digitalproperty.id – PERUSAHAAN KONGLOMERASI di Indonesia, sebut saja Salim Group, Elang Mahkota Teknologi (Emtek) atau Lippo Group belakangan mulai merambah ke bisnis bank digital lewat startup. Sebagian lainnya masuk melalui anak usaha atau bank-bank konvensional.
Salim Group misalnya, masuk ke sektor bank digital lewat Youtap Indonesia. Startup digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini menggaet Bank Mandiri untuk menyediakan layanan finansial dan bank digital. Kemudian Emtek merambah bank digital melalui Grab. Decacorn asal Singapura ini dikabarkan bersiap masuk ke bisnis digital di Indonesia lewat Bank Capital.
Sementara Lippo Group masuk ke sektor bank digital lewat OVO dan juga masuk dalam ekosistem Grab. Menariknya, perbankan di Indonesia, termasuk bank yang sudah memiliki bank digital, juga aktif berinvestasi di perusahaan-perusahaan rintisan. Tak lain mereka ingin melebarkan sayap bisnisnya dengan menciptakan ekosistem seluas-luasnya.
Salah satu bank yang gencar menginvestasikan dananya di startup adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Melalui anak usaha modal venturanya, Central Capital Ventura (CCV), BCA aktif berinvestasi pada perusahaan startup. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan hingga saat ini perseroan telah berinvestasi pada sekitar 22 startup di Indonesia dan telah memiliki valuasi cukup bagus.
“Prospeknya sangat bagus. Perseroan setiap tahunnya menganggarkan dana kepada CCV untuk nantinya disuntikkan kepada startup. Kalau kita lihat, salah nggak investasi di startup? Enggak. Karena bersama kita, banyak global investor yang juga masuk di startup yang kita inves, artinya pilihan kita tidak salah,” ujar bankir senior itu baru-baru ini.
Baca juga: Jerry Ng, bankir berkelas dengan sentuhan tangan bak Raja Midas
Menurut dia, startup yang dipilih BCA memberikan dukungan kepada bisnis perseroan secara konsolidasi. BCA, kata dia, terbuka untuk investasi pada perusahaan rintisan, selama bisa memberikan kontribusi. Namun dia tak mau menyebut dana yang disiapkan untuk disuntik pada CCV tahun depan. “Modal kita gelontorkan untuk anak usaha asal profitable. Karena likuiditas kita juga melimpah,” kata Jahja.
Adapun, berdasarkan laman Central Capital Ventura, portofolio startup yang dimiliki antara lain OY!, Qoala, Airwallex, KlikACC, Akseleran, Agate, Sinbad, Railsbank, Wallex, Element, 6 Estates, Bambu, Pomana, Silot, Julo, Cee- Suite, hingga Impact Credit Solutions.
Baca juga: Digitalisasi dorong perbankan berkolaborasi dengan perusahaan fintech
Lebh lanjut dia bercerita soal salah satu startup bidang industri game, yakni Agate sudah menunjukkan hasil yang positif hingga menembus pasar internasional. Agate merupakan perusahaan pengembang permainan video Indonesia yang berdiri sejak 2009 dan berbasis di Bandung.
“Buat industri game itu luar biasa, dan Agate ini sudah mau go international, sudah coba pasarin di luar dan ternyata waktu cek transaksinya luar biasa. Kita lihat prospek di gaming, kita bangga anak Bandung go international,” ungkapnya. (HAN)