Bank BSI perlu segera tambah modal demi peningkatan daya saing

- 13 Oktober 2022 - 14:20

digitalbank.id – PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) memiliki urgensi untuk melakukan rekapitalisasi pada tahun 2022 melalui rights issue. Langkah ini bertujuan untuk memperdalam penetrasi bisnis perusahaan seiring dengan perkembangan ekonomi ke depan. Sementara itu, rasio kecukupan modal (CAR) emiten berkode BRIS tersebut hingga akhir Juni 2022 hanya mencapai 17,31%, di bawah rata-rata industri perbankan Indonesia.

Doddy Ariefianto, Pengamat Ekonomi dan Perbankan Universitas Binus, mengatakan rasio CAR relatif rendah yaitu 17%. Bank harus memperkuat rasio permodalannya agar sesuai dengan lingkungan ekonomi saat ini.“Modal itu penting sebagai keamanan. Bank bukan bisnis restoran. Kalau restoransebesar apa pun tidak ada risiko sistemik. 

Doddy mengingatkan rasio kredit macet (NPL) perbankan saat ini sedang meningkat. NPL akan mencapai 2,9% pada Juli 2022, naik dari 2,86% pada Juni 2022, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Meski demikian, rasio NPL pada Juli masih lebih baik dari 3,0% pada akhir tahun lalu. Selain itu, Dodi mengatakan peningkatan rasio CAR juga akan meningkatkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. Seperti diketahui, bank syariah terbesar di Indonesia, BRIS, didorong untuk menjadi mesin penggerak ekonomi syariah negara.

“Bank syariah sebesar BSI memang harus berpartisipasi. Sebagai motor penggerak ekonomi syariah, akan sulit bergerak dengan rasio CAR yang minim,” tutup Doddy. Namun, ia menambahkan rasio kecukupan modal BSI sebesar 17% sebenarnya bisa diterima. Sulit untuk cepat memperdalam penetrasi bisnis perusahaan.

Belum lama ini BSI telah mendapatkan dukungan DPR RI untuk menambah permodalan. Komisi VI DPR meminta BSI mempercepat aksi korporasi dengan menerbitkan saham baru atau rights issue untuk meningkatkan rasio CAR menjadi lebih dari 22 persen. “Komisi VI DPR RI meminta Bank Syariah Indonesia Tbk. untuk mempercepat aksi korporasi dalam rangka peningkatan CAR agar dapat meningkatkan fungsi intermediasi dan mampu bersaing dengan bank lainnya,” kata Ketua Komisi VI DPR M. Sarmuji.

Sementara itu, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengakui bahwa rasio kecukupan modal perseroan berada di bawah rata-rata industri. Oleh sebab itu, BRIS berencana untuk melaksanakan rights issue pada kuartal IV/2022. Hery menyampaikan perseroan akan melakukan rights issue senilai Rp5 triliun yang digunakan untuk ekspansi bisnis.

Nilai tersebut selaras dengan target pertumbuhan pembiayaan perseroan yang cukup tinggi. Perseroan memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan compound annual growth rate (CAGR) lebih dari 15 persen sampai 2025. Mengutip laporan keuangan publikasi bank per semester I/2022, pembiayaan BSI tumbuh 18,55 persen secara tahunan menjadi Rp191,29 triliun. Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan salah satu tujuan rights issue BRIS guna memenuhi aturan free float atau saham publik. Batas minimal saham publik yang beredar adalah 7,5 persen, sementara free float BRIS baru sekitar 7,08 persen.

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.