Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum lama ini memperkirakan nilai transaksi investasi kripto di Indonesia akan mencapai Rp1.000 triliun, meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan nilai transaksi pada awal tahun 2024 yakni Rp301,75 triliun.
Merespon proyeksi tersebut, Chief Compliance Officer (CCO) Reku, Robby menjelaskan dengan semakin meningkatnya jumlah investor kripto di Indonesia, target peningkatan transaksi itu sangat memungkinkan untuk tercapai.
“Adopsi aset kripto di Indonesia konsisten meningkat setiap bulannya, mencapai 20,24 juta investor pada Juni 2024 lalu. Bahkan, saat ini jumlah investor kripto juga dapat bersaing dengan investor saham, instrumen yang hadir jauh lebih lama dari aset kripto. Ini menandakan bukan hanya peningkatan minat, namun juga adopsi aset kripto,” ungkap Robby dalam pernyataan resmi dikutip, Rabu (28/8).
Robby yang juga sekaligus Ketua Umum Aspakrindo-ABI ini menilai, pertumbuhan positif ini salah satunya didorong oleh sejumlah golongan seperti Gen Z dan millenials.
“Mayoritas investor kripto didominasi oleh generasi muda, sebab aset kripto menawarkan kemudahan akses, transparansi, dan fleksibilitas,” katanya.
Dia melihat Gen Z dan milenial juga menempati salah satu porsi terbesar pengguna Reku. Tercatat, 60% pengguna Reku merupakan generasi millenial dan Gen Z.
“Hal tersebut semakin menunjukkan besarnya ketertarikan dan partisipasi generasi ini terhadap aset kripto. Terlepas volatilitas harga, faktor ini justru menjadi aspek yang menarik untuk trading jangka pendek dan memperoleh potensi return yang optimal,” katanyq.
Selain adopsi Gen Z dan milenial, menurutnya regulasi turut menjadi faktor yang berpotensi mendorong transaksi kripto. Robby menilai, regulasi aset kripto di Indonesia sudah lengkap, dengan dukungan Bursa Kripto, Kliring, Kustodi dan Bappebti yang berperan dalam melindungi keamanan investor.
“Ini bukan hanya membuat investor merasa aman namun juga nyaman berinvestasi. Ke depannya, diharapkan regulasi aset kripto bisa terus berlangsung secara win-win bagi seluruh stakeholders, baik investor, pedagang aset kripto lokal maupun global,” kata Robby.
Senada dengan Robby, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin menyatakan optimisme peningkatan transaksi kripto di Indonesia. Menurutnya ini sejalan dengan semakin menariknya ekosistem kripto yang didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin advance.
“Proyek-proyek baru yang mengusung inovasi menarik, khususnya terkait infrastruktur teknologi terdesentralisasi, menjadi enabler untuk menciptakan pengalaman baru yang semakin immersive di berbagai sektor di ekosistem terdesentralisasi,” kata Fahmi.
Tidak sedikit proyek kripto di tahun 2024 ini yang telah memperkenalkan fitur-fitur dan pengalaman baru yang beragam dan ramah pengguna, menyediakan pengalaman investasi, hiburan, sosial, yang segar dan berbeda.
“Fokus pengembang aplikasi dan teknologi terdesentralisasi kini telah berada pada aspek kemudahan penggunaan untuk kalangan pengguna yang lebih luas. Keberhasilan upaya-upaya tersebut akan berpotensi menarik minat masyarakat dari kalangan yang lebih luas terhadap teknologi terdesentralisasi serta aset kripto,” tambahnya.
Sektor AI, yang saat ini sedang banyak menjadi sorotan jelang rilis laporan laba Nvidia pada 28 Agustus ini, dengan token seperti FET yang membukukan kenaikan harga lebih dari 50% dalam satu pekan terakhir, menjadi salah satu inisiatif pengembangan teknologi yang sedang banyak diperhatikan oleh investor.
“AI berpotensi menjadi katalis yang akan cukup kuat sebab teknologi yang ada dapat diintegrasikan ke berbagai aplikasi dan jaringan blockchain, membuatnya memiliki potensi pasar yang luas,” ujarnya.
Dia mengatakan, dalam beberapa bulan ke belakang, performa sektor AI memang relatif fluktuatif, yang tidak jarang terkorelasi dengan sentimen yang berkembang terkait Nvidia.
Dalam satu pekan terakhir misalnya, sentimen positif terhadap peningkatan laba Nvidia telah membuat AI menjadi naratif dengan performa tertinggi kedua setelah Ordinals.
Menurut Fahmi kemajuan teknologi, selain menjanjikan potensi adopsi dan ekosistem produk atau layanan yang semakin menarik dan populer, juga turut menurunkan barrier of entry dan learning curve untuk para pengembang, sehingga membuat ekosistem kripto memiliki pilihan yang semakin beragam bagi para pengguna dan investor.
“Perkembangan tersebut merupakan kemajuan yang patut diapresiasi, yang akan membuat pasar kripto semakin demokratis dan terbuka yang besar kemungkinan dapat menarik lebih banyak investor ke pasar kripto kedepannya,” demikian Fahmi. ■