PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau PermataBank melaporkan perolehan laba bersih pada semester I-2024 mencapai Rp1,52 triliun atau tumbuh 8,74% year on year (yoy). Hasil ini didukung kinerja kredit yang tumbuh tinggi dan kemampuan perusahaan untuk lebih efisien yang bertopang pada digitalisasi.
Direktur Utama PermataBank Meliza M. Rusli mengatakan, walaupun masih terdampak dengan ketidakpastian perekonomian global, namun PermataBank tetap membuktikan kuatnya dukungan nasabah dan Bangkok Bank melalui kinerja yang positif hingga tengah tahun 2024 ini.
“Peningkatan kinerja bank juga disertai dengan strategi penerapan manajemen biaya yang disiplin dan efisiensi operasional yang optimal melalui digitalisasi. Memasuki tahun keempat kami bersama Bangkok Bank, memberikan dorongan bagi PermataBank untuk tumbuh menjadi bank yang dapat memberikan nilai bermakna tidak hanya bagi Indonesia namun juga regional Asean,” ujarnya, Kamis malam (25/7).
Menurut dia, sebagai hasil dari penerapan manajemen biaya yang lebih disiplin dan terdigitalisasi, PermataBank berhasil menjaga rasio cost to income (CIR) pada level yang lebih rendah sebesar 49,6% pada Juni 2024, dibandingkan pada Desember 2023 sebesar 51,5%.
Mengacu laporan keuangan PermataBank, kredit yang disalurkan tercatat mencapai Rp 152,24 triliun pada semester I-2024. Nominal kredit ini bertumbuh 10,21% dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 138,13 triliun.
Tiga sektor terbesar penerima kredit dari BNLI diantaranya, kredit individual terkait kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan lain-lain; kredit ke sektor industri pengolahan; serta kredit ke sektor perdagangan besar dan kecil.
Secara kualitas, kredit bermasalah (non performing loan/NPL) Bank Permata secara bruto tercatat menurun dari 2,89% ke 2,41%. Sedangkan secara neto, NPL sedikit meningkat dari posisi 0,32% menjadi 0,35%.
Dari kinerja kredit tersebut, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) dibukukan hanya naik 1,54% menjadi Rp 4,81 triliun. Hal ini dipengaruhi dengan peningkatan beban bunga dan beban syariah yang naik lebih tinggi dari pendapatan bunga dan syariah.
Namun demikian, sejalan dengan perbaikan NPL, provisi yang dibukukan cenderung menurun. Ini yang pada gilirannya menekan beban operasional perusahaan pada semester I-2024.
Sehingga meskipun NII tertahan dan menahan laju pendapatan operasional, namun beban operasional dapat ditekan lebih rendah. Alhasil pada semester I-2024, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Permata dapat menurun dari posisi 68,50% menjadi 65,45%.
Bank Permata membukukan total aset sebesar Rp258,4 triliun di semester I-2024 atau tumbuh 2,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan aset salah satunya didorong kinerja kredit juga tumbuh positif, khususnya untuk segmen korporasi.
Pihaknya berkomitmen untuk memastikan menjaga kualitas di masa mendatang. Adapun risiko kredit yang tercermin dari rasio loan at risk (LAR) Bank Permata terbilang terkendali di posisi 7,8%.
Dalam menjaga kebutuhan cadangan atas potensi penurunan risiko kredit, lanjut Meliza, PermataBank tetap melakukan pendekatan secara konservatif, tercermin dari rasio NPL coverage dan rasio LAR coverage di level yang prudent masing-masing di level 337,9% dan 103,2%. Penyelesaian kredit bermasalah tetap diupayakan bank melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset.
Selain itu, perusahaan akan tetap ekspansif dalam hal penyaluran kredit. Ini didukung likuiditas yang cukup memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) yang masih berada di posisi 78,2% pada semester I-2024, kendati meningkat dari sebelumnya yang sebesar 73,3%.
“Komitmen dijalankan dengan senantiasa menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dan pengawasan kualitas portofolio kredit,” tambah Meliza.
Di sisi lain, Meliza melaporkan bahwa total simpanan nasabah PermataBank tercatat sebesar Rp191,8 triliun di semester I-2024, tumbuh sebesar 3,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Adapun rasio dana murah (CASA) yang terjaga stabil di level 56,3%.
Dari sisi permodalan, Rasio CAR dan CET-1 Bank tercatat masing-masing sebesar 35,4% dan 26,6%. Struktur permodalan Bank Permata adalah salah satu yang terkuat di antara bank komersial terbesar di Indonesia, menjadi modal untuk prospek pertumbuhan usaha yang lebih luas di masa depan, baik pertumbuhan secara organik atau anorganik. ■