahan dan potensi serangan siber, sehingga sistem AI dapat dioptimalkan.

Pemeliharaan rutin meliputi pembaruan perangkat lunak dengan patch keamanan terbaru dan retraining model AI dengan data terbaru untuk menjaga akurasi dan relevansi. Kalibrasi model secara berkala juga diperlukan untuk memastikan model AI berfungsi optimal dan memberikan hasil yang akurat. Pembaruan dan perawatan ini membantu menjaga kinerja sistem AI tetap baik dan aman.

Rencana cadangan mencakup penerapan sistem redundansi, seperti server dan jaringan cadangan, untuk memastikan kelangsungan operasi meskipun terjadi kegagalan pada sistem utama. Mekanisme failover otomatis juga penting untuk memindahkan operasi ke sistem cadangan tanpa mengganggu layanan.

Selain itu, rencana pemulihan bencana yang komprehensif harus disiapkan untuk mengatasi skenario terburuk, seperti bencana alam atau serangan siber besar-besaran, termasuk langkah-langkah pemulihan data dan sistem.

Dengan menerapkan pemantauan kinerja, pemeliharaan rutin, dan rencana cadangan yang baik, perusahaan payment switching dapat memastikan sistem AI mereka tetap berfungsi dengan baik, aman, dan andal. Ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan, melindungi integritas transaksi keuangan, dan memastikan keberlangsungan bisnis, bahkan dalam menghadapi tantangan atau gangguan yang tidak terduga.

Kerangka kerja tata kelola yang kuat

Perusahaan perlu mengembangkan kerangka kerja tata kelola yang jelas untuk penggunaan AI, termasuk kebijakan, prosedur, dan peran tanggung jawab yang jelas. Ini akan memastikan bahwa penggunaan AI dilakukan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dengan menerapkan pemantauan kinerja, pemeliharaan rutin, dan rencana cadangan yang baik, perusahaan payment switching dapat memastikan sistem AI mereka tetap berfungsi dengan baik, aman, dan andal. Ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan, melindungi integritas transaksi keuangan, dan memastikan keberlangsungan bisnis, bahkan dalam menghadapi tantangan atau gangguan yang tidak terduga.

Pelatihan dan kesadaran karyawan

Pelatihan karyawan tentang AI dalam konteks payment switching adalah investasi penting untuk memastikan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan efektif. Pelatihan dasar AI bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep AI, cara kerja, manfaat, dan risikonya, dengan metode seperti presentasi, diskusi, studi kasus, dan pelatihan online.

Pelatihan teknis AI difokuskan pada penggunaan spesifik sistem AI dalam payment switching, mencakup panduan pengguna, SOP, dan pemecahan masalah melalui pelatihan langsung dan latihan praktik. Pelatihan kesadaran keamanan AI bertujuan meningkatkan kesadaran akan risiko keamanan, dengan metode seperti simulasi serangan siber dan diskusi kelompok.

Pelatihan etika AI memastikan penggunaan AI yang etis, mencakup prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.

Pelatihan dasar AI dilakukan setidaknya sekali setahun untuk semua karyawan baru dan yang belum pernah mengikuti pelatihan sebelumnya. Pelatihan teknis AI diadakan secara berkala sesuai kebutuhan, terutama saat ada pembaruan sistem.

Pelatihan kesadaran keamanan AI juga diadakan setidaknya sekali setahun untuk semua karyawan, terutama yang memiliki akses langsung ke sistem AI. Pelatihan etika AI diberikan setidaknya sekali setahun untuk karyawan yang terlibat dalam pengembangan, implementasi, atau penggunaan sistem AI.

Dengan pelatihan komprehensif dan berkelanjutan, perusahaan payment switching dapat memastikan sistem AI digunakan dengan bertanggung jawab, efektif, dan aman. Hal ini membantu meminimalkan risiko, meningkatkan kinerja, dan membangun kepercayaan pelanggan, sehingga mendukung kelangsungan bisnis yang berkelanjutan.

Divisi yang perlu dilatih meliputi IT, operasi, manajemen risiko, kepatuhan, dan manajemen. Tim IT bertanggung jawab atas pengembangan dan pemeliharaan sistem AI, sehingga perlu memahami cara kerja dan risiko keamanan.

Tim operasi, yang menggunakan sistem AI sehari-hari, perlu memahami cara operasional dan pemantauan kinerja. Tim manajemen risiko perlu mengenali dan mengatasi risiko AI, sementara tim kepatuhan memastikan sistem AI mematuhi regulasi yang berlaku. Tim manajemen perlu memahami manfaat dan risiko AI untuk pengambilan keputusan strategis.

Dengan pelatihan komprehensif dan berkelanjutan, perusahaan payment switching dapat memastikan sistem AI digunakan dengan bertanggung jawab, efektif, dan aman. Hal ini membantu meminimalkan risiko, meningkatkan kinerja, dan membangun kepercayaan pelanggan, sehingga mendukung kelangsungan bisnis yang berkelanjutan.

Kolaborasi dengan regulator

Kolaborasi dengan regulator dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk memastikan penggunaan AI dalam payment switching sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perusahaan harus proaktif menjalin komunikasi dengan regulator seperti Bank Indonesia, OJK, BSSN, dan Kominfo melalui pertemuan formal dan forum diskusi.

Pemahaman mendalam tentang peraturan yang berlaku dan transparansi dalam menyampaikan informasi mengenai penggunaan AI juga sangat penting untuk membangun hubungan yang baik dengan regulator.

Partisipasi aktif dalam forum industri seperti AFTECH dan ASPI serta kolaborasi dengan lembaga penelitian dan akademisi dapat membantu perusahaan berbagi pengetahuan dan praktik terbaik terkait AI.

Perusahaan juga bisa berkontribusi dalam pengembangan standar industri untuk menciptakan kerangka kerja yang aman dan konsisten. Ini memungkinkan identifikasi potensi risiko serta solusi mitigasi yang efektif.

Perusahaan perlu membentuk tim khusus untuk memantau perkembangan regulasi terkait AI dan payment switching baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan memanfaatkan sumber informasi seperti publikasi resmi dari regulator dan laporan industri, perusahaan dapat tetap up-to-date dengan perubahan regulasi. Penyesuaian sistem AI juga harus dilakukan agar selalu sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Menerapkan prinsip-prinsip etika AI seperti keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan privasi sangat penting. Algoritma AI harus memastikan tidak ada diskriminasi, dan perusahaan harus memberikan penjelasan yang jelas tentang cara kerja AI.

Perlindungan data pribadi pelanggan juga harus menjadi prioritas utama. Langkah-langkah ini akan membantu perusahaan payment switching meminimalkan risiko, membangun kepercayaan pelanggan dan regulator, serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk inovasi dan pertumbuhan industri.

Dengan memahami dan mengelola risiko-risiko ini secara proaktif, perusahaan payment switching di Indonesia dapat memanfaatkan potensi AI untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan inovasi, sambil meminimalkan dampak negatifnya. Keberhasilan dalam penerapan AI akan memperkuat posisi perusahaan dalam persaingan global dan mendukung kedaulatan digital yang didorong oleh pemerintah. ■

*) Tuhu Nugraha, pengamat teknologi, principal IADERN.

Comments are closed.