BI perkirakan permintaan KPR menurun dalam 3-6 bulan ke depan

- 22 November 2022 - 07:40

digitalbank.id – BERDASARKAN riset Bank Indonesia (BI), permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) diperkirakan akan menurun dalam 3-6 bulan ke depan. Dari Survei Permintaan dan Penawaran Keuangan Bank yang dirilis BI pada Senin (21/11/2022), penurunan permintaan selama 3 bulan ke depan ditunjukkan dengan melemahnya rasio KPR menjadi 10,4 persen pada Oktober 2022 dari 13 persen pada September 2022. Amin Nurdin, dosen senior Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), mengatakan hasil survei pengajuan KPR BI dipengaruhi banyak faktor.

Pertama, sulit untuk memprediksi kondisi umum di masa depan. Mengingat beberapa pihak telah memprediksi bahwa prospek ekonomi global akan menjadi badai yang sempurna di tahun mendatang. “Namun, saya melihat Indonesia tidak akan terlalu terpengaruh dalam jangka pendek atau panjang,” kata Amin, Senin (21/11/2022).

Kedua, kenaikan suku bunga acuan. Menurut dia, nasabah memprediksi suku bunga KPR akan naik dengan kenaikan BI 7-Day Repo Rate (BI7DRR) yang saat ini berada di level 5,25%. “Baru-baru ini saya menyadari bahwa sebagian orang masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga membeli rumah dan sebagainya bukanlah prioritas dalam situasi saat ini,” katanya.

Sementara itu, dari survei BI, pada periode 6 bulan mendatang, kebutuhan terhadap pembiayaan KPR juga cenderung melemah. Pada Oktober 2022, pangsa KPR tercatat berada di posisi 6,9 persen, sedangkan bulan sebelumnya mencapai 10,2 persen. Tak cuma itu, survei bank sentral juga memproyeksikan bahwa penyaluran kredit baru untuk kredit konsumsi seperti KPR dan lainnya mengalami perlambatan pada kuartal IV/2022.

Sebelumnya, Survei Harga Properti Residensial yang dirilis BI menyebutkan bahwa peningkatan harga properti masih berlanjut hingga kuartal III/2022. Indeks Harga Properti Residensial pada periode tersebut tercatat naik 1,94 persen secara year-on-year (yoy). Adapun dari sisi penjualan juga bertumbuh 13,5 persen yoy, meski melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 15,23 persen. Pertumbuhan ini mayoritas ditopang seluruh tipe rumah, kecuali tipe rumah menengah yang terkoreksi 1,59 persen secara tahunan. Responden menyampaikan bahwa sejumlah hambatan dalam penjualan properti residensial primer dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kenaikan harga bahan bangunan (24,13 persen), masalah perizinan (15,59 persen), dan suku bunga KPR (11,91 persen).

Di tengah proyeksi negatif tersebut, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BBTN kembali menggelar pameran perumahan yakni Indonesia Property Expo (IPEX) 2022 di Jakarta Convention Center pada 19 – 27 November 2022. Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan bahwa masyarakat yang mengambil KPR dalam gelaran IPEX 2022 akan mendapatkan bunga secara menarik, mulai dari 2,47 persen pada tahun pertama. “Selain itu, ada penawaran gratis untuk biaya provisi, administrasi, dan appraisal,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (20/11/2022).

Dalam gelaran yang diikuti oleh 42 pengembang tersebut, BBTN menargetkan potensi izin prinsip KPR sekitar Rp1,5 triliun. Perinciannya, KPR nonsubsidi mencapai Rp900 miliar, KPR subsidi Rp300 miliar dan pembiayaan rumah syariah Rp300 miliar. Sampai dengan kuartal III/2022, bank spesialis pembiayaan hunian tersebut mencatatkan total penyaluran KPR sebesar Rp228,09 triliun atau naik 7,66 persen secara tahunan.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga kembali berencana menggelar BCA Expo Hybrid 2022 guna mendorong laju penyaluran kredit konsumsi. Sampai akhir September 2022, perseroan telah menyalurkan KPR sebesar Rp105 triliun, naik 10,4 persen yoy. Sampai dengan akhir September 2022, total KPR di perbankan tercatat sebesar Rp600,5 triliun atau tumbuh 7,7 persen secara tahunan. Penyaluran KPR berkontribusi hingga 51 persen dari total kredit properti di bank yang mencapai Rp1.180 triliun.(SAF)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.