digitalbank.id – KASUS gagal bayar yang terjadi di industri asuransi beberapa tahun terakhir sangat memprihatinkan. Namun bila melihat dari sisi positif, keadaan ini juga menjadi peluang. Ini misalnya menjadi celah bagi pemain Insurance technology (insurtech) mengisi gap ini.
Menurut Senior VP of Sales and Partnerships Qoala Plus Sugeng Purnomo hal tersebut perlu disikapi dengan upaya bersama memperbaiki citra asuransi. “Tentunya hal ini menjadi tanggung jawab seluruh insan asuransi di Indonesia dan sekaligus menjadi momentum bagi insurtech agar dapat berkontribusi untuk masyarakat dengan membantu memberikan akses asuransi yang lebih luas,” kata Sugeng baru-baru ini.
Insurtech, lanjut Sugeng, sejauh ini memiliki modal kuat untuk ikut meningkatkan literasi asuransi kepada masyarakat di Indonesia. Berbekal layanan digital yang mapan, perusahaan dapat memberikan akses produk jasa keuangan kepada seluruh segmen.
Sebelumnya, Sugeng menjelaskan bahwa insurtech merupakan inovasi dari industri asuransi. Tidak seperti layanan konvensional, nasabah dapat memiliki jenis asuransi dengan terlebih dahulu secara teliti membaca ketentuan polis. Semua proses, mulai dari pemilihan produk hingga proses klaim, dilakukan melalui kanal digital.
Diketahui, Qoala merupakan salah satu startup yang bergerak di bidang teknologi asuransi atau insurtech di bawah bendera PT Archor Teknologi Digital dalam bentuk perusahaan multi-channel. Adapun sebelumnya, OJK mencatat ada 11 perusahaan asuransi bermasalah yang masuk dalam pengawasan khusus regulator.
Jumlah tersebut mengalami penurunan dari semula 13 perusahaan. Setidaknya ada tiga perusahaan asuransi yang masuk dalam pengawasan khusus OJK. Ketiga perusahaan asuransi tersebut di antaranya PT Asuransi Jiwa Kresna (Kresna Life), PT Asuransi Jiwasraya, dan AJB Bumiputera 1912. Sementara itu ada satu perusahaan yang telah dicabut izinnya, yakni PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanartha (Wanaartha Life).(SAF)