PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) atau Adira Finance mencetak laba bersih kuartal I-2024 sebesar Rp 432,11 miliar atau meningkat tipis 3,61% secara tahunan (year on year/yoy).
Presiden Direktur Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi adalah beban bunga yang melambung, meningkat signifikan.
Pada awal tahun 2024 ekonomi global menghadapi tantangan akibat ketidakpastian geopolitik serta fluktuasi harga komoditas.
“Di sisi lain, tingkat inflasi sudah menunjukkan kecenderungan penurunan, namun negara-negara maju masih mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi sehingga memberikan tekanan terhadap pasar keuangan global,” katanyq pekan ini.
Imbas yang diterima ADMF di antaranya adalah beban bunga dan keuangan yang naik secara signifikan pada kuartal I-2024. Pos ini melesat 47,23% (yoy) menjadi Rp280,92 miliar, atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp190,79 miliar.
Selain itu, kata dia, industri otomotif dihadapkan pada berbagai tantangan, ditandai dengan penjualan ritel mobil baru yang drop 15% (yoy) menjadi 231 ribu unit, sementara penjualan sepeda motor baru relatif stabil di angka 1,5 juta unit.
“Hal tersebut dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang relatif menurun serta suku bunga yang masih tinggi. Di tengah tantangan yang terjadi di industri otomotif, Adira Finance membukukan kenaikan kenaikan pangsa pasar sepeda motor baru dan mobil baru masing-masing sebesar 8,8% dan 5,9% dibandingkan kuartal I-2023 sebesar 8,0% dan 5,0%,” katanya.
Adira Finance merupakqn salah satu multifinance terbesar di Indonesia dengan total aset mencapai Rp33,69 triliun atau naik 18,11% (yoy) per Maret 2024, sejalan dengan peningkatan skala bisnis. Berikut liabilitas sebesar Rp 23,13 triliun dan ekuitas Rp 10,55 triliun.
Dari laporan keuangan yang dipublikasikan, Adira Finance membukukan total pendapatan mencapai Rp2,46 triliun atau bertumbuh 10,53% (yoy) pada tiga bulan pertama tahun ini. Pertumbuhan terjadi pada sisi pembiayaan konsumen, margin murabahah, maupun bisnis sewa pembiayaan.
Kinerja pendapatan operasional tersebut seiring dengan piutang pembiayaan (termasuk pembiayaan bersama) yang dikelola Adira Finance mencapai Rp 58 triliun, tumbuh sebesar 20% pada kuartal I-2024. Dengan pembiayaan baru (booking) meningkat sebesar 3% (yoy) menjadi Rp10,9 triliun.
Perusahaan juga mencatatkan peningkatan pembiayaan baru di segmen syariah sebesar 10% (yoy) menjadi sebesar Rp2,4 triliun atau mewakili 22% dari total pembiayaan baru. Kinerja positif dari segmen ini didukung oleh kegiatan pemasaran yang agresif, ekspansi dari kanal-kanal penjualan di komunitas syariah, serta memaksimalkan penjualan produk syariah khususnya non-otomotif seperti produk AMANAH (Adira Multi Dana Syariah).
Selain itu, perusahaan menyediakan pembiayaan kendaraan listrik (EV) sebagai dukungan untuk Indonesia atas upaya transisi ke energi bersih baik sepeda motor maupun mobil melalui kemitraan dengan berbagai produsen dan dealer merek kendaraan listrik. Di kuartal I-2024, pembiayaan kendaraan listrik ADMF terus menunjukan tren kenaikan hingga mencapai Rp 80,9 miliar.
Sementara sebagai salah satu upaya untuk terus meningkatkan penyaluran pembiayaan, Adira Finance jadi salah satu yang tetap melakukan ekspansi jaringan bisnis secara selektif di daerah-daerah yang memiliki potensi tinggi.
Per 31 Maret 2024, Adira Finance telah mengoperasikan 472 jaringan bisnis di seluruh Indonesia (termasuk cabang syariah). Sedangkan dari sisi digital, perseroan terus mengoptimalkan penjualan melalui platform digital seperti Adiraku, momobil.id, momotor.id, dan dicicilaja.com.
Seiring tantangan di segmen otomotif, emiten dengan sandi saham ADMF ini terus berinovasi dengan melakukan ekspansi pembiayaan ke segmen non-otomotif yang mencakup pembiayaan multiguna, durable, dan alat berat. Hingga Maret 2024, penyaluran pembiayaan non-otomotif tercatat meningkat sebesar 18% menjadi Rp2,3 triliun, yang mana mayoritas pembiayaan non-otomotif adalah pembiayaan multiguna.
Beberapa tantangan lain di industri multifinance saat ini adalah daya beli masyarakat yang relatif menurun serta suku bunga yang masih tinggi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan mengelola aspek pendanaan.
“Perusahaan terus melakukan diversifikasi sumber pendanaannya melalui dukungan berkelanjutan dari pembiayaan bersama dengan perusahaan induknya, Bank Danamon, dan memperoleh pinjaman eksternal dari bank (baik bank dalam negeri maupun luar negeri) dan pasar modal (obligasi lokal dan sukuk mudharabah),” tambah Made.
Per Maret 2024, pembiayaan bersama mewakili 47% dari piutang yang dikelola. Sementara itu, total pinjaman perusahaan pada Maret 2024 meningkat sebesar 32% (yoy) menjadi Rp 18,6 triliun, terdiri dari pinjaman bank baik dalam negeri dan luar negeri dan obligasi dan sukuk masing-masing memberikan kontribusi 66:34. Hasilnya, gearing ratio stabil yaitu sebesar 2,0 kali pada Maret 2024.
Selain itu, tantangan juga hadir untuk perusahaan menjaga kualitas asetnya, apalagi mengingat daya beli masyarakat mulai terganggu. Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) berada di posisi 0,67% pada kuartal I-2024, meningkat dari posisi akhir tahun lalu atau bahkan jika dibandingkan dengan kuartal I-2023 yang masih di level rendah 0,04%.
Alhasil, semua segmen pembiayaan mencatatkan kenaikan penyisihan nilai kerugian, yang dampaknya ikut menggerus perolehan laba perusahaan. Dengan kinerja demikian, return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) perusahaan masing-masing terjaga sebesar 7,3% dan 16,3% pada kuartal I-2024. ■