Arya Sinulingga: masih butuh waktu lama BSI menjadi BUMN

- 30 September 2022 - 14:48

Saat ini sudah ada saham merah putih di BSI yang berada di bawah kendali pemerintah atas bank yang diterbitkan dengan kode saham BRIS. Hal ini membuat BRIS kurang lebih setara dengan BUMN lainnya. Namun BSI untuk menjadi BUMN masih butuh waktu lama.

digitalbank.id – STAF Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga menegaskan kembali pernyataannya soal status PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI (BRIS) sebagai langkah menuju bank milik negara atau BUMN. Sebelumnya, ia mengatakan, BSI sedang dalam proses menjadi bank milik negara bersama dengan perusahaan induknya saat ini PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Arya mengungkapkan, saat ini sudah ada saham merah putih di BSI yang berada di bawah kendali pemerintah atas bank yang diterbitkan dengan kode saham BRIS. Hal ini membuat BRIS kurang lebih setara dengan BUMN lainnya. “Jadi kalaupun proses di BSI menuju BUMN, masih lama masih butuh waktu dan kita tidak tergesa-gesa,” tegasnya, Jumat (30/9/2022).

BSI, di sisi lain, saat ini fokus pada penguatan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR). Dengan persetujuan pemegang saham, BSI akan menerbitkan hingga 6 miliar saham baru melalui program rights issue. Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan tambahan dana hasil rights issue ini nantinya akan digunakan untuk mendukung ekspansi BSI secara organik dengan menyalurkan dana murah dan kompetitif kepada masyarakat.

“Penguatan permodalan ini tentunya akan dimanfaatkan BSI untuk mengembangkan bisnis sehingga dapat memberikan profitabilitas yang optimal bagi pemegang saham,” ujarnya. BRIS diproyeksikan dapat menghimpun dana hingga Rp5 triliun dari penawaran saham baru itu. Hal terpenting, kata Hery agar target pertumbuhan pembiayaan terpenuhi tambahan modal perlu diperkuat dengan sasaran mencapai di atas 20 persen pada akhir 2025.

Berdasarkan laporan keuangan BSI sampai dengan Juni 2022, Kewajiban penyediaan Modal Minimum (KPMM) tercatat sebesar 17,31 persen. Angka itu turun dibandingkan dengan posisi Juni 2021 yang mencapai 22,27 persen. Meski demikian, indikator kinerja lainnya milik BSI tercatat meningkat tecermin dari return on equity (ROE) yang menjadi indikator kemampuan dalam meningkatkan laba.

ROE milik BSI sampai Juni 2022 tercatat 17,66 persen dibandingkan dengan Juni 2021 sebesar 14,14 persen. Dari sisi nilai penghimpunan laba bersih, BSI berhasil membukukan laba Rp2,13 triliun atau bertumbuh hingga 41 persen dibandingkan dengan posisi Juni 2021.(SAF)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.