Menjelang masa pensiun, nasabah tajir atau kalangan affluent di Indonesia menargetkan dana ideal sebesar Rp5,4 miliar untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa tua. Angka ini terungkap dalam riset terbaru HSBC Quality of Life 2024, yang menunjukkan bahwa dana tersebut dianggap cukup untuk mendukung gaya hidup pensiunan, mencakup kebutuhan sehari-hari hingga aktivitas rekreasi.
Menurut Sumirat Gandapraja, Head of Network Sales and Distribution HSBC Indonesia, angka Rp5,4 miliar mencakup biaya hidup dasar pasangan pensiunan seperti belanja bulanan, perawatan rumah, serta biaya aktivitas tahunan seperti liburan dan penggantian kendaraan. “Kalau dana itu digunakan untuk pensiun, hanya untuk biaya hidup suami istri, termasuk untuk travel. Dia juga masih mikir, mengenai biaya pajak rumahnya, buat ganti mobil, dan lain-lain, jadi untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar Sumirat dalam media briefing di Jakarta, Kamis (7/11).
Hasil riset menunjukkan bahwa perencanaan pensiun menjadi salah satu prioritas utama bagi kalangan affluent di Indonesia. Meskipun begitu, sebanyak 32% dari nasabah kaya ini mengakui belum memiliki rencana pensiun yang komprehensif. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi global dan meningkatnya biaya hidup, yang membuat mereka merasa belum cukup siap menghadapi masa tua.
Kekhawatiran terbesar bagi kelompok ini adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan efek inflasi yang dapat mengikis daya beli di masa pensiun. Menariknya, sebanyak 50% dari kalangan affluent berencana untuk tetap bekerja meski sudah memasuki usia pensiun. Alasan utamanya adalah kekhawatiran terkait biaya kesehatan yang semakin tinggi dan kebutuhan pendidikan anak, terutama bagi mereka yang berniat menyekolahkan anak di luar negeri.
Lanny Hendra, Direktur Wealth and Personal Banking HSBC Indonesia, menyoroti adanya kesenjangan antara aspirasi hidup dan kesiapan pensiun di kalangan nasabah tajir. “Meskipun dianggap sebagai salah satu prioritas, namun aspirasi lain seperti menyekolahkan anak ke luar negeri, tekanan ekonomi global, dan meningkatnya biaya hidup dapat menjadi aspek yang membuat rencana pensiun tidak tercapai atau bahkan belum memiliki rencana yang komprehensif,” jelas Lanny.
HSBC Quality of Life 2024 juga menekankan pentingnya kesiapan finansial untuk menjaga kualitas hidup di masa tua. Kesehatan finansial yang baik berperan besar dalam mendukung kesehatan mental dan fisik para pensiunan. Hal ini sejalan dengan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menunjukkan bahwa persiapan finansial menjadi kunci menjaga kesehatan mental dan kebugaran di usia lanjut.
Dalam menghadapi tantangan perencanaan pensiun, HSBC menekankan pentingnya konsultasi dengan ahli keuangan untuk menyusun strategi yang matang. Melalui pendekatan yang holistik, nasabah dapat merencanakan investasi yang sesuai dengan kebutuhan masa tua mereka, mengantisipasi biaya kesehatan yang tak terduga, serta mempertimbangkan potensi inflasi yang dapat menggerus daya beli dana pensiun.
Lanny Hendra menambahkan, “Nasabah harus lebih proaktif dalam merencanakan pensiun. Mulai dari investasi yang cerdas hingga pengelolaan dana secara bijak, semuanya berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik di masa tua.”
Dengan kesadaran yang semakin tinggi akan pentingnya kesiapan finansial, riset HSBC ini diharapkan dapat membantu nasabah affluent di Indonesia merencanakan masa pensiun yang lebih baik dan sejahtera. ■