Menyusul beberapa bank yang akan dan telah menyelesaikan proses akuisisi bisnis ritel di tahun 2023, dapat dipastikan peta persainngan bisnis ritel perbankan akan makin ketat.
PT UOB Indonesia, umpamanya, bank ini baru menyelesaikan proses akuisisi bisnis ritel dari Citibank N.A Indonesia pada hari Senin (20/11). Akuisisi tersebut mencakup bisnis perbankan ritel, kartu kredit, dan pinjaman tanpa agunan, serta perpindahan karyawan Citi Indonesia ke UOB Indonesia.
Dengan selesainya akuisisi tersebut, UOB akan memperkuat bisnis ritelnya di ASEAN, termasuk Indonesia. Adapun nilai akuisisi tersebut di empat negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan Indonesia, diperkirakan mencapai US$5 miliar.
Baca Juga: Ini rencana strategis OCBC Indonesia pasca akuisisi Bank Commonwealth senilai Rp2,2 triliun
Selanjutnya ada Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) yang saat ini tengah dalam proses migrasi bisnis ritelnya dengan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Bank Danamon akan mengakuisisi portfolio segmen ritel/konsumen dari SCBI yakni di antaranya Kartu Kredit, Personal Loan, Mortgage dan Auto Loan.
Kabarnya proses pengalihan tersebut akan rampung pada akhir kuartal keempat tahun ini, yakni tepatnya bulan Desember 2023.
Consumer Lending Business Head Bank Danamon Indonesia Reza Rusly mengatakan bahwa akuisisi tersebut bertujuan untuk memperkuat salah satu penggerak utama bisnis Danamon yakni consumer banking.
Berdasarkan laporan kinerja keuangan Bank Danamon di sembilan bulan pertama 2023, bank ini telah menyalurkan Kredit konsumer mencapai Rp15,3 triliun atau mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi yakni 31% yoy.
Yang terbaru ada kabar akuisisi 99% saham Commonwealth Bank of Australia (CBA) di PT Bank Commonwealth (PTBC) oleh PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Pasalnya OCBC melihat PTBC memiliki basis klien yang menarik dan komplementer pada segmen nasabah konsumen dan UKM. Sehingga penggabungan kemampuan kedua bank akan memperkuat platform OCBC Indonesia dalam mengambil peluang pertumbuhan jasa keuangan di Indonesia.
Senior Vice President LPPI, Trioksa Siahaan mengatakan dengan selesainya akuisisi bisnis ritel oleh bank-bank tersebut maka persaingan perbankan di segmen bisnis ritel konsumen akan semakin sengit.
“Bila kita melihat populasi penduduk Indonesia yang juga banyak dan ekonomi bertumbuh sehingga wajar banyak bank mengincar bisnis ritel, dan persaingan akan semakin sengit,” kata dia, Senin (20/11).
Sementara itu Pengamat ekonomi dan pasar modal serta Guru Besar Universitas Indonesia Budi Frensidy juga mengatakan hal yang sama. Namun dia mencermati jika bank-bank Himbara milik BUMN tidak akan terpengaruh signifikan.
“Akuisisi yang dilakukan oleh bank-bank tersebut akan membuat persaingan meningkat, namun bank Himbara punya pasar sendiri seperti BUMN sehingga kalaupun terpengaruh, mungkin tidak begitu signifikan,” jelas Budi.
Di sisi lain, para bankir tanah air turut memberikan respon terkait persaingan bisnis ritel konsumen perbankan yang akan makin sengit.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Lani Darmawan mengatakan dengan persaingan tersebut, pihaknya akan lebih aktif menargetkan segmen bisnis ritel.
“CIMB Niaga lebih aktif menargetkan segment bisnis ritel sejak beberapa tahun terakhir dan kami menjadi salah satu retail bank besar di Indonesia. Dan telah menyumbangkan profitability dan return yang bagus untuk stakeholders,” kata Lani.
Baca Juga: Citi Indonesia kantongi laba bersih Rp1,7 triliun di kuartal III-2023
Lebih lanjut Lani mengatakan untuk menjaga bisnis ritel/konsumen tetap tumbuh, pihaknya telah memiliki strategi baik sisi profitability, service dan juga iklusifitas keuangan bagi perekonomian Indonesia lewat berbagai produk ritel.
“Ke depannya kami sudah menetapkan strategy untuk fokus di customer experience, produk yang relevant,” kata dia.
Lani menyebut dalam beberapa tahun ini pertumbuhan kredit ritel CIMB Niaga sekitar 8%- 10% yoy per tahunnya.
Sementara itu EVP Secretariat and Corporate Communication PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F Haryn mengatakan BCA juga fokus menjajaki berbagai peluang untuk melakukan penyaluran kredit di berbagai segmen termasuk segmen konsumer/ritel.
“Saat ini, kami melihat permintaan kredit konsumer yang masih solid, tercermin dari pelaksanaan dua kali expo di tahun ini yang mampu mengumpulkan total aplikasi KPR dan KKB senilai Rp 46 triliun, atau meningkat lebih dari 50% dibandingkan capaian tahun 2022,” kata dia.
Hera merinci di segmen kredit konsumer di sembilan bulan pertama 2023, total portofolio kredit konsumer naik 14,4% yoy menjadi Rp 189,6 triliun.
Pihaknya berharap, perekonomian Indonesia tetap kondusif agar pertumbuhan kredit BCA tetap positif di kuartal IV nanti sehingga dapat mencapai target akhir tahun. Sebagai informasi, BCA menargetkan total kredit dapat tumbuh 10%-12% di tahun 2023. ■
BCA catatkan pertumbuhan luar biasa, jumlah nasabah meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir - digitalbank.id