
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) terus memperkuat sistem keamanan digitalnya setelah menghadapi lonjakan serangan siber yang mencapai 1,9 miliar kali pada 2023. Dengan tren serangan yang semakin meningkat, BCA mengadopsi pendekatan keamanan berlapis untuk melindungi sistemnya dari serangan Distributed Denial of Service (DDoS) dan malware yang berpotensi mengganggu layanan nasabah.
Fokus utama:
- Serangan siber terhadap BCA meningkat drastis, dari 1,9 miliar di 2023 diprediksi naik hingga 3,9 miliar pada 2024.
- BCA menerapkan sistem keamanan multi-tier dengan firewall, Intrusion Detection System (IDS), Intrusion Prevention System (IPS), serta standar internasional seperti ISO.
- Dengan perhitungan kapasitas transaksi harian mencapai 180 juta, BCA terus menyesuaikan infrastruktur demi mengantisipasi potensi overload akibat serangan siber.
Serangan siber terhadap industri perbankan semakin agresif dan BCA menjadi salah satu target utama. Bank swasta terbesar di Indonesia ini kerap menghadapi serangan berbentuk Distributed Denial of Service (DDoS) dan malware yang mencoba menembus sistem keamanannya. Namun, dengan penerapan strategi keamanan berlapis, BCA mampu menjaga stabilitas sistem dan melindungi transaksi jutaan nasabahnya.
David Formula, EVP Group Strategic IT BCA, mengungkapkan bahwa ancaman DDoS adalah tantangan utama yang dihadapi bank. “Yang sering menyerang BCA adalah DDoS. Serangan ini berusaha memenuhi sistem dengan lalu lintas palsu agar nasabah asli tidak dapat mengakses layanan,” jelas David dalam acara “Mini Studio: Cara BCA Mengantisipasi Berbagai Kejahatan Siber” di Tangerang, Sabtu (22/2).
Menurutnya, BCA pernah mengalami serangan DDoS terbesar di Indonesia, tetapi sistemnya tetap stabil. Hal ini berkat perencanaan kapasitas transaksi yang matang. Saat ini, BCA melayani 30-32 juta nasabah dengan rata-rata 180 juta transaksi per hari. “Kami sudah melakukan capacity planning untuk mengantisipasi batas overload akibat serangan siber,” kata David.
Tren serangan terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2023, jumlah serangan yang menyasar BCA mencapai 1,9 miliar, dan diprediksi melonjak hingga 3,9 miliar pada 2024. “Kami harus terus memperkuat sistem karena tren ini menunjukkan peningkatan yang signifikan,” imbuhnya.
Keamanan berlapis, perisai digital BCA
Untuk menangkal ancaman ini, BCA menerapkan strategi keamanan berlapis yang mencakup tier 1, tier 2, hingga tier 3, serta menggunakan firewall, Intrusion Detection System (IDS), dan Intrusion Prevention System (IPS). Bank ini juga mengacu pada standar regulator dan standar keamanan internasional seperti ISO untuk memastikan sistem tetap tangguh menghadapi serangan.
“Keamanan digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kesiapan menghadapi berbagai skenario serangan. Kami terus melakukan pembaruan sistem untuk memastikan layanan tetap aman dan andal,” ujar David.
Selain DDoS, serangan malware juga menjadi perhatian utama. Malware berusaha menyusup ke sistem dan mencuri data sensitif. Namun, dengan berbagai proteksi berlapis, serangan ini dapat diminimalisir.
Dalam era digital yang semakin berkembang, perbankan harus selalu siap menghadapi ancaman siber yang semakin canggih. BCA berkomitmen untuk terus memperkuat infrastruktur digitalnya agar tetap menjadi bank terpercaya bagi jutaan nasabah.
Ke depan, ancaman berbasis kecerdasan buatan (AI) diprediksi akan makin masif, sehingga bank harus selalu berinovasi dalam strategi keamanan sibernya. BCA sendiri telah menggandeng berbagai pihak untuk memastikan perlindungan terbaik bagi ekosistem perbankan digitalnya. ■