digitalbank.id – DIREKTUR Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Sunarso mengungkapkan bahwa persaingan dengan platform teknologi finansial (fintech) masih menjadi tren perbankan pada tahun ini. “Persaingan akan semakin ketat seiring kehadiran pemain non-bank seperti fintech dengan berbagai dinamikanya,” kata Sunarso dalam agenda rapat dengar pendapat Komisi XI DPR RI dengan BRI pada Selasa (24/1/2023).
Menurutnya, persaingan ketat dengan fintech terjadi seiring dengan perubahan perilaku nasabah ke arah digital. Sunarso mengatakan bahwa pertumbuhan transaksi digital tumbuh pesat, berbeda dengan transaksi tunai yang menurun.
“Terjadi perubahan perilaku nasabah, digital payment meningkat pesat, sementara cash turun,” katanya. Bank Indonesia (BI) sendiri mencatat, sepanjang 2022, nilai transaksi digital banking perbankan nasional dilaporkan meningkat 28,72 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp52.545,8 triliun. Ini ditopang oleh naiknya preferensi sistem pembayaran masyarakat yang semakin go digital. Sementara itu, seiring bertumbuhnya industri fintech dengan keandalan digitalnya, perbankan pun berancang-ancang dengan bertransformasi menuju digital.
BRI misalnya pada tahun ini gencar bertransformasi digital dengan berfokus pada penciptaan solusi, produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa BRI juga terus membangun kapabilitas platform teknologi informasi (IT), agile governance, dan talenta digital untuk menjadi organisasi yang inovatif.
BRI juga akan semakin gencar mengembangkan pemanfaatan teknologi terbarukan seperti big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) maupun antarmuka pemrograman aplikasi (application programming interface/API). “Teknologi tersebut memungkinkan nasabah melakukan proses pembukaan rekening kapan pun dan di mana pun,” katanya.
Selain itu, bank juga banyak yang memilih untuk berkolaborasi dengan fintech. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa beberapa kolaborasi fintech dengan bank yang terjadi antara lain dalam bentuk platform sharing, infrastructure sharing, distribusi, dan penawaran produk. Dari sisi lending, bank dan fintech juga banyak berkerja sama melalui skema channeling maupun referral. Berdasarkan data laporan Statistik Fintech Lending yang diterbitkan OJK, bank umum sendiri menjadi pemberi pinjaman paling besar bagi fintech lending, lalu disusul oleh bank perkereditan rakyat (BPR) dan bank pembangunan daerah (BPD).
Secara lebih terperinci, hingga November 2022 bank umum mencatatkan outstanding pinjaman ke fintech lending Rp17,68 triliun dengan total rekening pemberi pinjaman sebanyak 100 entitas. Selanjutnya, bank perkreditan rakyat tercatat sebesar Rp928,5 miliar dengan jumlah rekening pemberi pinjaman sebanyak 201 entitas.
Adapun, BPD hingga November 2022 tercatat hanya menyuntikkan outstanding pinjaman sebesar Rp420 miliar dengan total rekening pemberi pinjaman sebanyak 9 entitas. OJK sendiri terus mendorong kerja sama antara bank dengan fintech karena akan ada banyak manfaat yang diperoleh. Bagi bank, kerja sama dengan fintech akan memberikan peluang untuk meningkatkan inovasi produk dan menambah chanel penyaluran produk ke masyarakat.