digitalbank.id – SEMESTER pertama tepatnya sampai Juni tahun 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kualitas kredit yang disalurkan perbankan terus membaik. Kredit tidak hanya tumbuh hingga 10,66 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada semester I/2022, tetapi juga mengalami penurunan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross menjadi 2,86 persen.
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan OJK Agus Edy Siregar mengatakan peran intermediasi perbankan pada Juni 2022 menunjukkan hal yang positif. Kredit yang disalurkan perbankan mencapai Rp6.176,9 triliun, tumbuh 10,66 persen yoy dan 7,8 persen ytd.
Penyaluran kredit tersebut disertai dengan kualitas yang juga terus membaik terlihat dari rasio NPL yang menurun pada Juni dibandingkan dengan Mei 2022 atau secara bulanan. “NPL gross membaik dari 3,04 menjadi 2,86 pada Mei,” kata Edy Selasa (2/8/2022). Tidak hanya itu, lanjutnya, meski kredit yang disalurkan perbankan tumbuh permodalan perbankan tetap berhasil dijaga bahkan naik.
Capital adequacy ratio (CAR) bank tumbuh dari 24,67 persen menjadi 24,69 persen pada Juni 2022. Adapun CAR adalah rasio kecukupan modal yang berguna untuk menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi bank. “Hal ini didukung oleh profitabilitas yang tinggi pada Juni 2022 dengan net interest margin 4,69 persen dan BOPO [beban operasional terhadap pendapatan operasional] 78,46 persen,” kata Edy.
Sementara dari dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan pada pertengahan tahun 2022 mencapai Rp7.602 triliun atau tumbuh 9,13 persen yoy dan 1,61 persen ytd.
Di bagian lain, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan pada 6 bulan terakhir 2022, perbankan perlu untuk terus melanjutkan pertumbuhan penyaluran kredit. Jika melihat pencapaian pada kuartal II/2022, menurutnya, bank masih memiliki ruang yang cukup lebar dalam hal pembiayaan. “Dengan kondisi ekonomi saat ini yang mulai pulih ruang penyaluran kredit perbankan masih sangat besar, apalagi untuk sektor-sektor berbasis komoditi yang sedang booming oleh kenaikan harga komoditi,” kata Alfred.(SAF)