Berkah digitalisasi perbankan menurut Bos BCA

- 15 Agustus 2022 - 11:08

digitalbank.id – TREN digitalisasi pada perbankan di Indonesia, diyakini telah mengalami percepatan karena dipicu oleh Pandemi Covid-19. Semua bank mau tidak mau harus menyesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan nasabah yang ingin menyelesaikan urusan perbankannya tanpa tatap muka.

Tak terkecuali bagi PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA. Armand Wahyudi Hartono, putra mahkota kelompok Djarum yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur Bank BCA, mengatakan bahwa pandemi telah membuat perbankan berlomba-lomba mendigitalisasi layanannya.

Dalam sekejap bank berjargon digital pun kian marak. Hal ini tidak terlepas dari kehadiran pandemi Covid-19 yang membuat pertemuan tatap muka menjadi minim, sehingga mau tidak mau bank harus bertransformasi secara cepat untuk mengatasi kendala itu. Layanan digital lantas menjadi jawaban. 

Pandemi juga telah membawa persaingan untuk memenangkan pasar di industri bank digital ke garis start baru. Potensi terbuka lebar. Bank yang sebelumnya nyaman dengan layanan konvensional, mulai berjibaku terjun ke arena persaingan itu. Menurut Armand, kondisi dunia saat ini secara langsung memaksa industri perbankan untuk segera berinovasi terhadap layanannya. Di tengah kondisi terdesak inilah, BCA mulai bergerak lincah mengarungi tren digitalisasi perbankan di Tanah Air. “Kami adalah perusahaan yang kepepet jadi harus banyak menggunakan digital,” ujar Armand dalam webinar bertajuk Transformasi Digital untuk Inovasi Berdampak, baru-baru ini.

Terdesak oleh persaingan di industri perbankan digital, BCA melalui anak usahanya, PT Bank Digital BCA, merilis aplikasi blu pada 2 Juli 2021. Aplikasi ini hadir sebagai ekosistem bank digital tanpa kantor cabang (branchless) dan dapat diakses dari mana saja, kapan saja. Bank Digital BCA merupakan hasil transformasi dari PT Bank Royal Indonesia. Adapun, BCA mengakuisisi Bank Royal pada November 2019 dengan nilai akuisisi mencapai Rp988 miliar.

“Kami sebagai perusahaan harus beranak, kami bikin BCA Digital dengan produk blu. Itu semuanya karena kami kepepet dan nasabah juga meminta. Selain itu, kompetisi juga dipaksa, akhirnya kepepet semua,” tegasnya.

Melalui anak usahanya tersebut, BCA mulai mengarungi persaingan di arena bank digital. Modal inti BCA Digital yang semula berada di angka Rp1 triliun, ditingkatkan menjadi Rp4 triliun pada Oktober 2021 lewat suntikan modal sebesar Rp2,7 triliun. Upaya itu dilakukan BCA demi memenangkan persaingan untuk menggarap sekitar 83 juta penduduk Indonesia yang masih kekurangan akses ke layanan keuangan atau perbankan alias unbanked.

Apalagi, saat ini banyak bank digital yang didukung oleh investor kakap. Semisal, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dengan ekosistem Gojek, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) yang mendapat sokongan dari jejaring Alibaba di Indonesia, serta PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang kini dikuasai oleh konglomerasi pengusaha Chairul Tanjung.

Di tengah persaingan ketat itu, BCA Digital melalui aplikasi mobile banking blu, mampu bercokol di posisi 5 besar sebagai bank digital paling populer di Indonesia. Raihan ini diperoleh berdasarkan laporan yang dilakukan oleh perusahaan riset berbasis digital, Populix. Survei bertajuk Consumer Preference Towards Banking and e-Wallet Apps itu dilakukan secara daring melalui aplikasi Populix terhadap 1.000 responden berusia 18 – 55 tahun di Indonesia.

Adapun, dari 1.000 responden tersebut, sebanyak 208 responden menggunakan digital banking. Hasil survei itu pun menunjukkan bahwa blu ada di urutan kelima sebagai bank digital paling populer, yang digunakan oleh 25 persen responden. Bank digital ini masih kalah populer dibandingkan Bank Jago di urutan puncak, disusul Neobank, Jenius, dan SeaBank. Meski demikian, blu masih lebih populer ketimbang Line Bank, TMRW, Digibank, PermataME, dan Allo Bank. Pertumbuhan blu memang tergolong pesat. Dalam usianya yang baru menginjak satu tahun, blu tercatat telah melayani 806.000 pengguna.(SAF)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.