PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) pada periode Januari-Maret 2024 hanya mampu mencetak laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp5,33 triliun atau hanya tumbuh tumbuh 2% dibandingkan dengan periode yang sama 2023.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pencapaian laba bersih tersebut didukung oleh kinerja intermediasi perseroan. Di mana bank bersandi saham BBNI ini menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp695,16 triliun pada kuartal I-2024. Angka tersebut tumbuh 9,6% secara tahunan (year on year/yoy).
“Kombinasi dari perbaikan fundamental, termasuk peningkatan fee based income, efisiensi operasional, serta kualitas aset yang terus membaik mendorong BNI meraih laba bersih sebesar Rp5,33 triliun pada kuartal I 2024 atau tumbuh 2 persen YoY,” ujarnya, Senin (29/4).
Royke mengatakan bahwa peningkatan kualitas aset tetap menjadi fokus perseroan yang diharapkan akan mendorong kinerja fungsi intermediasi yang berkelanjutan di tengah tantangan geopolitik global, tekanan inflasi, dan suku bunga.
Pendapatan non bunga berupa fee-based income dan loan recovery di BNI pada kuartal I 2024 mencapai Rp5,1 triliun atau tumbuh 15,9% dari periode sebelumnya sebesar Rp4,4 triliun. Dengan peningkatan tersebut, komposisi pendapatan non bunga telah berkontribusi sebesar 35% dari total pendapatan BNI pada kuartal I 2024, terutama berasal dari fee income surat berharga dan fee dari bisnis sindikasi.
Royke lebih lanjut mengatakan BNI berada di jalur yang tepat untuk mencapai aspirasi profitabilitas return on equity (ROE) hingga level 20% pada 2028 mendatang. Hal ini didasari oleh pertumbuhan aset yang stabil dan berkelanjutan dari segmen prospektif berisiko rendah serta kualitas aset yang semakin sehat.
Dari sisi penyaluran kredit, total kredit BNI sepanjang kuartal I 2024 tercatat sebesar Rp695,16 triliun, tumbuh 9,6% YoY jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp634,3 triliun.
Kinerja positif pada kredit secara konsolidasi tersebut disokong oleh dua perusahaan anak yaitu PT Bank Hibank Indonesia (Hibank) dan BNI Finance. Adapun pertumbuhan kredit segmen UMKM Hibank mencapai 72 persen YoY serta pertumbuhan pembiayaan BNI Finance meningkat 370% YoY didominasi oleh pembiayaan konsumer.
Dengan pertumbuhan kredit di tiga bulan pertama tahun ini, pendapatan bunga BNI mencapai Rp15,87 triliun atau tumbuh 7,2 persen YoY dari sebelumnya sebesar Rp14,8 triliun. Pertumbuhan ini, menurut BNI, didorong oleh kinerja fungsi intermediasi yang sehat.
Pertumbuhan yang kuat juga didukung oleh perbaikan kualitas aset dengan Non Performing Loan (NPL) gross yang turun menjadi 2,0% pada kuartal I 2024 dari sebelumnya 2,8% pada kuartal I 2023. Hal ini juga diikuti dengan credit cost yang menurun 40 basis poin YoY menjadi 1,0% pada kuartal I-2024.
Selanjutnya dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) BNI pada kuartal I 2024 mencapai Rp780,23 triliun atau tumbuh 4,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan pertumbuhan DPK itu seiring dengan peningkatan transaksi berbasis dana murah, di mana kontribusi Current Account Savings Account (CASA) masih mendominasi sebesar Rp543,50 triliun atau 69,7% dari total DPK. CASA BNI tersebut naik 6,0% dibandingkan kuartal I 2023.
“Kami menyadari adanya tren kenaikan suku bunga yang berdampak pada kenaikan biaya dana pada kuartal I-2024, sehingga terjadi penurunan margin. Namun demikian margin bunga bersih (NIM) masih dapat dijaga pada level 4 persen,” kata Novita.
Novita mengatakan bahwa kualitas aset BNI pada kuartal pertama tahun ini juga tercatat semakin membaik yang terlihat dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Loan at Risk (LaR).
Adapun rasio NPL gross pada akhir kuartal I 2024 turun ke level 2,0%, jauh lebih rendah daripada kuartal I 2023 yang tercatat 2,8%. Sedangkan rasio Loan at Risk (LAR) turun ke level 13,3% dari tahun sebelumnya pada level 16,3%. ■