Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) mengumumkan mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp1,3 triliun sepanjang semester I-2024. Meningkat 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan kenaikan laba bersih itu terutama disebabkan oleh efisiensi biaya operasional yang menghasilkan perbaikan Cost to Income Ratio (CIR) menjadi 39,5% dari 59,5% di tahun sebelumnya.
Peningkatan laba bersih ini memberikan kontribusi pada peningkatan Return on Asset (ROA) menjadi 3,7% dari sebelumnya 2,9% di tahun 2023 dan peningkatan Return on Equity (ROE) menjadi 13,8% dari 13,6%. Rasio Liquidity Coverage (LCR) dan Rasio Net Stable Funding (NSFR) Citi Indonesia tetap kuat di 291% dan 164%, di atas ketentuan minimum.
Menurut Batara, Citi Indonesia memiliki modal yang kuat dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal (KPMM) sebesar 36,2%, meningkat dari 28,7% di tahun sebelumnya.
“Ini membuktikan ketahanan dan dedikasi tim kami di tengah tantangan perekonomian domestik dan global. Kami telah membuat kemajuan yang signifikan melalui bisnis kami yang saling terhubung di Indonesia,” katanya, Kamis (15/8).
Dia mengatakan, di lini bisnis xorporate and investment banking, Citi terus menyediakan layanan dan solusi kepada para klien perusahaan lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik.
Pada triwulan kedua 2024, Citi Indonesia bertindak sebagai Bank Koordinator Tunggal dan telah sukses menyelesaikan kesepakatan fasilitas kredit sindikasi bergulir (syndicated revolving credit facilities) senilai total US$ 200 juta dan Rp7,5 triliun untuk PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Global Network Banking Citi juga terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang baik di tengah kondisi eksternal yang menantang. Hal ini tercapai melalui beragam inisiatif, termasuk kinerja dari koridor Asia-ke-Asia yang melayani klien Asia kami yang berinvestasi di Indonesia.
Lini bisnis xommercial bank juga membukukan pendapatan yang baik pada paruh pertama tahun ini, yang berasal dari klien-klien multinasional dan solusi manajemen kas. Pertumbuhan ini menjadi bukti kerangka bisnis yang kuat yang dibangun selama bertahun-tahun.
Bisnis treasury and trade solutions (TTS) juga mencatat pertumbuhan positif pada semester pertama tahun ini. Volume transaksi mata uang lokal maupun asing tumbuh seiring peningkatan pembayaran instan domestik dan lintas negara yang tumbuh masing-masing sebesar 23% dan 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bisnis securities services Citi Indonesia juga berkontribusi aktif terhadap pengembangan Pasar Modal Indonesia, terlihat pada peran perusahaan dalam peluncuran Layanan Administrasi KYC dan Sub Rekening Efek sebagai Rekening Kas Alternatif oleh regulator. Citi juga ditunjuk menjadi Bank Kustodian Percontohan untuk inisiatif Cash Management System (CMS) Indonesia, bersama dengan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). ■