
Mardigu Wowiek Prasantyo, dikenal sebagai Bossman Mardigu, resmi diangkat sebagai Komisaris Utama Bank BJB dalam RUPS Tahun Buku 2024. Penunjukan ini merupakan amanah langsung dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang meminta Mardigu untuk memastikan transparansi dan mencegah praktik korupsi di tubuh Bank BJB. Mardigu menerima tawaran ini setelah melalui proses pertimbangan dan istikharah, dengan semangat untuk mengimplementasikan gagasan dan ilmunya dalam dunia perbankan.
Fokus utama:
- Penunjukan resmi Mardigu Wowiek sebagai Komisaris Utama Bank BJB oleh pemegang saham dalam RUPS.
- Arahan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi agar Mardigu mengawal transparansi dan integritas di Bank BJB.
- Komitmen Mardigu untuk menerapkan ilmu ekonomi dan keuangan secara nyata di institusi publik.
Nama Mardigu Wowiek kerap mencuat sebagai sosok nyentrik, penuh kontroversi, namun sekaligus magnet gagasan alternatif di bidang ekonomi dan kebijakan publik. Dikenal luas sebagai “Bossman Mardigu,” ia kerap tampil di kanal YouTube atau forum publik dengan teori-teori ekonomi geopolitik yang berani. Namun kini, pria yang juga dikenal sebagai pengusaha itu mengambil langkah berbeda: turun langsung ke arena institusi keuangan, sebagai Komisaris Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (Bank BJB).
Penunjukan Mardigu sebagai Komisaris Utama disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 Bank BJB yang digelar di Bandung, Rabu (16/4). Amanah itu datang langsung dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi—yang akrab disapa KDM—pemegang saham pengendali bank milik daerah tersebut.
“Pesannya cuma satu: transparansi. Tidak ada yang disimpan di bawah meja. Tidak boleh ada peluang untuk korupsi. Itu tugas saya di BJB,” ujar Mardigu usai RUPST, di Menara Bank BJB, Bandung.
Langkah ini bukan sekadar penunjukan administratif. Bagi Mardigu, ini adalah momen pembuktian. Selama bertahun-tahun ia dikenal sebagai pengamat dan penggagas ide ekonomi di luar arus utama. Kini, dia ingin membuktikan bahwa pemikiran itu bisa dijalankan dalam sistem yang nyata.
“Ini adalah komitmen yang menarik karena kita harus membuktikan bahwa teori, keilmuan, atau kepandaian kita itu harus ada tempat untuk dipraktikkan. Dan KDM menantang saya untuk mempraktikkan itu di Jabar,” ujarnya.
Mardigu bukan figur baru di dunia bisnis. Ia dikenal sebagai entrepreneur di sektor energi, keuangan, hingga teknologi. Ia juga sempat menjadi sorotan karena platform investasi crowdfunding digital Santara yang sempat disorot OJK karena perizinan. Namun di balik reputasinya yang penuh warna, Mardigu adalah pribadi yang lekat dengan pemikiran alternatif dan nasionalisme ekonomi.
Langkah KDM menunjuk Mardigu tidak datang begitu saja. Keduanya bahkan tidak pernah bertemu langsung untuk membicarakan posisi tersebut. Hanya komunikasi via telepon, yang dilakukan ketika keduanya tengah berada di Eropa.
“Saya telepon dia, minta jadi komisaris. Dia jawab: ‘Saya harus istikharah dulu,’” cerita KDM usai RUPST. “Saya tunggu beberapa hari, dan akhirnya dia menyanggupi.”
Penunjukan Mardigu juga sejalan dengan agenda besar KDM untuk menjadikan BJB sebagai BUMD percontohan nasional dalam hal efisiensi, transparansi, dan pemberdayaan UMKM. KDM bahkan secara terbuka meminta agar biaya operasional BJB dipangkas dan ekspansi lewat Kelompok Usaha Bank (KUB) lebih selektif.
Dengan gaya komunikasinya yang lugas, Mardigu diyakini dapat memainkan peran pengawas yang kritis sekaligus produktif di lingkaran dewan komisaris. Apalagi, ia tak punya beban masa lalu di BJB—menjadikannya tokoh segar yang bisa bergerak tanpa kepentingan terselubung.
Apakah penunjukan ini akan menjadi batu loncatan bagi Mardigu dalam karier politik atau birokrasi? Ataukah ini hanya persinggahan intelektual dalam misi pribadinya untuk mengubah cara kerja sistem dari dalam?
Yang pasti, publik kini akan menyaksikan babak baru dari perjalanan sang Bossman—bukan lagi sebagai komentator dari luar pagar, tapi sebagai aktor utama dalam dunia nyata perbankan daerah. ■