Bank Indonesia telah menyelesaikan Proof of Concept (PoC) untuk Wholesale Rupiah Digital Cash Ledger dalam pengembangan mata uang digital bank sentral (CBDC) melalui Proyek Garuda.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pekan ini mengumumkan bahwa bank sentral telah menyelesaikan fase pertama yang disebut “Immediate State”, sebagai langkah awal eksplorasi Rupiah Digital. Pencapaian ini merupakan wujud komitmen Bank Indonesia dalam menanggapi pertumbuhan pesat ekonomi keuangan digital.
Menurut ekonom Bank Indonesia, Fransiskus Xaverius Tyas Prasaja, PoC menguji kemampuan teknis dengan menggunakan distributed ledger technology (DLT). Implementasi teknis dilakukan melalui dua platform DLT, yaitu Corda (R3) dan Hyperledger Besu (Kaleido), dengan pengujian pada 55 skenario bisnis utama: penerbitan, penebusan, dan transfer dana.
Hasilnya menunjukkan bahwa platform DLT berhasil terintegrasi dengan sistem konvensional menggunakan standar ISO 20022 dan memberikan efisiensi transaksi melalui smart contract.
Dalam whitepaper bertajuk “Navigating the Rupiah Digital Architecture”, Bank Indonesia mengidentifikasi dua fase lanjutan: Intermediate State dan End State dalam roadmap pengembangan Rupiah Digital. Rupiah Digital akan diintegrasikan dengan sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan domestik serta lintas batas.
PoC juga menemukan area eksplorasi lanjutan, seperti mekanisme privasi, protokol manajemen likuiditas, dan strategi multi-validator. Tahap ini menandai langkah penting menuju penguatan infrastruktur keuangan digital Indonesia. ■