Dana pihak ketiga Bank Neo tembus Rp 11,1 triliun, CASA tumbuh 82,35%

- 7 Juli 2022 - 20:04

PT Bank Neo Commerce Tbk. (BYBB) berhasil menghimpun dana pihak ketiga atau DPK sebesar Rp11,1 triliun pada semester I/2022. Jumlah tersebut naik sekitar Rp3 triliun, dibandingkan dengan Desember 2021.

digitalbank.id – PT Bank Neo Commerce Tbk. (BYBB) berhasil menghimpun dana pihak ketiga atau DPK sebesar Rp11,1 triliun pada semester I/2022. Jumlah tersebut naik sekitar Rp3 triliun, dibandingkan dengan Desember 2021.

Demikian Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan seraya merinci dari jumlah DPK yang terkumpul, dana yang berasal dari tabungan dan giro (Current Account Saving Account/CASA) sebesar Rp3,1 triliun pada Juni 2022. “CASA tumbuh 82,35 persen year to date dibandingkan dengan posisi CASA pada Desember 2021 yang senilai Rp1,7 triliun,” kata Tjandra di Jakarta, Kamis (7/7).

Adapun DPK yang berasal dari deposito berjangka, kata Tjandra, naik 23,07 persen ytd dari Rp6,5 triliun pada Desember 2021 menjadi Rp8 triliun pada semester I/2022. Sementara itu, Bank Indonesia mencatat penghimpunan DPK perbankan per Mei 2022 tumbuh melambat 10,1 persen yoy menjadi Rp7.266,8 triliun, dari April yang tercatat sebesar 10,3 persen yoy.

Di sisi lain, simpanan berjangka terpantau mengalami kontraksi 0,4 persen per Mei 2022. Adapun untuk aset, ujar Tjandra, pada Desember 2021 senilai Rp11,3 triliun. Jumlah tersebut bertambah Rp3 triliun dalam 6 bulan pertama 2022 menjadi Rp14,3 triliun. “Jadi ini merupakan kenaikkan yang sangat signifikan,” kata Tjandra.

Tjandra mengatakan pertumbuhan aset disertai dengan lesatan pembiayaan yang disalurkan perusahaan. Pada Desember 2021, total kredit yang telah disalurkan Bank Neo Commerce senilai Rp4,2 triliun. Pada semester I/2022 nilainya tumbuh 66,6 persen ytd menjadi Rp7 triliun.

Dia mengatakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan kredit tersebut disebabkan perusahaan makin gencar menjalin kerja sama dengan mitra-mitra untuk penyaluran kredit. Diketahui dari total Rp7 triliun, sekitar 60 persen berasal dari kredit yang disalurkan melalui channeling.  “Kami juga menyalurkan kredit sendiri ke beberapa bisnis yang profitable lewat pinjaman digital,” kata Tjandra.(SAF)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.