BI naikan suku bunga acuan sebesar 4,5% dan diprediksi masih akan bergerak naik

Share post:

digitalbank.id – BANK Indonesia (BI) diperkirakan akan menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin (bps) pada kuartal keempat tahun 2022. Pada rapat dewan September 2022, BI mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) ke level 4,25%.

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan untuk menormalkan suku bunga acuan The Fed tahun ini. Ini lebih agresif dari yang diperkirakan sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan keputusan BI melampaui ekspektasi pasar dan mendukung reli terbatas rupiah di tengah sentimen bahwa suku bunga The Fed akan naik 75 basis poin sesuai dengan ekspektasi pasar. Pada akhir tahun, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi menjadi 4,5%, atau lebih dari 100 basis poin.

Karena itu Josua mengharapkan BI menaikkan lagi suku bunga acuan di kisaran 75-100 basis poin. BI juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga dasar ke level 5-5,25% untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, yang pada akhirnya akan mencegah pelemahan lebih lanjut kondisi pasar SBN, ujarnya, Minggu (25/September 2022). .

Josua menilai, di samping kebijakan suku bunga, kebijakan operation twist BI akan membatasi kenaikan tingkat imbal hasil SBN tenor jangka panjang dan pada saat sama akan mendorong daya tarik SBN dengan tenor jangka pendek.  Lebih lanjut, imbuhnya, dengan upaya pemerintah menjaga defisit APBN 2022 agar lebih rendah dari 4 persen dari PDB dan maksimal 3 persen dari PDB pada 2023, diperkirakan akan mendorong daya tarik mengingat sebagian besar negara lain masih diliputi isu tingginya rasio hutang dan defisit fiskal. 

Dengan perkembangan tersebut, Josua memperkirakan pergerakan yield SBN tenor 10 tahun akan berkisar 7–7,5 persen hingga akhir tahun. Pada kesempatan berbeda, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan BI akan lebih agresif mengubah kebijakan moneter longgar ke kebijakan yang lebih ketat untuk menjaga stabilitas.

Dari sisi eksternal, the Fed telah memberi sinyal untuk menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin hingga akhir tahun. Kondisi ini akan membatasi aliran portofolio ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Di samping itu, nilai tukar rupiah berpotensi semakin tertekan ke depan.

Sementara itu, dari sisi domestik, tingkat inflasi telah melebihi batas sasaran BI 2—4 persen sejak Juni 2022 dan diperkirakan akan melebihi 6 persen pada 2022. Lonjakan inflasi tersebut disebabkan oleh menguatnya permintaan masyarakat, juga sebagai imbas dari kenaikan harga BBM. “Secara keseluruhan, kami saat ini memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 5 persen hingga akhir 2022 dan naik menjadi 5,25 persen pada 2023,” imbuhnya.(SAF)

Related articles

KoinWorks berkomitmen jadi “The Most Impactful Fintech” di Asia Tenggara

digitalbank.id - KoinWorks, Perusahaan teknologi finansial (tekfin) merilis laporan bertajuk "Leveling Up Beyond Finance" dengan menggunakan kerangka environmental,...

Selain pacu pertumbuhan bisnis, solusi CBI mampu tingkatkan kualitas manajemen risiko Kredit Pintar

digitalbank.id - PT Kredit Pintar Indonesia, perusahaan financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending terdepan yang telah berizin dan...

CAR capai 33% di akhir 2022, Bank Sampoerna siap layani lebih banyak UMKM di 2023

digitalbank.id - Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) selama 2022 tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp10,1 triliun atau meningkat 18,5%...

Selama 2022 Bank Neo Commerce masif salurkan kredit, realisasinya tembus di atas Rp10 triliun

digitalbank.id - PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) secara konsisten terus meningkatkan kinerja operasional dan bisnis perbankannya, yakni...