digitalbank.id – MENGHADAPI transaksi perbankan yang serba digital, bank-bank BUMN melakukan pengembangan digitalisasi layanan dan penguatan sisi sistem keamananannya. Konsekuensinya, belanja modal atau capital expenditure (capex) IT yang dianggarkan tahun 2023 meningkat dari tahun lalu.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya menganggarkan capex IT tahun ini lebih dari Rp 2,5 triliun. Itu naik dari alokasi tahun 2022 sebesar Rp 2,2 triliun. Direktur IT Bank Mandiri Timothy Utama mengatakan, alokasi capex akan dipergunakan untuk terus meningkatkan kapabiltas Reliability, Availability, Security & Scalability (RASS) system. Hal itu dilakukan antara lain melalui peningkatan kapasitas IT agar fit untuk pertumbuhan dengan kebutuhan bisnis serta modernisasi teknologi jaringan dan keamanan secara end-to-end. “Alokasi capex tersebut tentunya bisa bertambah sesuai dinamika kebutuhan pengembangan teknologi di tahun 2023.” kata Timothy.
Tahun lalu, capex IT dipergunakan pengembangan Super Apps Livin’, Super Platform Kopra, Smart Branch, serta perbaikan operasional dan reenginering proses bisnis. Bank Mandiri sudah merilis beberapa fitur pada Livin’ tahun ini yakni investasi, fitur shuka, layanan cabang, hingga fitur bagi TKI untuk buka rekening dan menikmati seluruh fitur Livin. Pada Kopra, telah diluncurkan fitur online onboarding, online subsidiaries, dan sustody.
Timothy menambahkan, pihaknya telah mengantisipasi lonjakan transaksi transaksi lewat Livin sejak beberapa tahun lalu. Transaksi melalui Livin sudah lebih dari 60% tahun 2022 dan jumlah penggunanya juga meningkat hampir 2 kali lipat. “Tahun 2022 kami bisa melayani sampai dengan 30.000 transaksi per detik dan kami akan persiapkan sistem kami untuk bisa mencapai 2 kali lipat untuk mengantisipasi lonjakan transaksi di tahun depan.” kata dia.
Sedangkan untuk menghadapi potensi peningkatan kejahatan perbankan di tengah perkembangan digitalisasi, Bank Mandiri terus melakukan kajian terhadap kemampuan kesiapan system dalam hal identifikasi, proteksi, deteksi, response dan recovery terhadap jenis jenis kejahatan berbasis teknologi (IT).
Setiap tahunnya, lanjut Timothy, Bank Mandiri meningkatkan kecukupan dan kecakapan aspek people-process-teknologi guna meminimalisir gap dimana aktivitas pengkinian menjadi prioritas utama bagi perseroan.
Bank Mandiri melihat penambahan surface attack baru melalui pemanfaatan teknologi serta penerapan modus baru oleh fraudster karena semakin banyak interkoneksi di dalam ekosistem digital merupakan tantangan paling besar yang dihadapi perbankan mencegah kejahatan perbankan.
Oleh karena itu, kata Timothy, pihaknya terus meningkatkan kolaborasi dengan instansi terkait seperti Bareskrim, BSSN dan Kominfo untuk selalu mempertajam koordinasi dalam penanganan skema kejahatan yang terus berkembang.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyiapkan capex lebih besar lagi. Jika tahun lalu dialokasikan Rp 4,5 triliun, maka tahun 2023 dianggarkan meningkat 10% dari serapan tahun lalu. Arga M. Nugraha, Direktur Digital & Teknologi Informasi BRI mengatakan, anggaran akan digunakan secara bijak dan berimbang dalam melayani nasabah yang jumlahnya begitu besar karena digital dan IT akan tetap menjadi tulang punggung BRI dalam mengakomodasi pertumbuhan bisnis tahun 2023.
BRI akan memastikan system IT BRImo siap mendukung pertumbuhan transaksi yang yang pesat. Volume transaksi tahun 2022 sudah melampaui Rp 2.000 triliun. Super App tersebut sudah melayani 3.000 transaksi per detik. “Tentu saja kami akan senantiasa menyiapkan kapasitas BRimo. Back-end system kami misalnya sanggup meng-handle hingga lebih dari 7.500 transaksi per detik. Ini akan ditunjang juga oleh penguatan arsitektur digital kami di sisi surrounding systems dan akan kami pastikan hal ini untuk menjaga keandalan layanan digital kami,” kata Arga.
Untuk mengantisipasi peningkatan kejahatan perbankan yang semakin beradaptasi dengan perkembangan digital, Arga bilang, kemampuan sistem, aplikasi, dan jaringan BRI sudah sangat kuat dalam menghadapi serangan dari luar. Sehingga skema-skema kejahatan yang dilakukan fraudster adalah dari sisi manusia yang terjadi akibat adanya gap literasi digital.
Oleh karena itu, BRI kini semakin memperkuat edukasi pada nasabah. BRI mengerahkan para Insan BRILiaN untuk berfungsi menjadi penyuluh digital yang menularkan tidak hanya penggunaan alat-alat transaksi digital tetapi juga risiko-risiko yang datang bersamanya.
Adapun PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menganggarkan capex IT Rp 400 miliar tahun 2022. Untuk menjawab tantangan pengembangan IT tahun ini , BTN memperkirakan kebutuhan capex IT akan meningkat.
“Kami akan terus mengoptimalkan pengembangan produk dan fitur e-channel, peningkatan infrastruktur atau kapasitas IT serta security system yang terkait dengan digitalisasi.” kata Andi Nirwoto Direktur Operasi, Teknologi Informasi dan Digital BTN.(SAF)