digitalbank.id – Bank DBS Indonesia dan eFishery – sebuah perusahaan startup aquatech pertama dari Indonesia di Asia yang membangun ekosistem akuakultur berkelanjutan dengan teknologi untuk membantu budidaya ikan dan udang – hari ini mengumumkan kerja sama dalam bentuk pinjaman jangka pendek (loan) senilai Rp500 miliar.
Dana ini akan digunakan oleh eFishery sebagai modal kerja untuk meningkatkan pelayanannya di Tanah Air. Ini merupakan pendanaan pertama Bank DBS Indonesia pada sektor aquatech sekaligus pinjaman pertama bagi eFishery sejak didirikan pada tahun 2013 silam.
Menurut Director of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia, Kunardy Lie, kerja sama pertama Bank DBS Indonesia dengan perusahaan aquatech ini berupaya memajukan sektor akuakultur di Indonesia. DBS juga berharap pendanaan ini dapat mempercepat ekspansi bisnis eFishery, meningkatkan kualitas dan produktivitas pembudidaya ikan dan udang, serta menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
eFishery memiliki fokus pada pembudidayaan ikan nila, gurame, patin, lele, mas, bandeng, bawal, dan beberapa jenis ikan air tawar lainnya, serta udang. Saat ini, eFishery kini menaungi puluhan ribu pembudidaya ikan dan udang di seluruh Indonesia.
eFishery berhasil memanfaatkan inovasi teknologi untuk mentransformasikan model bisnis yang tradisional menjadi lebih modern dan terjangkau bagi pembudidaya ikan dan udang. Melalui produk dan layanannya, baik teknologi budidaya, penyediaan pakan, pembiayaan, maupun jual beli ikan melalui ekosistem digital, eFishery berharap dapat meningkatkan produksi dan jangkauan hingga 300% di beberapa waktu ke depan. Selain itu, sektor ini berpotensi mengatasi masalah ketahanan pangan nasional dengan mengandalkan sumber pangan protein hewani yang berkelanjutan atau sustainable.
Kunardy lebih lanjut mengatakan, hingga akhir tahun ini perusahaan sedang mengincar satu hingga dua startup lagi untuk diberikan pembiayaan. “Startup itu ada di bidang e-commerce super app. Satu lagi kemungkinan di bidang online travel.”
Menurut dia, pola pembiayaan yang diberikan Bank DBS Indonesia untuk startup berbeda dengan pendanaan dari perusahaan modal ventura. “Kami memberikan pembiayaan berupa utang untuk modal kerja atau utang jangka panjang dalam hal ekspansi. Sementara perusahaan modal ventura memberikan pendanaan kepada startup bukan berupa utang, tapi ekuitas.”
Mengenai pemberian fasilitas pembiayaan, dia mengatakan Bank DBS Indonesia memberikan penilaian terlebih dahulu kepada startup yang akan mendapatkan fasilitas pembiayaan. “Kami lihat, apakah startup ini akan menggurita atau berpengaruh. Kalau iya, kami bantu bantu untuk growth,” kata Kunardy.
Selain fasilitas pinjaman, Bank DBS Indonesia akan mempertimbangkan potensi integrasi dengan platform yang dimiliki oleh startup. “Karena kan ini ekosistem digital, jadi ada celah untuk kita kerja sama,” ungkapnya.
Bank DBS Indonesia sendiri mengincar penyaluran pinjaman kepada startup seiring dengan potensi ekonomi digital yang besar. Berdasarkan data dari Kemenko Perekonomian, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia tercatat tertinggi di Asia Tenggara dengan nilai ekonomi sekitar US$70 miliar pada 2021 dan diperkirakan terus naik sampai US$146 miliar pada tahun 2025. (HAN)