digitalbank.id -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan laju pertumbuhan kredit perbankan periode April 2023 mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi portofolio kredit industri perbankan hingga April 2023 tembus Rp6.464 triliun, tumbuh 8,08 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sebagai gambaran, pada Maret 2023 kredit mampu tumbuh 9,93 persen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, pertumbuhan kredit perbankan utamanya didorong leh pertumbuhan kredit investasi yang tetap tinggi sebesar 11,3 persen meski termoderasi oleh pertumbuhan kredit modal kerja mencapai 6,55 persen. OJK juga mencatat kinerja kredit pada sektor manufaktur terpantau mengalami pelandaian seiring dengan kondisi pelemahan ekonomi global.
“Sementara dari sisi pendanaan, himpunan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan pada April 2023 tercatat tumbuh 6,82 persen menjadi Rp8.005 triliun dengan porsi simpanan giro dan deposito sebagai penggerak utama pertumbuhan,” katanya dalam agenda Rapat Kerja dengan Menteri Keuangan RI, Menteri PPN dan Gubernur BI bersama Komisis XI DPR RI, Senin (5/6).
Seiring dengan hal tersebut, OJK memastikan posisi likuiditas industri perbankan hingga April 2023 berada pada level terjaga. “Rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing berada di level 118,25 persen dan 26,58 persen,” jelas Mahendra. Rasio likuiditas tersebut terpantau berada jauh di atas ambang batas ketentuan AL/NCD sebesar 50 persen dan AL/DPK sebesar 10 persen.
Sebelumnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kamis (25/5), Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan perlambatan pertumbuhan kredit erbankan tersebut menjadi sorotan BI.
Pasalnya sisi permintaan dan penawaran kredit terpantau masih positif. Kinerja korporasi di segmen pertambangan, industri, hingga jasa masih positif, sehingga menopang permintaan kredit. Tercatat kredit investasi mencatatkan pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 10,12 persen yoy.
Namun di tengah tren positif kinerja keuangan tersebut, Perry menilai masih terdapat korporasi yang memperhitungkan langkah penarikan pembiayaan. Hal ini kemudian berpotensi berdampak terhadap pertumbuhan kredit.
“Mungkin sejumlah korporasi lebih baik melunasi kreditnya sebelum nanti menetukan next step untuk ekspansi investasi dan pembiayaannya, karena kredit investasi tinggi, yang rendah pertumbuhan kredit modal kerja,” ujarnya. ■