BI: Kredit perbankan naik 10,39% di 2024! Sinyal positif atau tantangan baru?

- 17 Januari 2025 - 17:42

Bank Indonesia melaporkan pertumbuhan kredit perbankan di 2024 mencapai 10,39% (yoy), sesuai proyeksi 10-12%. Pertumbuhan ini dipicu oleh minat penyaluran kredit yang tinggi dan dukungan kebijakan makroprudensial. Namun, likuiditas dan risiko kredit tetap menjadi perhatian utama, terutama menjelang 2025.

  1. Pertumbuhan Kredit Mencapai 10,39%: Dipicu oleh peningkatan kredit modal kerja (8,35%), investasi (13,62%), dan konsumsi (10,61%).
  2. Likuiditas Memadai: Rasio AL/DPK tercatat 25,59%, dengan CAR kuat di 26,89%.
  3. Risiko Kredit Terkendali: NPL bruto di 2,19%, menandakan stabilitas meski tantangan tetap ada.

Pertumbuhan kredit perbankan di 2024 mencapai 10,39% (yoy), berada dalam rentang proyeksi Bank Indonesia (10-12%). Menurut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, ini adalah hasil dari sinergi antara penawaran dan permintaan kredit. Dari sisi penawaran, perbankan berhasil menjaga minat penyaluran kredit serta melakukan realokasi likuiditas ke kredit. Di sisi permintaan, kinerja usaha korporasi yang stabil turut mendorong peningkatan kredit, meskipun konsumsi rumah tangga masih terbatas.

Perry menjelaskan, “Ke depan, pertumbuhan kredit diprakirakan meningkat dalam kisaran sasaran 11-13% pada 2025, sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang baik dan kebijakan makroprudensial.”

Berdasarkan jenisnya, kredit modal kerja tumbuh 8,35%, sementara kredit investasi meningkat signifikan sebesar 13,62%. Kredit konsumsi juga menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan 10,61%. Di sisi lain, pembiayaan syariah naik 9,87%, dan kredit UMKM tumbuh terbatas di 3,37%.

Meski UMKM menyumbang sekitar 60% PDB Indonesia, pertumbuhan kredit di sektor ini masih rendah. “Kinerja UMKM perlu mendapat perhatian khusus mengingat perannya dalam struktur ekonomi kita,” ujar seorang analis.

Stabil, tetapi rentan

Likuiditas perbankan tetap memadai, dengan rasio AL/DPK sebesar 25,59% pada Desember 2024. Rasio kecukupan modal (CAR) berada di 26,89%, menunjukkan kemampuan bank menyerap risiko. Namun, hasil stress test BI memperingatkan potensi peningkatan risiko kredit menjelang 2025. NPL bruto tercatat di level rendah 2,19%, sementara neto 0,75%.

Sebagai langkah mitigasi, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif kebijakan Kegiatan Lending Mandatori (KLM) senilai Rp295 triliun hingga Januari 2025, meningkat Rp36 triliun dari Oktober 2024. Sektor prioritas mencakup pertanian, perdagangan, manufaktur, transportasi, serta ekonomi hijau.

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit 11-13% pada 2025, seiring dengan pemulihan ekonomi global. Namun, tantangan utama tetap pada pengelolaan risiko kredit, terutama di sektor UMKM. Kebijakan KLM menjadi instrumen penting untuk mendukung penciptaan lapangan kerja dan keberlanjutan kredit produktif.

Dengan stabilitas likuiditas dan dukungan kebijakan makroprudensial, sektor perbankan Indonesia siap menghadapi tantangan ekonomi global. Namun, efektivitas kebijakan akan sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, regulator, dan pelaku industri. ■

Comments are closed.