Di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh konflik geopolitik, kebijakan moneter yang fluktuatif, dan pelemahan dolar AS, emas tetap menjadi pilihan investasi utama. HSBC Global Private Banking merekomendasikan emas sebagai aset strategis untuk melindungi portofolio dari volatilitas pasar. Di sisi lain, bank syariah di Indonesia mencatat lonjakan signifikan dalam pembiayaan emas, menunjukkan minat masyarakat yang terus meningkat terhadap investasi alternatif yang stabil dan aman.
Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan, emas terus memantapkan posisinya sebagai instrumen investasi yang relevan dan andal. Menurut Fan Cheuk Wan, Chief Investment Officer Asia HSBC Global Private Banking, permintaan emas meningkat signifikan karena banyak investor beralih ke aset yang lebih aman.
Faktor-faktor seperti ketidakpastian perdagangan internasional, konflik geopolitik, dan perubahan kebijakan moneter global menjadi pendorong utama tren ini.
“Emas tidak hanya memberikan stabilitas di tengah volatilitas pasar, tetapi juga menunjukkan performa solid ketika aset-aset berisiko lain menghadapi tekanan,” ungkap Fan dalam acara HSBC Indonesia-Asia Economic & Investment Outlook di Jakarta, pekan ini.
HSBC memproyeksikan bahwa kebijakan pemangkasan suku bunga oleh beberapa negara akan meningkatkan daya tarik emas. Dengan menurunnya opportunity cost, investor cenderung melihat emas sebagai pilihan yang lebih menguntungkan.
Fan juga menyebutkan bahwa pelemahan dolar AS yang diprediksi akan terjadi pada paruh kedua tahun 2025 berpotensi mengangkat harga emas lebih tinggi, mengingat emas dihargai dalam mata uang ini.
Lebih jauh lagi, emas tidak hanya menjadi pelindung nilai terhadap inflasi tetapi juga terhadap risiko kejadian ekstrem, seperti krisis ekonomi atau konflik internasional. “Pada 2025, kami mempertahankan pandangan overweight pada emas sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio,” tambah Fan.
Analis memprediksi bahwa harga emas akan terus meningkat seiring dengan tren pelemahan dolar AS dan ketegangan geopolitik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Data historis menunjukkan bahwa emas cenderung mencatat kinerja terbaiknya ketika aset berisiko lain, seperti saham dan obligasi, tertekan.
Selain itu, penelitian oleh World Gold Council mengungkapkan bahwa permintaan emas global pada 2024 naik sebesar 8% dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh pembelian dari bank sentral dan sektor perhiasan. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut pada 2025, menjadikan emas sebagai pilihan investasi yang tetap relevan di tengah ketidakpastian global. ■
Foto: Tatler Asia