Akuisisi Bank Fama, Singtel lihat potensi pasar bank digital di Indonesia sangat ‘seksi’

- 21 Januari 2022 - 18:06

Singtel masuk ke Bank Fama bersama dengan Grab, pemain layanan digital yang terdaftar di Nasdaq yang bersama Singtel mengoperasikan bank digital di Singapura. Bank Sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) awal Desember 2021 lalu telah memberikan lisensi bank digital pada Grab-Singtel.

digitalbank.id – SINGTEL Alpha Investments, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Singtel Telecomunication, telah mengakuisisi 2,4 miliar atau 16,3% saham Bank Fama senilai S$48 juta atau setara dengan Rp500 miliar.

Investasi Singtel, seperti dikutip businesstimes.com.sg, merupakan bagian dari rencana Singtel untuk masuk ke pasar perbankan Indonesia yang punya potensi cukup besar.

Singtel masuk ke Bank Fama bersama dengan Grab, pemain layanan digital yang terdaftar di Nasdaq yang bersama Singtel mengoperasikan bank digital di Singapura. Bank Sentral Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) awal Desember 2021 lalu telah memberikan lisensi bank digital pada Grab-Singtel.

Baca juga: Hadirkan solusi IT impactful simplicity, 13 perusahaan raih BRI Partner Award

Singtel mencatat bahwa populasi Indonesia adalah yang paling banyak tidak memiliki rekening bank di Asia Tenggara. Singtel tentunya melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat ‘seksi’ untuk mengembangkan perbankan digital.

“[Singtel] berharap investasinya akan mengembangkan proposisi perbankan digital Bank Fama dan mendorong inklusi keuangan yang lebih besar lagi,” demikian businesstimes.com.sg.

Sebelumnya pihak Bank Indonesia (BI) mencatat sebanyak 28 juta penduduk Indonesia belum terhubung dengan layanan perbankan atau unbanked. Sementara berdasarkan data Global Findex (2014), hanya sekitar 36% orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening simpanan pada lembaga keuangan formal.

Baca juga: Gencarkan smart city, BNI bentuk ekosistem digital di Sumatera Barat

Menurut BI, banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang belum mendapat layanan perbankan merupakan pasar yang potensial bagi perbankan digital. Pasalnya, hampir sebagian besar masyarakat dengan akses jasa keuangan yang terbatas memiliki gawai.

Tercatat, sekitar 2% atau 139 juta pengguna internet di dunia berada di Indonesia dan mencakup 50% total populasi Indonesia. “Kondisi ini mengindikasikan Indonesia sebagai pasar yang potensial bagi perkembangan perbankan digital dan bank digital,” tulis BI dalam Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) yang dipublikasikan tahun lalu.

Perbankan digital dinilai berpotensi meningkatkan scalability-nya dengan hanya mengandalkan pada model bisnis yang berbasis connectivity tanpa diikuti dengan penambahan jumlah jaringan fisik kantor cabang.

Baca juga: Kolaborasi dengan Indosat, Bank QNB Indonesia luncurkan pinjaman digital UCan

Potensi tersebut tercermin dari meningkatnya pangsa kapitalisasi pasar sejumlah bank BUKU 2 yang telah atau sedang bertransformasi menjadi bank digital. Dengan kemampuan scalability tersebut, BI menilai kehadiran bank digital memiliki potensi untuk mengibah struktur perbankan Indonesia ke depan.

Sebelumnya diberitakan Grab dan Singtel pada 19 Januari 2022 disebutkan telah mengambil bagian, masing-masing sebesar 2.355.004.657 dari saham baru Bank Fama atau setara dengan 16,26% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan yang telah ditingkatkan.

Pasca penerbitan saham baru, kepemilikan EMV di Bank Fama menjadi 62,76%. Lalu, PT Nusantara Berkat Agung (4,72%), Grab (16,26), dan Singtel (16,26%). Adapun, penyertaan saham oleh Grab dan Singtel telah diaktakan dalam Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT Bank Fama International Nomor 2 tanggal 5 Januari 2022. (HAN)

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.