
PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp54,8 triliun pada 2024, naik 12,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Lonjakan ini didukung oleh pertumbuhan kredit hingga 13,8% menjadi Rp922 triliun, terutama pada segmen korporasi dan UKM. Kinerja positif ini menunjukkan kemampuan BCA mempertahankan kualitas kredit di tengah tantangan ekonomi global.
Poin utama:
- Kredit korporasi meningkat 15,7% menjadi Rp426,8 triliun, sementara segmen UKM tumbuh 14,8% hingga Rp123,8 triliun.
- Rasio kredit berisiko (LAR) turun ke 5,3% dari sebelumnya 6,9%, sementara NPL stabil di 1,8%.
- Dana murah (CASA) berkontribusi 82% terhadap total DPK, mencerminkan basis pendanaan yang kuat.
PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) kembali mencatatkan pencapaian luar biasa dengan membukukan laba bersih sebesar Rp54,8 triliun sepanjang 2024, naik 12,7% secara tahunan (YoY) dari Rp48,6 triliun pada 2023. Kinerja ini didukung oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai Rp922 triliun, meningkat 13,8% YoY, menunjukkan daya tahan BCA di tengah dinamika ekonomi global.
“Kami berterima kasih atas kepercayaan nasabah serta dukungan pemerintah dan otoritas yang memungkinkan kami menorehkan hasil positif di 2024,” ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, dalam paparan kinerja keuangan secara virtual, Kamis (23/1).
Pertumbuhan kredit terbesar datang dari segmen korporasi, yang naik 15,7% menjadi Rp426,8 triliun. Segmen UKM juga mencatat kinerja solid dengan peningkatan 14,8% menjadi Rp123,8 triliun, sementara kredit konsumer naik 12,4% menjadi Rp223,7 triliun, didorong oleh Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang tumbuh 14,8% menjadi Rp65,3 triliun dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang naik 11,2% menjadi Rp135 triliun.
Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BCA mencapai Rp924 triliun, dengan kontribusi CASA sebesar 82%, tumbuh 4,4% dari tahun sebelumnya. Tingginya proporsi CASA menjadi salah satu kekuatan utama BCA dalam menjaga efisiensi biaya pendanaan.
Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) BCA berhasil dipertahankan di angka 1,8%, sementara rasio kredit berisiko (Loan at Risk/LAR) turun signifikan menjadi 5,3% dari sebelumnya 6,9%. Ini menunjukkan bahwa BCA tidak hanya fokus pada pertumbuhan kredit tetapi juga memastikan kualitas pembiayaan tetap terjaga.
Menurut data Bank Indonesia, sektor perbankan di Indonesia secara keseluruhan menunjukkan perbaikan pada 2024, dengan pertumbuhan kredit nasional mencapai 9,4% YoY. BCA, sebagai salah satu pemain utama, berhasil melampaui rata-rata industri ini dengan mencatat pertumbuhan kredit hampir dua kali lipat.
Keberhasilan BCA tak lepas dari strategi inovatif dan efisiensi operasional. Selain memperluas portofolio kredit, BCA terus meningkatkan layanan digital melalui aplikasi myBCA yang menawarkan kemudahan bagi nasabah. “Digitalisasi menjadi kunci bagi kami untuk menjangkau lebih banyak nasabah sekaligus meningkatkan efisiensi,” tambah Jahja.
Outlook 2025
Dengan kondisi ekonomi global yang diperkirakan lebih menantang pada 2025, BCA tetap optimistis. Proyeksi pertumbuhan kredit dipatok di kisaran 10–12%, dengan fokus pada sektor-sektor yang mendukung ekonomi hijau dan inklusif.
Pencapaian ini menjadi bukti bahwa BCA mampu menjaga stabilitas dan pertumbuhan di tengah berbagai tantangan. Tidak hanya itu, langkah BCA yang terus memperbaiki tata kelola serta meningkatkan kontribusi pada sektor UMKM akan menjadi fondasi untuk pertumbuhan yang lebih kuat di masa depan. ■