Bank BUMN adu strategi di jalur digital hadapi fenomena gig economy

- 6 November 2021 - 06:08

digitalbank.id – BANK-BANK PLAT MERAH raksasa semacam Mandiri, BNI dan BRI seolah tak mau kehilangan momentum untuk segera masuk ke bank digital meski dengan memulai dari mobile banking lantas bekerjasama dengan fintech dan ekosistem digital lainnya. Ini tren yang masih terus terjadi sampai hari ini.

“Semua berlomba dan berkompetisi untuk mengakuisisi pelanggan baru di kolam bank digital. Siapa yang akan unggul, tergantung pada strategi masing-masing,” kata YB Hariantono, Direktur IT dan Operasional PT Bank BNI Tbk. dalam diskusi virtual peluncuran e-Book  “Panduan Transformasi Digital Bank di Indonesia” yang ditulis Dr. dr. Bayu Prawira Hie, MBA, Jumat (5/11).

Salah satu yang cukup agresif adalah anak perusahaan Bank BRI. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO) memilih Google Cloud sebagai penyedia cloud utama yang diharapkan mampu mempercepat platform dan strategi perbankan digital berlisensi penuh.

Baca juga: Survei membuktikan, lebih dari 50% generasi milenial pilih bank digital

CEO BRI Agro Kaspar Situmorang mengatakan bahwa kolaborasi antara Google dan BRI
sudah dibangun sebagai bagian dari transformasi digital BRIvolution. Di sisi lain, juga untuk untuk melayani masyarakat gig economy yang berkembang di Indonesia.

“BRI Agro sebagai anak perusahaan BRI, melanjutkan perjalanannya menjadi bank digital dan melanjutkan kolaborasi sukses tersebut dengan menggunakan Google Cloud Platform untuk memperkuat infrastruktur digital dan melayani segmen gig economy,” ujarnya.

BRI Agro akan bekerja sama dengan Google Cloud di beberapa area strategis, seiring dengan upaya ekspansi perseroan dalam mewujudkan inklusi keuangan melalui empat tahapan, antara lain: Pertama, memigrasikan aplikasi perbankan inti dan perbankan internal ke cloud publik untuk ketahanan dan keandalan. Dengan memanfaatkan Google Cloud wilayah Jakarta, BRI Agro dapat memanfaatkan latensi lebih rendah, skala lebih baik, dan keamanan tingkat tinggi sambil memenuhi persyaratan kepatuhan lokal serta mengoptimalkan biaya infrastruktur.

Kedua, adalah mendorong personalisasi konsumen dengan membangun strategi cloud data
di Google Cloud. BRI Agro dapat meningkatkan layanan yang sama dari bank dengan sektor internet lainnya seperti e-commerce. Selain itu, Google Cloud membantu BRI Agro memigrasikan platform big data dan manajemen datanya ke cloud, sehingga memungkinkan bank digital untuk mengelola siklus hidup pelanggan end-to-end secara daring sejak hari pertama. Selain itu, kerja sama tersebut juga memberikan pengalaman pelanggan secara lebih personal kepada mereka yang belum dilayani perbankan.

Baca juga: DBS investasikan S$300 juta pada 2022 untuk intelligent banking

Ketiga, merangkul arsitektur layanan mikro dan Open Banking API untuk agilitas bisnis.
Dalam lanskap fintech yang kompetitif, BRI Agro dapat berinovasi dan meluncurkan penawaran baru dengan cepat berkat Kubernetes dan Apigee Open Banking API, sehingga dapat terhubung dan membangun layanan yang sepenuhnya baru untuk konsumen.

Keempat, tumbuh tanpa mengorbankan keamanan dan kepatuhan. Google Cloud
memberi BRI Agro keamanan untuk melindungi data perbankan dan membantu bank digital menjaga kepatuhan terhadap peraturan, pencegahan penipuan, serta keamanan secara menyeluruh.

Disrupsi teknologi

Country Director, Google Cloud di Indonesia Megawaty Khie menyatakan bahwa inovasi
dalam layanan keuangan dan kemampuan beradaptasi di dunia pasca pandemi diatur oleh disrupsi teknologi. Oleh karena itu, kata Megawaty, pihaknya bangga dapat menyediakan platform Cloud yang kuat dan aman sehingga memungkinkan masyarakat gig economy di Indonesia untuk mengakses layanan keuangan lebih cepat dengan BRI Agro.

Kata gig berasal dari slang Bahasa Inggris yang berarti “manggung”. Untuk istilah ekonomi dapat diartikan sebagai pekerjaan dalam waktu tertentu. Dengan demikian, gig economy merupakan sistem tenaga kerja bebas di mana perusahaan hanya mengontrak pekerja independen dalam jangka waktu pendek.

Baca juga: Kecerdasan Buatan: Sebuah kekuatan baru dalam perbankan digital

Menurut BBC, gig economy adalah pasar tenaga kerja yang identik dengan karyawan kontrak jangka pendek atau pekerja lepas (freelancer). Ada juga sudut pandang lain yang menyatakan gig economy sebagai lingkungan kerja yang fleksibel dalam hal jam kerja, tapi minim perlindungan hingga berpotensi menimbulkan eksploitasi. Dalam prinsip gig economy, seseorang dibayar berdasarkan pekerjaan yang mereka selesaikan. Bukan mendapatkan gaji rutin bulanan yang besarannya tetap seperti kebanyakan orang di generasi sebelumnya.

Gig economy diglorifikasi sebagai ekonomi masa depan, yakni pasar kerja yang identik dengan kontrak kerja jangka pendek atau pekerja lepas, fleksibel dalam jam kerja, dan minim perlindungan tempat kerja. Data BPS (Februari 2021) menunjukkan 78,14 juta pekerja Indonesia (59,62%) bekerja di sektor informal. Gig economy diyakini menurunkan tuna karya (pengangguran) karena dianggap telah mempercepat fleksibilitas pasar tenaga kerja sehingga memperluas kesempatan kerja. (SAF)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.