Di tengah ketidakpastian global yang semakin memanas, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan keyakinannya akan ketahanan industri keuangan Indonesia. Meski gejolak geopolitik meningkat, terutama dengan konflik Timur Tengah yang memanas dan ketidakpastian politik di Amerika Serikat menjelang Pilpres, sektor keuangan domestik masih mampu menjaga stabilitasnya. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi akhir pekan lalu.
Dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 30 Oktober 2024, stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia dinyatakan tetap terjaga meskipun dunia sedang dihadapkan pada tantangan besar. Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, mengakui adanya perlambatan ekonomi di sejumlah negara besar serta ketidakpastian geopolitik yang menciptakan tantangan bagi perekonomian global.
“Kondisi ekonomi Amerika Serikat terpantau lebih solid dari yang diperkirakan sebelumnya, didorong oleh pasar tenaga kerja yang kuat dan permintaan domestik yang meningkat,” ujar Mahendra. “Namun, situasi di Eropa menunjukkan pemulihan yang terbatas, dengan sektor manufaktur masih tertekan meskipun ada kenaikan penjualan ritel. Di Tiongkok, perlambatan ekonomi terus terjadi baik dari sisi permintaan maupun suplai.”
Gejolak geopolitik di Timur Tengah pun kian mengkhawatirkan, mendorong kenaikan harga komoditas safe haven seperti emas dan meningkatkan premi risiko global. Situasi ini memicu peningkatan yield obligasi global, yang berakibat pada arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. “Akibatnya, mayoritas pasar keuangan emerging markets mengalami pelemahan,” tambah Mahendra.
Namun, di tengah guncangan global ini, ekonomi Indonesia dinilai masih memiliki beberapa titik stabilitas. Inflasi inti terjaga pada level yang sehat, dan neraca perdagangan terus mencatatkan surplus sejak Juli 2024. Meski demikian, OJK mengingatkan agar tren Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih berada di zona kontraksi serta pemulihan daya beli yang lambat tetap diawasi.
Sebagai respon terhadap ketidakpastian ini, pemerintah dan bank sentral Tiongkok terus menggulirkan stimulus untuk mendorong sektor riil dan melonggarkan kebijakan moneter, berharap dapat menggenjot perekonomian. Sementara itu, dengan adanya tekanan dari luar, Indonesia diharapkan terus meningkatkan ketahanan sektor jasa keuangannya untuk menghadapi potensi tantangan baru. ■