PINJAMAN online (Pinjol) ternyata bukan hanya memberi pinjaman konsumtif saja tapi ada pula yang fokus pinjaman produktif dan UMKM. Buktinya, penyaluran pinjaman atau pembiayaan UMKM di industri fintech peer to peer (P2P) lending semakin meningkat.
Menilik data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), outstanding pinjaman pinjol ke UMKM baik perseorangan maupun badan usaha meningkat sebesar 19,18% year on year (yoy) menjadi Rp 19,38 triliun di Agustus 2023, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 16,26 triliun.
Lantas bagaimana penyaluran pinjaman dari para pelaku fintech P2P lending ini?
PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran menyatakan bahwa 98% penyaluran yang diberikan perusahaan mencakup segmen UMKM. Hingga September 2023, Akseleran mampu menyalurkan pinjaman yang meningkat 6,5% dibanding September 2022.
“Penyaluran sampai akhir September tahun ini di Rp 2,13 triliun. Hingga akhir tahun targetnya sekitar Rp 3 triliun sampai Rp 3,5 triliun. 98% penyaluran kami ke segmen UMKM dari berbagai sektor,” ujar Group CEO Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan, Senin (30/10).
Ivan menyebutkan bahwa Akseleran mendukung semua sektor UMKM atau lebih dikenal sebagai sektor agnostik. Di mana, saat ini sektor terbesar yang melakukan pinjaman antara lain bidang energi/komoditas, lalu bidang konstruksi/infrastruktur.
“Tidak ada sektor yang lebih dari 20% (diberikan pinjaman), jadi benar-benar terdiversifikasi,” terangnya.
Ivan menambahkan bahwa bunga yang diberikan ke segmen produktif tentunya berbeda dengan pemberian ke segmen konsumtif. Menurutnya, untuk segmen konsumtif lebih besar.
“Ke UMKM ini sekitar 18% bunganya, sedangkan pinjaman konsumtif employee loan sedikit lebih besar bunganya,” imbuhnya.
PT Mulia Inovasi Digital (Danain) menyatakan bahwa penyaluran pinjaman Danain 80% dilakukan ke sektor produktif. Dan hampir semuanya itu untuk membantu sektor mikro.
CEO Danain Budiardjo Rustanto menyebutkan sektor yang paling banyak dilakukan pinjaman oleh Danain antara lai perdagangan eceran skala mikro dan kecil, industri pengolahan skala kecil dan mikro termasuk indutrsi rumahan.
“Rata-rata nilai pinjaman kami berkisar Rp 25 juta hingga Rp 30 jutaan. Penyaluran kami tahun ini year to date (YTD) mencapai Rp 184 miliar,” ungkapnya.
Budi menuturkan, Danain tidak membedakan suku bunga pinjaman ke sektor produktif maupun konsumtif. Dia bilang, bunga Danain berkisar antara 14% hingga 18% per tahun.
Dia melanjutkan, di tahun 2024 pihaknya telah menyiapkan strategi demi menggaet nasabah UMKM, salah satunya dengan menggagas variasi produk pendanaan.
“Memperbanyak pilihan produk pendanaan baik yang memberikan flexibilitas ataupun yang bersifat angsuran tetap. Karena memang UMKM sangat membutuhkan variasi produk pendanaan sesuai kebutuhannya,” tandasnya.
Tak ketinggalan, fintech P2P lending Modalku mencatat hingga saat ini Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp 53 Triliun kepada lebih dari 5,1 juta transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Baca Juga: Tak pernah jera, kini OJK blokir 1.466 pinjol ilegal
Country Head Indonesia Modalku, Arthur Adisusanto menyebut pihaknya tak terpaku pada target angka penyaluran, tetapi berapa banyak UMKM yang bisa dijangkau.
“Hingga September 2023, industri UMKM yang paling banyak didanai oleh Modalku didominasi oleh sektor perdagangan, baik grosir dan eceran, termasuk pengusaha online sebesar 61%,” sebutnya.
Arthur menjelaskan, Modalku punya bunga dari 1% flat per bulan sampai 3% flat per bulan atau setara dengan 0,03% flat per hari sampai 0,1% flat per hari. “Tingkat bunga tersebut menyesuaikan dengan produk serta profil risiko calon penerima dana,” jelasnya.
Ke depan, kata Arthur, Modalku fokus untuk menjawab dan mengatasi tiga tantangan yang dialami oleh UMKM, seperti dengan menyediakan akses pendanaan, menghadirkan fasilitas transaksi, serta membantu mengelola arus transaksi UMKM.
“Kami juga akan melanjutkan komitmen untuk memperkuat bisnis dengan meningkatkan profitabilitas perusahaan serta mengakselerasi akses pendanaan bagi UMKM yang masih underserved,” katanya. ■