digitalbank.id – PT Bank Seabank Indonesia, bank digital besutan perusahaan induk raksasa e-commerce Shopee, selama semester I-2023 mengantongi laba sebesar Rp34,81 miliar.
Secara tahunan, laba yang dibukukan Seabank itu naik fantastis, 482,9%, dimana pada semester I-2022 lalu labanya hanya Rp5,9 miliar.
Laporan keuangan triwulanan Seabank yang dirilis akhir pekan lalu mengungkapkan laba yang diperoleh Seabank tak lepas dari lonjakan pendapatan dari bunga bersih hingga 140% secara tahunan dari Rp1,25 triliun pada semester pertama 2022 menjadi Rp3,01 triliun.
Pendapatan berbasis komisi dan biaya bank ini juga meningkat pesat dari Rp18,8 miliar menjadi Rp160,15 miliar. Bersamaan dengan itu, biaya provisi Seabank Indonesia juga meningkat tinggi.
Kerugian penurunan nilai aset keuangan pada semester pertama tahun ini mencapai Rp2,58 triliun, dari Rp829 miliar pada semester I-2022. Laba Seabank dipastikan tambah menggunung bila mengesampingkan biaya provisi.
Selain itu, peningkatan laba milik anak perusahaan Sea Ltd, ini didorong oleh sejumlah faktor, salah satunya peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 139,04% yoy menjadi Rp3,01 miliar pada Juni 2023 dari Rp1,26 miliar pada Juni 2022.
Sepanjang paruh pertama 2023, kinerja pendapatan bunga SeaBank naik 118,40% yoy menjadi Rp3,67 miliar. Seabank juga mendapatkan tambahan pendapatan dari pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang tumbuh 49,46% menjadi Rp44,58 miliar dari yang sebelumnya Rp29,83 miliar.
Pendapatan lainnya pun ikut tumbuh secara signifikan sebesar 751,72 persen dari yang sebelumnya Rp18,80 miliar pada semester I-2022 kini menjadi Rp160,16 miliar.
Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perseroan tercatat sangat tinggi mencapai 19,02%, naik dari level 15,72% pada semester pertama tahun lalu.
Pertumbuhan pendapatan bunga bersih bank ini didukung dengan portofolio kredit yang semakin tinggi. Per Juni 2023, total kredit bank ini mencapai Rp14,53 triliun, tumbuh 4,16% secara year on year (yoy) dari Rp13,9 triliun pada Juni 2022.
Rasio kredit bermasalah Seabank masih terjaga. Non performing loan (NPL) gross di Juni 2023 ada di level 2,09%, turun tipis dari 2,17% pada Juni tahun lalu. NPL net turun dari 0,22% jadi 0,13%.
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Seabank Indonesia sudah mencapai Rp 23,86 triliun per Juni 2023, meningkat 41% secara tahunan. Dana murah atau CASA menyumbang Rp15,6 triliun atau dengan rasio 65,5%. Total aset bank digital ini sudah mencapai Rp30,88 triliun, sedangkan modal intinya mencapai Rp5,18 triliun.
Tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) naik 21 basis poin (bps) menjadi 0,28 persen. Kemudian tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) tumbuh lebih kencang, yakni 85 bps menjadi 1,33 persen.
Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun tipis dari 99,66 persen menjadi 98,93 persen. Hal tersebut diikuti pula dengan rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) yang ditekan hingga 1.782 persen bps menjadi 18,39 persen.
SeaBank juga berhasil meningkatkan efisiensinya dengan menjaga margin bunga bersih (net interest margin/NIM) naik 335 bps menjadi 10,07%.
Dari fungsi intermediasi, Seabank menyalurkan kredit senilai Rp14,53 triliun, naik 4,16 persen yoy. Dengan demikian mendorong aset perseroan tumbuh 47,79 persen yoy menjadi Rp30,83 triliun.
Pertumbuhan kredit bank tercatat pun diikuti dengan peningkatan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross turun 8 bps menjadi 2,09 persen sekaligus NPL net turun 9 bps menjadi 0,13 persen.
Dari sisi liabilitas perusahaan, SeaBank meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp23,87 triliun, naik 41,01% yoy. Pertumbuhan dana murah atau current account savings account (CASA) Seabank pun naik tipis 1,37% menjadi Rp15,65 trilun pada semester I-2023 dibanding periode sebelumnya, yakni Rp15,44 triliun pada semester I-2022. ■