Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di akhir 2022, pangsa pasar keuangan syariah masih kecil yakni 10,69 persen. Dari jumlah tersebut, sektor perbankan syariah menyumbang porsi sebesar 7,09 persen.
Meski kecil, menurut Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat, pangsa pasar bank syariah terus mengalami pertumbuhan. Dengan keutamaan teknologi, bank digital syariah diyakini dapat meningkatkan inklusi keuangan syariah. “Dengan adanya digitalisasi, aksesibilitas ke ekosistem keuangan syariah akan lebih luas. Masyarakat semakin mudah membuat akun rekening, mendapat layanan lebih baik, dan lebih mudah bertransaksi,” kata Emir.
Lebih lanjut Emir menjelaskan, di dalam Masterplan Ekonomi Keuangan Syariah Indonesia 2019-2024, salah satu yang menjadi strategi utama untuk mencapai visi ekonomi dan keuangan syariah adalah penguatan ekonomi digital. Aspek digital terutama dalam keuangan syariah disebut akan memberikan manfaat yang sangat besar, baik bagi nasabah maupun perbankan.
Emir melihat, bank digital syariah juga berpeluang meningkatkan nasabah dari kalangan tech savvy atau melek teknologi yang notabene didominasi generasi muda. Untuk menangkap peluang itu, bank digital syariah perlu menghadirkan fitur-fitur yang relevan serta transaksi yang cepat dan efisien.
Baca Juga: Bank syariah makin tertarik bisnis wealth management, ini alasannya…
“Ini menjadi hal yang diutamakan oleh nasabah muda dan produktif,” ungkap Emir.
Bank digital syariah juga harus terus berinovasi dalam pengembangan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi nasabah muda. Hal itu bisa mencakup fitur-fitur keuangan digital seperti pembayaran digital, pengaturan anggaran dan manajemen keuangan pribadi. Juga fitur layanan investasi yang mudah diakses.
Digitalisasi memudahkan masyarakat mengakses produk dan layanan keuangan syariah, seperti solusi perbankan digital yang ditawarkan oleh Bank Jago. Bagi nasabah dengan preferensi syariah, Bank Jago menyediakan Jago Syariah dengan berbagai fitur andalan.
Fitur Kantong di Jago Syariah membantu masyarakat dalam mengatur keuangan. Nasabah dapat memiliki hingga 60 kantong , seperti memiliki banyak rekening bank dalam satu aplikasi. Selain itu, Jago syariah menawarkan dua akad yaitu akad Wadiah Yad Dhamanah dan Mudharabah Muthlaqah yang dapat dipilih oleh nasabah untuk dapat menjawab kebutuhan mereka yang berbeda-beda. Selain itu, fitur QRIS dan layanan Kartu Debit membuat nasabah mudah bertransaksi tanpa harus membawa banyak uang tunai.
Baca Juga: KSSK menerima laporan OJK atas eror-nya jaringan Bank Syariah Indonesia
Selain itu, lanjut Emir, penting juga memperhatikan aspek edukasi dan literasi keuangan. Bank digital syariah bisa menyediakan konten-konten edukatif, webinar ataupun kuis agar anak muda lebih paham terhadap prinsip-prinsip syariah yang diterapkan di perbankan syariah. Sebab literasi sangat berkaitan erat dengan tingkat inklusi.
“Saat orang sudah mulai paham dengan keuangan syariah, mereka diharapkan akan berinklusi, sehingga pangsa pasar pun meningkat,” kata dia.
Bank digital syariah juga dapat menggunakan teknologi untuk memberikan pengalaman personalisasi kepada nasabah muda dengan memahami preferensi dan kebutuhan nasabah. Dengan begitu, bank bisa merekomendasikan produk dan layanan yang relevan serta sesuai dengan profil masing-masing nasabah. Yang terpenting juga adalah kolaborasi dan kemitraan dengan fintech syariah ataupun startup inovatif agar bisa menghadirkan solusi keuangan yang luas dan beragam.
Baca Juga: Kinerja bank-bank syariah moncer di awal tahun ini
Kata Emir, pesatnya perkembangan keuangan syariah Indonesia itu sudah diakui dunia. Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga sebagai negara yang keuangan syariahnya paling berkembang berdasarkan Islamic Finance Development Indicator 2022 dari The Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD) yang merupakan unit Islamic Development Bank (IsDB) Group.
KNEKS mencatat sejumlah capaian yang sudah diraih Indonesia dalam dua dekade terakhir. Antara lain, hingga 2022, aset industri keuangan syariah telah mencapai Rp 2.375,84 triliun, naik dari Rp 2.050,44 triliun di 2021 atau tumbuh 15,87 persen. Pertumbuhannya pun bahkan lebih tinggi dari 2021 yang sebesar 13,82 persen year on year (yoy).
Meski demikian, pengembangan keuangan syariah khususnya perbankan syariah bukan berarti tanpa kendala. Emir melihat kesadaran masyarakat terkait sektor syariah masih cukup rendah. Kondisi ini tercermin dari Indeks Literasi Keuangan Syariah OJK yang hanya mencapai 8,9 persen di 2019 dan pada 2022 hanya naik jadi 9,14 persen.
“Dari indeks tersebut diketahui bahwa tidak banyak yang mengenal dan memahami produk dan layanan keuangan syariah,” kata Emir.
Kendala lainnya yaitu inovasi produk yang masih kurang dan harus terus dikembangkan. Demikian halnya dengan pemenuhan sumber daya manusia (SDM) yang masih belum optimal.
Karena itu, KNEKS terus mendorong pelaku industri keuangan syariah pun terus didorong terus berinovasi dan beradaptasi. Caranya, dengan perkembangan teknologi digital agar memperluas cakupan dan kualitas layanan dari keuangan syariah. ■