Tingkatkan kesiapan adopsi AI di bank dengan ‘AI readiness assessment’

- 21 Juli 2024 - 10:44

DI ERA DIGITAL yang semakin maju, adopsi teknologi Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu prioritas utama bagi industri perbankan. AI menjanjikan efisiensi operasional, peningkatan layanan pelanggan, dan kemampuan analitik yang lebih mendalam. Namun, meskipun AI memiliki potensi besar, implementasinya sering kali menghadapi tantangan yang signifikan.

Beberapa penelitian dan survei memberikan gambaran mengenai tingkat kesulitan yang dihadapi perusahaan dalam mengadopsi AI. Menurut Gartner, sekitar 85% proyek AI gagal mencapai tujuannya. Survei oleh MIT Sloan Management Review dan Boston Consulting Group menemukan bahwa hanya 10% perusahaan yang melaporkan keuntungan finansial signifikan dari penggunaan AI.

Sebuah artikel di VentureBeat juga menyebutkan bahwa 87% proyek ilmu data tidak pernah masuk ke tahap produksi. Angka-angka ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan, termasuk bank, menghadapi tantangan dalam mencapai hasil yang diharapkan dari implementasi AI.

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan ini antara lain kurangnya pemahaman tentang AI, kualitas data yang buruk, kurangnya keterampilan AI, dan resistensi terhadap perubahan. Banyak perusahaan belum sepenuhnya memahami potensi dan keterbatasan AI, yang dapat menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis atau pemilihan solusi AI yang tidak sesuai.

Selain itu, AI membutuhkan data yang berkualitas tinggi untuk berfungsi dengan baik, namun banyak perusahaan masih memiliki data yang tidak terstruktur, tidak lengkap, atau tidak akurat. Implementasi AI juga memerlukan keterampilan khusus seperti ilmu data, pembelajaran mesin, dan rekayasa perangkat lunak, namun banyak perusahaan kekurangan tenaga ahli di bidang ini. Resistensi terhadap perubahan dalam proses bisnis dan budaya organisasi juga dapat menghambat keberhasilan proyek AI.

Sebelum terjun langsung ke dalam implementasi AI, sangat penting bagi bank untuk terlebih dahulu melakukan AI readiness assessment. Assessment ini membantu bank mengevaluasi kesiapan infrastruktur teknologi dan kualitas data yang dimiliki.

Data adalah bahan bakar utama bagi AI, sehingga memiliki data yang bersih, lengkap, dan terstruktur merupakan kunci keberhasilan implementasi AI. Selain itu, kesiapan infrastruktur teknologi, termasuk perangkat keras dan lunak, harus sesuai dengan kebutuhan AI.

Adopsi AI juga memerlukan keahlian khusus yang mungkin belum dimiliki oleh staf bank saat ini. Assessment ini akan membantu mengidentifikasi gap keterampilan dan memberikan rekomendasi pelatihan atau perekrutan yang diperlukan untuk mendukung implementasi AI.

Data adalah bahan bakar utama bagi AI, sehingga memiliki data yang bersih, lengkap, dan terstruktur merupakan kunci keberhasilan implementasi AI. Selain itu, kesiapan infrastruktur teknologi, termasuk perangkat keras dan lunak, harus sesuai dengan kebutuhan AI.

Dengan melakukan assessment, bank dapat merumuskan strategi dan rencana implementasi yang lebih terstruktur dan realistis, termasuk penetapan tujuan yang jelas, alokasi anggaran, dan timeline yang terukur. Assessment ini juga membantu mengidentifikasi potensi risiko dan tantangan yang mungkin dihadapi selama implementasi AI.

AI readiness assessment bukan hanya langkah awal yang penting tetapi juga krusial untuk memastikan keberhasilan implementasi AI di industri perbankan. Melalui persiapan yang matang, bank dapat memaksimalkan manfaat dari AI dan memastikan bahwa implementasi berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan strategis perusahaan.

Dengan memahami risiko ini sejak awal, bank dapat mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul. Selain itu, industri perbankan beroperasi dalam lingkungan yang sangat diatur. Melalui AI readiness assessment, bank dapat memastikan bahwa semua aspek kepatuhan dan regulasi telah diperhitungkan dan dipenuhi, menghindari potensi denda atau sanksi.

Dengan demikian, AI readiness assessment bukan hanya langkah awal yang penting tetapi juga krusial untuk memastikan keberhasilan implementasi AI di industri perbankan. Melalui persiapan yang matang, bank dapat memaksimalkan manfaat dari AI dan memastikan bahwa implementasi berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan strategis perusahaan.

Berikut beberapa alat AI readiness assessment yang direkomendasikan untuk bank beserta kelebihan dan kekurangannya:

AI Readiness Index dari Deloitte

AI Readiness Index yang dikembangkan oleh Deloitte adalah alat yang sangat komprehensif dan terstruktur untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam mengadopsi teknologi AI. Keunggulannya terletak pada cakupan yang luas, mencakup enam dimensi penting seperti strategi, data, teknologi, bakat, operasi, dan etika, sehingga memberikan penilaian yang holistik.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan alat ini memerlukan investasi waktu dan sumber daya yang signifikan, termasuk keterlibatan berbagai pemangku kepentingan di dalam perusahaan. Selain itu, perusahaan, terutama yang berskala kecil dan menengah, mungkin perlu mempertimbangkan biaya yang terkait dengan penggunaan alat ini.

    Selain itu, alat ini memberikan rekomendasi yang jelas dan dapat ditindaklanjuti untuk perbaikan di setiap dimensi, menjadikannya panduan praktis bagi perusahaan. Kredibilitas Deloitte sebagai firma konsultan terkemuka juga memperkuat kepercayaan terhadap hasil penilaian ini.

    Namun, perlu diingat bahwa penggunaan alat ini memerlukan investasi waktu dan sumber daya yang signifikan, termasuk keterlibatan berbagai pemangku kepentingan di dalam perusahaan. Selain itu, perusahaan, terutama yang berskala kecil dan menengah, mungkin perlu mempertimbangkan biaya yang terkait dengan penggunaan alat ini.

    Perlu dicatat juga bahwa fokus utama alat ini adalah pada kesiapan internal perusahaan, sehingga faktor eksternal seperti lanskap kompetitif atau regulasi mungkin kurang tercakup.

    Meskipun demikian, AI Readiness Index menawarkan peluang besar bagi perusahaan. Alat ini membantu mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan, menjadi dasar pengembangan strategi AI yang komprehensif, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja bisnis melalui peningkatan efisiensi, produktivitas, dan inovasi.

    Namun, perusahaan juga perlu mewaspadai ancaman yang terkait dengan penggunaan alat ini. Lanskap AI yang terus berkembang menuntut pembaruan berkala agar alat ini tetap relevan. Selain itu, persaingan dengan perusahaan lain yang juga menggunakan alat serupa mengharuskan perusahaan untuk selalu berada di garis depan dalam adopsi AI. Terakhir, regulasi AI yang terus berkembang juga dapat menjadi tantangan tersendiri.

    Secara keseluruhan, AI Readiness Index dari Deloitte adalah alat yang sangat berguna bagi perusahaan yang ingin menilai dan meningkatkan kesiapan AI mereka. Dengan memahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terkait dengan alat ini, perusahaan dapat memanfaatkannya secara efektif untuk meraih kesuksesan dalam mengadopsi dan menerapkan teknologi AI.

    AI Maturity Model dari PwC

    AI Maturity Model yang dikembangkan oleh PwC merupakan kerangka kerja terstruktur yang komprehensif untuk menilai tingkat kematangan AI perusahaan, mencakup berbagai aspek mulai dari strategi hingga implementasi.

      Selain itu, model ini memberikan peta jalan yang jelas bagi perusahaan untuk meningkatkan kematangan AI mereka secara bertahap dan menekankan pentingnya menghubungkan inisiatif AI dengan tujuan bisnis yang jelas. Didukung oleh reputasi PwC sebagai firma konsultan terkemuka, model ini menawarkan kredibilitas dan kepercayaan.

      AI Maturity Model dari PwC memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk mengidentifikasi area perbaikan, mengembangkan strategi AI yang efektif, dan meningkatkan daya saing mereka. Namun, perusahaan perlu mewaspadai perubahan teknologi yang cepat, memastikan ketersediaan sumber daya yang cukup, dan mengatasi resistensi terhadap perubahan agar implementasi AI berhasil.

      Namun, model ini memiliki beberapa kelemahan, seperti generalisasi yang mungkin kurang sesuai dengan konteks industri atau kebutuhan unik setiap perusahaan. Selain itu, model ini kurang memberikan detail implementasi yang spesifik dan berpotensi memiliki bias terhadap pendekatan atau solusi yang ditawarkan oleh PwC. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyesuaikan model ini dengan konteks dan kebutuhan spesifik mereka.

      Meskipun demikian, AI Maturity Model dari PwC memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk mengidentifikasi area perbaikan, mengembangkan strategi AI yang efektif, dan meningkatkan daya saing mereka. Namun, perusahaan perlu mewaspadai perubahan teknologi yang cepat, memastikan ketersediaan sumber daya yang cukup, dan mengatasi resistensi terhadap perubahan agar implementasi AI berhasil.

      The AI Adoption Framework dari Microsoft

      The AI Adoption Framework yang dikembangkan oleh Microsoft menawarkan panduan langkah demi langkah yang terstruktur dan mudah diikuti, terutama bagi perusahaan yang baru memulai perjalanan adopsi AI mereka.

        Framework ini berfokus pada implementasi praktis, membantu perusahaan memahami bagaimana menerapkan AI dalam operasi sehari-hari. Didukung oleh Microsoft, perusahaan teknologi terkemuka dengan pengalaman luas dalam pengembangan dan penerapan AI, framework ini juga terintegrasi dengan baik dengan produk dan layanan AI Microsoft lainnya.

        Framework dari Microsoft ini memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk mempercepat adopsi AI, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, serta mendorong inovasi. Namun, perusahaan perlu mewaspadai perubahan teknologi yang cepat dan memastikan framework ini tetap relevan. Persaingan dengan perusahaan lain yang juga menggunakan framework serupa juga menjadi tantangan tersendiri.

        Namun, framework ini memiliki keterbatasan dalam cakupan yang kurang komprehensif dibandingkan kerangka kerja lainnya, terutama dalam aspek etika dan tata kelola data. Selain itu, sifatnya yang umum mungkin kurang sesuai dengan konteks industri atau kebutuhan unik setiap perusahaan. Perusahaan yang tidak menggunakan produk dan layanan Microsoft juga mungkin merasa framework ini kurang relevan.

        Meskipun demikian, framework dari Microsoft ini memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk mempercepat adopsi AI, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, serta mendorong inovasi. Namun, perusahaan perlu mewaspadai perubahan teknologi yang cepat dan memastikan framework ini tetap relevan. Persaingan dengan perusahaan lain yang juga menggunakan framework serupa juga menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, keterbatasan sumber daya dalam hal teknologi, bakat, dan infrastruktur dapat menjadi hambatan dalam implementasi AI yang sukses.

        The AI Readiness Assessment dari Google Cloud

        AI Readiness Assessment dari Google Cloud adalah alat yang berfokus pada identifikasi peluang dan tantangan spesifik dalam adopsi AI. Kelebihannya terletak pada kemampuannya memberikan rekomendasi yang jelas dan praktis, serta integrasinya dengan ekosistem Google Cloud yang memudahkan akses ke berbagai layanan dan solusi AI. Keahlian Google dalam bidang AI juga memperkuat kredibilitas alat ini.

        Namun, alat ini mungkin terlalu teknis bagi pengguna yang kurang memiliki latar belakang teknis AI dan cenderung berfokus pada penggunaan produk dan layanan Google Cloud. Selain itu, alat ini mungkin kurang komprehensif dalam menilai semua aspek kesiapan AI dibandingkan dengan alat lainnya.

        Meskipun demikian, AI Readiness Assessment menawarkan peluang besar bagi perusahaan untuk mengidentifikasi peluang bisnis baru, mengoptimalkan proses bisnis, dan meningkatkan pengambilan keputusan dengan bantuan AI. Namun, perusahaan perlu mempertimbangkan perkembangan teknologi yang cepat, memastikan ketersediaan sumber daya yang cukup, dan mengatasi resistensi terhadap perubahan agar dapat berhasil mengadopsi dan menerapkan AI secara efektif.

        Kesimpulan

        AI readiness assessment adalah langkah penting dan strategis yang harus dilakukan oleh bank sebelum mengadopsi AI. Dengan melakukan assessment ini, bank dapat mengidentifikasi kesiapan mereka, merencanakan implementasi yang efektif, dan mengurangi risiko yang terkait dengan adopsi teknologi baru.

        Alat seperti Deloitte AI Readiness Index, PwC AI Maturity Model, Microsoft AI Adoption Framework, dan Google Cloud AI Readiness Assessment dapat membantu bank dalam proses ini, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya.

        Melalui persiapan yang matang, bank dapat memaksimalkan manfaat dari AI dan memastikan bahwa implementasi berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan strategis perusahaan. ■

        *Tuhu Nugraha, pengamat teknologi, principal Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN). Tulisan ini merupakan hasil kolaborasi digitalbank.id dengan IADERN yang bertujuan membangun literasi dan narasi AI yang baik untuk Indonesia.

        Ilustrasi: Unesco

        Comments are closed.