Meski pertumbuhan kripto dan fintech masif, edukasi tetap menjadi tantangan terbesar khususnya di industri kripto yang adopsinya sangat pesat.
Head of Product Marketing Pintu Iskandar Mohammad mengatakan, kemajuan industri fintech yang masuk dalam kategori digital masih relevan dengan pandemi Covid-19 yang telah terjadi beberapa tahun lalu.
Dia mengatakan, pandemi tersebut punya dampak besar pada penggunaan layanan fintech di kehidupan sehari-hari yang membuat masyarakat pindah ke aktivitas digital dan hampir seluruh industri fintech mendapatkan pengaruh tersebut tak terkecuali industri kripto.
“Sejak awal kami telah memahami hal tersebut dan tentu kami ambil tanggung jawab dalam memberikan sarana dan prasarana edukasi bagi masyarakat yang belum berinvestasi kripto atau pun yang membutuhkan analisis terkait pasar kripto,” ujarnya dalam acara roundtable discussion yang diselenggarakan oleh Huawei Cloud x Weefer bertemakan “What’s Next in Fintech Innovation?” di Jakarta, Kamis (17/10).
Menurut dia, industri financial technology (fintech) terus mengalami transformasi positif, salah satunya terlihat dari peningkatan jumlah perusahaan fintech di Indonesia. Berdasarkan data Statista, perusahaan fintech tumbuh signifikan dari 51 perusahaan pada 2011, naik menjadi 336 perusahaan pada 2023. Perusahaan kripto juga masuk ke dalam pemain fintech di sektor baru yang turut menyumbang peningkatan ekonomi digital di Indonesia.
Dia menyebut, secara umum industri fintech dan ekosistem ekonomi digital di Indonesia melonjak dalam beberapa tahun terakhir. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri memprediksi, nilai transaksi perdagangan digital pada 2024 bisa menyentuh Rp500 triliun. Dari transaksi aset kripto, bahkan OJK mencatat, hingga Agustus 2024 lalu, transaksinya sudah tembus Rp344 triliun.
“Tingginya transaksi kripto menjadi kabar baik karena makin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya investasi untuk mengembangkan aset yang dimiliki. Di lain sisi, tantangannya semakin besar terutama dari sisi edukasi agar masyarakat bisa berinvestasi dengan bertanggung jawab dan bijak, khususnya pada aset kripto yang masuk dalam kategori high risk high return,” ujar Iskandar.
Adapun dalam diksusi tersebut, seluruh panelis mengeksplorasi terkait kemajuan dalam industri fintech dan juga aset kripto dan membahas bagaimana peran berbagai lembaga serta perusahaan fintech untuk mendorong inklusi keuangan.
“Meski pertumbuhan kripto dan fintech masif, edukasi tetap menjadi tantangan terbesar khususnya di industri kripto yang adopsinya sangat pesat. Sejak awal kami telah memahami hal tersebut dan tentu kami ambil tanggung jawab dalam memberikan sarana dan prasarana edukasi bagi masyarakat yang belum berinvestasi kripto atau pun yang membutuhkan analisis terkait pasar kripto,” ungkap Iskandar.
Adapun platform Pintu memliki strategi untuk edukasi, sehingga pengguna dapat berinvestasi secara aman di platform kripto. Beberapa strategi yang telah dijalankan di antaranya berinvestasi pada channel edukasi Pintu Academy dan Pintu News. Strategi lainnya adalah aktif berkolaborasi dengan berbagai stakeholders seperti Bappebti, Bursa kripto CFX, Asosiasi, Universitas, hingga banyak Komunitas.
“Kami percaya kolaborasi menjadi salah satu langkah terbaik untuk mempercepat dan memperluas edukasi terkait aset kripto. Kolaborasi dengan berbagai mitra strategis ini juga termasuk membahas mengenai perkembangan regulasi aset kripto,” demikian Iskandar. ■