Bank Raya bidik Rp1,16 triliun dari rights issue, segmen gig economy akan jadi sasaran ekspansi modal

- 4 Desember 2022 - 16:01

PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) berencana melakukan rights issue dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 2,32 miliar saham biasa dengan nilai nominal Rp100 per saham. Segmen gig economy disebut-sebut jadi sasaran ekspansi modal pasca rights issue.

digitalbank.id – PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) berencana melakukan rights issue dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 2,32 miliar saham biasa dengan nilai nominal Rp100 per saham. Segmen gig economy disebut-sebut jadi sasaran ekspansi modal pasca rights issue.

Nilai tersebut setara 9,26% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) X yang ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp500.

Direktur Keuangan Bank Raya Akhmad Fazri melalui siaran persnya akhir pekan lalu mengatakan tanggal akhir perdagangan Cum Date adalah 8 Desember 2022. Kemudian periode perdagangan pada 14-20 Desember 2022.

“HMETD akan didistribusikan kepada para pemegang saham perseroan yang tercatat pada 13 Desember 2022. Sebanyak 11,37 miliar saham lama perseroan akan memperoleh 1,16 miliar HMETD,” katanya.

Setiap satu HMETD dapat digunakan untuk membeli satu saham dengan membayar harga pelaksanaan sebesar Rp 500 per saham. Dengan asumsi seluruh HMETD dilaksanakan untuk membeli saham, maka perseroan akan memperoleh dana sebesar Rp 1,16 triliun.

Lebih lanjut Akhmad Fazri mengatakan, pemegang saham utama perseroan yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan melaksanakan seluruh haknya dalam rights issue ini.

“Jika Saham dalam PMHMETD X ini tidak seluruhnya diambil oleh pemegang saham porsi publik perseroan lainnya maka sisa saham baru akan dialokasikan kepada pemegang saham lainnya,” katanya.

Adapun saham yang akan diterbitkan dalam rangka pelaksanaan PMHMETD X ini merupakan saham baru yang dikeluarkan dari portepel serta akan dicatatkan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Saham tersebut memiliki hak yang sama dan sederajat dalam segala hal (termasuk hak atas dividen) dengan saham lain perseroan yang telah disetor penuh.

“Penambahan modal ini akan digunakan untuk penguatan permodalan yang selanjutnya dapat digunakan sebagai ekspansi modal kerja dalam menyalurkan pinjaman maupun memperkuat pendanaan kepada segmen market yang baru, terutama segmen gig economy,” jelasnya.

Segmen gig economy menargetkan nasabah gig worker yaitu pekerja informal seperti banking agent, pekerja lepasan, pekerja paruh waktu, dan lain sebagainya.

Di samping itu, perseroan juga diwajibkan untuk memiliki modal inti minimum paling sedikit Rp 3 triliun berdasarkan Peraturan OJK nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.

“Aksi rights issue ini merupakan komitmen perseroan demi memenuhi modal inti minimum Rp3 triliun pada 2022. Adapun, hingga kuartal III 2022 modal inti AGRO Rp 2,07 triliun,” terangnya.

Dia berharap, aksi korporasi ini semakin mengukuhkan aspirasi perusahaan untuk menjadi digital attacker BRI Group bagi fintech dan gig economy di Indonesia, dengan terus mengembangkan produk.

“Kemudian mengembangkan fitur, dan layanan bank digital yang mampu memberikan nilai tambah lebih besar kepada masyarakat,” katanya.

Aksi korporasi ini juga diharapkan dapat memperluas ekspansi dalam penyaluran pinjaman digital untuk mendukung produktivitas para pelaku usaha di Indonesia.

Hingga kuartal III 2022, Bank Raya mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp 32 miliar atau kenaikan laba sebesar 101,8% jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu (yoy).

Penyaluran kredit digital Bank Raya juga menunjukkan pertumbuhan yaitu sebesar 147% yoy yaitu sebesar Rp 649 miliar. Pertumbuhan ini sejalan dengan simpanan digital yang berhasil dibukukan sebesar Rp 437 Miliar pada Kuartal III 2022. (HAN)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.