digitalbank.id – Survei Perbankan Bank Indonesia yang dirilis Bank Indonesia akhir pekan lalu mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan IV 2022 tumbuh positif.
Hal itu terindikasi dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kredit baru sebesar 86,3%, tetap kuat meski lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 88,1%.
Pertumbuhan kredit baru terindikasi terjadi pada seluruh jenis kredit, tercermin dari nilai SBT yang seluruhnya tercatat positif. Pada triwulan I 2023, penyaluran kredit baru diprakirakan tumbuh lebih tinggi, terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 88,3%.
Standar penyaluran kredit pada triwulan I 2023 diprakirakan sedikit lebih longgar dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) negatif sebesar -0,5%. Kebijakan penyaluran kredit diprakirakan lebih longgar, antara lain pada aspek jangka waktu dan biaya persetujuan kredit.
Hasil survei menunjukkan responden tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit ke depan. Responden memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2023 sebesar 8,9% (yoy).
“Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru terjadi pada seluruh jenis kredit. Perlambatan terjadi pada jenis kredit modal kerja dan kredit investasi, terindikasi dari SBT positif yang sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, yaitu masing-masing sebesar 60,8% dan 63,7%,” ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, akhir pekan lalu.
Adapun, SBT kredit modal kerja sebesar 60,8% pada kuartal IV, lebih rendah dari 70,3% pada kuartal III-2022. Kemudian, kredit investasi juga mengalami perlambatan dari SBT 81,4% pada kuartal III menjadi 63,7%.
Sedangkan, kredit konsumsi mengalami pertumbuhan kredit baru di kuartal IV-2022 dengan SBT 85%, lebih tinggi dari 76,5% pada kuartal sebelumnya. Kredit konsumsi dengan SBT 85,0% tumbuh lebih tinggi didorong oleh hampir seluruh jenis kredit, kecuali kredit multiguna yang tumbuh melambat.
Bank Indonesia juga mencatatkan intermediasi perbankan pada 2022 terus meningkat dan diprakirakan berlanjut pada tahun 2023. Pertumbuhan kredit perbankan pada Desember 2022 tumbuh 11,35% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,24% (yoy).
“Peningkatan pertumbuhan kredit terjadi merata pada seluruh sektor ekonomi dan seluruh jenis kredit terutama kredit investasi dan kredit modal kerja,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (19/1).
Pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah, dengan pertumbuhan pembiayaan pada Desember 2022 sebesar 20,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya sebesar 6,6% (yoy). Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut, khususnya penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yang tumbuh tinggi sebesar 29,66% (yoy).
“Perbaikan intermediasi perbankan didukung sisi penawaran kredit sejalan likuiditas perbankan yang memadai dan standar penyaluran kredit/pembiayaan yang longgar. Permintaan kredit juga meningkat sejalan kinerja korporasi dan konsumsi rumah tangga yang membaik yang mendorong kenaikan permintaan pembiayaan,” demikian Perry.
Ke depan, Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif, inklusif dan berkelanjutan, untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang belum pulih, KUR, dan kredit/pembiayaan hijau, dalam rangka mendukung pemulihan perekonomian.
“Dengan perkembangan tersebut serta sinergi kebijakan yang dilakukan otoritas, sektor keuangan, dan dunia usaha, maka pertumbuhan kredit pada 2023 diprakirakan berada pada kisaran 10-12% (yoy),” tandas Perry. (HAN)