Kredit perbankan nasional terus mengalami pertumbuhan hingga April 2024. Bahkan Bank Indonesia (BI) mencatat, laju pertumbuhan kredit perbankan mencapai level tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Penyaluran kredit perbankan, demikian BI, tumbuh 13,09% secara tahunan (year on year/yoy) pada April lalu. Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya 11,8%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, ketahanan sistem keuangan saat ini tetap terjaga, meskipun kredit tumbuh pesat. Ia meyakini, likuiditas perbankan masih memadai dan risiko kredit tetap rendah. Likuiditas perbankan yang tecermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tercatat sebesar 25,62%.
Kemudian, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 25,96% pada Maret 2024. Sementara rasio kredit bermasalah perbankan (Non-Performing Loan/NPL) tercatat rendah sebesar 2,25% (bruto) dan 0,77% (neto).
“Ketahanan perbankan yang kuat juga didukung oleh kemampuan membayar korporasi yang baik,” kata Perry.
Hasil stress-test Bank Indonesia menunjukkan ketahanan perbankan dan korporasi tetap kuat dalam menghadapi tekanan ketidakpastian pasar keuangan global, termasuk risiko dari eksposur Utang Luar Negeri (ULN) institusi keuangan dan korporasi yang terjaga, didukung oleh strategi pengelolaannya yang baik.
Sementara itu Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan pertumbuhan kredit 13,09% di April adalah pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan itu, kata dia, tidak terlepas dari geliat ekonomi yang membaik. Ini tercermin dari data yang menunjukan, pertumbuhan positif penyaluran kredit dicatat oleh sektor industri, jasa dunia usaha, hingga perdagangan.
Jika dilihat secara keseluruhan, penyaluran kredit ke sektor korporasi tumbuh lebih dari 20%. Pesatnya pertumbuhan itu menandakan tingginya permintaan pembiayaan pelaku usaha di tengah kondisi ekonomi yang terus membaik.
“Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi memanf terus menggeliat,” katanya, Rabu (22/5).
Data BI menunjukkan kondisi ekonomi cukup terjaga dan itu tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 8,21% secara yoy. Meski lebih lambat dari laju pertumbuhan kredit, realisasi pertumbuhan DPK pada April lalu lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,4%.
“Peningkatan tertinggi DPK korporasi. Artinya apa? Artinya memang korporasi profitable, sehingga mereka punya ekses yang kemudian bisa ditempatkan di dalam DPK,” demikian Juda.
Dengan melihat perkembangan tersebut, bank sentral pun optimistis, pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini dapat mencapai target yang telah ditetapkan, yakni di kisaran 10-12%. Bahkan, BI memproyeksi, kredit tumbuh di rentang atas yang ditetapkan. ■