Di tengah sorotan global terhadap tingginya utang luar negeri, Indonesia mencatatkan penurunan yang signifikan. Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri Indonesia pada Oktober 2024 turun menjadi US$423,4 miliar, dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$428,5 miliar. Penurunan ini menjadi sinyal positif yang mencerminkan pengelolaan fiskal yang lebih bijaksana serta ketahanan ekonomi di tengah tantangan global.
Penurunan utang ini juga diiringi oleh membaiknya rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB), yang turun dari 31,1% pada September menjadi 30,4% pada Oktober 2024. “Hal ini mencerminkan struktur utang luar negeri Indonesia yang tetap sehat,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan tertulisnya, Senin (16/12).
Struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang jangka panjang, yang mencapai 84,5% dari total utang. BI bersama pemerintah terus memantau dinamika utang luar negeri sambil memastikan peranannya optimal dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dari sisi pemerintah, utang luar negeri pada Oktober 2024 turun menjadi US$ 201,1 miliar dibandingkan dengan September yang sebesar US$ 204,1 miliar. Penurunan ini terutama dipicu oleh pengurangan posisi utang dan surat utang negara. “Sebagai salah satu sumber pembiayaan APBN, pemanfaatan utang luar negeri terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor-sektor prioritas,” ujar Ramdan.
Berdasarkan data BI, alokasi utang pemerintah terbesar diarahkan untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (21%), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (19,1%), jasa pendidikan (16,8%), konstruksi (13,5%), serta jasa keuangan dan asuransi (9,1%).
Utang luar negeri sektor swasta juga mencatat penurunan, dari US$ 196,7 miliar pada September menjadi US$ 195,1 miliar pada Oktober 2024. Sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian menjadi kontributor terbesar, menyumbang 79,3% dari total utang luar negeri swasta.
Penurunan utang ini tidak hanya menandakan langkah positif dalam pengelolaan fiskal, tetapi juga menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjaga stabilitas ekonomi meskipun dihadapkan pada tantangan global, termasuk tekanan dari pasar internasional dan fluktuasi nilai tukar.
Dengan dominasi utang jangka panjang dan alokasi yang strategis pada sektor prioritas, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk memanfaatkan utang luar negeri sebagai katalisator pembangunan. Namun, BI dan pemerintah tetap diharapkan untuk mengawasi potensi risiko eksternal yang bisa memengaruhi stabilitas ekonomi dalam jangka panjang. ■