digitalbank.id – Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. Taswin Zakaria menegaskan perkembangan digitalisasi ke depan akan menjadi sebuah keniscayaan bagi perbankan. Hampir semua layanan perbankan nantinya akan berbasis digital.
“Perkembangan digital ini tentunya akan menuntut kemampuan yang berbeda dari perbankan yang ada saat ini. Investasi untuk perkuat sistem keamanan digital merupakan hal yang sangat penting saat ini. Perseroan pun melakukan tinjauan terhadap sistem teknologi yang digunakan dan meninjau dari sisi usianya,” ujarnya pada acara Paparan Publik (Public Expose) Tahunan di Kantor Pusat Maybank Indonesia, Senayan, Jakarta, Selasa (23/5).
Menurut dia, Maybank Indonesia telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp2 triliun untuk cyber defence yang menjadi salah satu kunci digotalisasi. Anggaran sebesar itu dipakai selama tiga tahun, dari akhir 2021 hingga 2024.
“Dana tersebut digunakan untuk memperkuat sistem keamanan siber dan moderenisasi sistem yang ada. Adapun dana yang digunakan telah mencapai 60% dari total dana yang disiapkan,” katanya.
Taswin mengatakan, perseroan mengikuti best practices di mana cyber security itu menjadi prioritas utama.
“Bukan hanya pada platform digital yang ada M2U dan M2E tetapi untuk keseluruhan sistem yang ada di Maybank Indonesia. Ini menjadi prioritas utama,” tuturnya.
Menurutnya, investasi untuk perkuat sistem keamanan digital merupakan hal yang sangat penting saat ini. Perseroan pun melakukan tinjauan terhadap sistem teknologi yang digunakan dan meninjau dari sisi usianya.
“Tahun 2021 kami anggarkan untuk dapat lakikan modernisasi terhadap yang sudah lansia sistem, dan juga terhadap cdc [cyber defence capablity] kami. Jadi fokusnya kepada cyber defense,” paparnya.
Sementara itu dalam paparan publik, Maybank Indonesia menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasian yang berakhir pada 31 Maret 2023 dengan Laba sebelum Pajak (PBT) naik 33,3% menjadi Rp750 miliar dari Rp562 miliar tahun lalu.
Pencapaian ini didukung oleh peningkatan pendapatan pada komposisi aset produktif, khususnya pembiayaan segmen korporasi dan ritel yang meningkat di tengah membaiknya situasi perekonomian Indonesia. Selain itu, Bank juga membukukan kenaikan pendapatan fee, terutama dari transaksi Global Markets (GM) sehubungan dengan kembali bergairahnya pasar, menguatnya kinerja anak perusahaan, dan kualitas aset yang membaik.
Bank mencatat Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) naik signifikan sebesar 45,7% menjadi Rp566 miliar dari Rp388 miliar tahun lalu sehubungan dengan meningkatnya pendapatan komposisi aset Bank sehingga Net Interest Income/NII tercatat naik 6,7% Y-o-Y dan Net Interest Margin/NIM meningkat 35 bps menjadi 5,1% Y-o-Y.
Pendapatan fee-based (Fee-based income) tercatat naik 20,7% menjadi Rp574 miliar dari Rp475 miliar tahun lalu didukung oleh pendapatan fee Global Market yang tumbuh 98,7% menjadi Rp101 miliar dari Rp51 miliar di tengah pasar yang kembali bergairah. Selain itu, Bank juga membukukan kenaikan pendapatan recovery fee aset (Bank saja) menjadi Rp142 miliar sebagai upaya Bank dalam melakukan perbaikan aset secara intensif dalam satu tahun terakhir. Di tengah menguatnya pasar di sepanjang kuartal pertama 2023, Bank membukukan kenaikan pendapatan fee-based sebesar 30,6% secara kuartalan.
Bank mencatat total kredit tumbuh 7,7% pada kuartal pertama 2023 menjadi Rp107,22 triliun dari Rp99,52 triliun didukung pertumbuhan kredit CFS Ritel sebesar 14,6% menjadi Rp40,10 triliun dari Rp34,98 triliun, dan kredit Global Banking yang tumbuh 11,4% menjadi Rp39,29 triliun dari Rp35,26 triliun tahun lalu.
Kredit CFS Ritel bertumbuh di seluruh segmen yaitu, pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 26,1% menjadi Rp20,54 triliun dari Rp16,29 triliun, bisnis kartu kredit & KTA tumbuh 20,6% Y-o-Y dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 2,2% Y-o-Y.
Kredit CFS Non-Ritel mencatat penurunan sebesar 5,0% menjadi Rp27,83 triliun dari Rp29,28 triliun oleh karena segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,6%, sementara kredit segmen SME+ 1relatif stabil. Namun, kredit segmen Retail Small Medium Enterprises (RSME) masih terus bertumbuh sebesar 2,3% menjadi Rp12,74 triliun dari Rp12,46 triliun.
Total simpanan nasabah tercatat turun 2,2% menjadi Rp103,61 triliun dari Rp105,98 triliun sehubungan dengan strategi berkesimbungan yang diterapkan Bank untuk mengoptimalkan pendanaan berbiaya rendah melalui pemanfaatan layanan digital dalam menghimpun dana nasabah. Berkaitan dengan strategi tersebut, Bank mencatat Giro tumbuh 19,6% menjadi Rp32,54 triliun dari Rp27,22 triliun, sedangkan simpanan berjangka turun 11,0% dan tabungan turun 6,7%. Namun demikian, Maybank mencatat rasio CASA meningkat menjadi 51,9% pada Maret 2023 dari 47,1% pada Maret 2022.
Seiring dengan situasi bisnis di Indonesia yang kembali normal, Maybank melanjutkan berbagai aktivitas bisnis, di antaranya, kegiatan customer engagements, site visits dan berbagai program kampanye. Hal ini menyebabkan biaya perjalanan, outsourcing dan pemasaran mengalami kenaikan sebesar 2,4%, serta biaya personalia sebesar 7,0% sehubungan dengan inisiatif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dengan demikian, Maybank mencatat biaya overhead naik 4,7% menjadi Rp1,45 triliun. Bank menilai bahwa kenaikan biaya overhead tersebut masih tetap dalam kendali dan di saat yang sama memastikan agar biaya-biaya tersebut dapat berkontribusi bagi peningkatan pendapatan. ■