Piyush Gupta, CEO dari bank terbesar di Singapura, DBS, mengungkapkan bahwa hanya sekitar setengah dari perusahaan di industri perbankan yang berhasil mencapai kemajuan signifikan dalam transformasi digital dan adopsi kecerdasan buatan (AI).
“Jika saya melihat kondisi saat ini, mungkin hanya 50% perusahaan yang telah membuat kemajuan yang memadai,” ujar Gupta dalam wawancara dengan Bloomberg News pekan ini.
Menurut Gupta, banyak bank yang berusaha melakukan digitalisasi tanpa terlebih dahulu mengubah fondasi bisnis mereka. “Saya menyebutnya seperti ‘memoles babi dengan lipstik’,” tambahnya.
Gupta, yang akan mundur dari jabatannya sebagai CEO DBS Group Holdings pada Maret 2025, dipuji atas perannya dalam mentransformasi bank terbesar di Asia Tenggara ini. Langkah tersebut membantu DBS menghadapi kompetisi baru dari perusahaan fintech seperti Grab Holdings.
Transformasi digital ini juga membantu menekan biaya dalam meraih nasabah baru serta mengumpulkan data yang penting untuk pengembangan AI. Pada tahun 2024, DBS menghasilkan nilai tambahan sebesar S$800 juta dari penggunaan AI, dan jumlah ini diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari S$1 miliar pada 2025, ungkap Gupta.
Gupta juga mengungkapkan bahwa kegagalan umum di banyak bank disebabkan oleh kesalahan teknologi dan budaya perusahaan. Dalam wawancara dari kantor Bloomberg di Singapura, ia menyebut bahwa DBS menjadi salah satu bank paling menguntungkan di dunia selama masa kepemimpinannya, yang dimulai pada 2009, dengan ekspansi besar di wilayah Tiongkok Raya.
Pada 18 Oktober 2024, nilai pasar DBS mencapai S$112 miliar, dan return on equity bank tersebut yang melebihi 18% mengalahkan banyak bank global. Pada tahun 2021, DBS dinobatkan sebagai bank digital terbaik dunia oleh publikasi Euromoney, dan pada tahun berikutnya, Harvard Business School menerbitkan studi kasus tentang transformasi digital DBS.
Namun, perjalanan transformasi DBS tidak selalu mulus. Bank ini sempat mengalami sejumlah gangguan teknologi dan pada 2023 dikenakan sanksi oleh Otoritas Moneter Singapura.
Gupta juga menyoroti perubahan budaya di DBS selama 15 tahun terakhir sebagai pencapaian terbesarnya. Menurutnya, saat ini bank tersebut lebih bersifat kewirausahaan, lebih berani mengambil risiko, dan yang terpenting, lebih percaya diri dalam mencapai target.
Tan Su Shan, wakil Gupta dan kepala grup perbankan institusional DBS yang berusia 57 tahun, akan mengambil alih posisi CEO setelah Gupta pensiun.
Ketika ditanya apakah ia akan tetap berkecimpung di industri keuangan setelah pensiun, Gupta yang kini berusia 64 tahun menyatakan kemungkinan besar ia tidak akan aktif di DBS atau bergabung dengan bank lain. Namun, ia menambahkan, “Kemungkinan besar saya akan tetap dilibatkan dalam sesuatu di sektor ini di masa mendatang.” ■