Bos Baidu Robin Li: “Artificial general intelligence baru akan ada 10 tahun ke depan”

- 24 Mei 2024 - 16:37

Robin Li, CEO salah satu perusahaan teknologi terbesar di Tiongkok, Baidu, mengatakan kecerdasan buatan yang lebih pintar dari manusia alias Artificial General Intelligence (AGI) baru akan ada dalam 10 tahun ke depan.

Apa yang dikemukakan Li itu berbeda dengan pendapat bos Tesla Elon Musk yang memperkirakan kecerdasan buatan akan segera muncul, sekitar 2026. Pendapat Elon Musk senada dengan pendapat CEO OpenAI Sam Altman yang mengatakan AGI dapat dikembangkan dalam waktu tidak lama lagi.

Baidu merupakan salah satu pemain AI terkemuka di Tiongkok dan Lu memberi sinyal bahwa hal ini tidak realistis.

“AGI masih beberapa tahun lagi. Saat ini, banyak orang berbicara tentang AGI, mereka mengatakan mungkin dua tahun lagi, mungkin lima tahun lagi. Saya pikir masih lebih dari 10 tahun lagi,” kata Li saat berbicara pada hari Rabu di konferensi Viva Technology (VivaTech) 2024 di Paris, Prancis, 18-22 Mei lalu.

Viva Technology 2024 yang digelar di Parc des Expositions Porte de Versailles, merupakan pameran teknologi terbesar di Eropa yang kali ini diselenggarakan dalam format digital yang unik.

“Kalau definisi AGI itu komputer atau AI bisa secerdas manusia atau lebih pintar. Tapi kami ingin AI secerdas manusia. Dan model paling canggih saat ini jauh dari itu. Dan bagaimana cara mencapai tingkat kecerdasan tersebut? Kami tidak tahu,” tambah Li.

Li menyerukan laju pengembangan AI yang lebih cepat. “Ketakutan saya adalah bahwa teknologi AI tidak berkembang cukup cepat. Semua orang terkejut betapa pesatnya perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir. Tapi bagi saya itu masih belum cukup cepat. Ini terlalu lambat,” katanya seperti dikutip CNBC.

Baidu tahun lalu meluncurkan chatbot bergaya ChatGPT yang disebut Ernie, berdasarkan model bahasa besar milik perusahaan tersebut. Perusahaan Cina termasuk Baidu, Alibaba dan Tencent berinvestasi besar-besaran pada model AI mereka sendiri, seperti rekan-rekan mereka di AS.

Li mengatakan ada perbedaan besar antara pengembangan teknologi di AS dan di Tiongkok. Di AS dan Eropa, perusahaan-perusahaan berfokus pada “menghasilkan model pondasi yang paling kuat dan paling mutakhir.” Namun di Tiongkok, ia mencatat fokusnya adalah pada penerapan teknologi tersebut.

Meskipun demikian, CEO Baidu mengatakan saat ini tidak ada “aplikasi pembunuh” untuk AI. “Saat ini, di era seluler, Anda memiliki aplikasi seperti Instagram, YouTube, TikTok. Pengguna aktif hariannya berkisar antara 100 juta hingga satu miliar pengguna, bukan? Dan untuk aplikasi asli AI, kami belum melihatnya. Kami tidak melihatnya di AS. Kami tidak melihatnya di Tiongkok. Kami tidak melihatnya di Eropa,” kata Li.

“Bentuk apa yang tepat untuk aplikasi asli AI? Aplikasi asli AI seperti apa yang mampu mencapai angka 100 juta pengguna?” demikian Li. ■

Sumber foto: South China Morning

Comments are closed.